Saat semua sudah tak lagi sama. Saat takdir mulai membuka dirinya.
Aku sudah terjerumus terlalu dalam dan sulit untuk kembali lagi.
Tidak bisa. Aku tidak bisa menjadi orang yang sama.
Aku… berubah…
***
---Malam Sebelumnya---
Arrio memasuki gubuk milik Howard dan merasa takjub dengan isi di dalamnya. Tak disangka, gubuk itu terlihat jauh lebih terawat di bagian dalam. Dengan satu ranjang kayu yang di alasi sebuah kasur dan bantal serta selimut. Juga terdapat meja dan kursi kecil di sudut ruangan yang terdapat beberapa buku di atasnya.
Belum lagi, ada sebuah meja yang agak besar lainnya, di tengah ruangan itu. Yang mana meja tersebut, sepertinya biasa digunakan untuk makan dan melakukan banyak pekerjaan lain. Jika dilihat dari jumlah kursi dan ketel yang diletakkan di tengah bagian meja tersebut.
"Duduklah." Howard menarik sebuah kursi di meja besarnya. "Teh atau Kopi?" tanya Howard lagi.
"Apa saja yang kau punya." Arrio hanya diam dan memainkan jari tangannya, sambl menunggu Howard menyiapkan teh panas untuk dirinya.
"Ambil buku yang ada di meja kecil itu dan bacalah. Di dalamnya, ada informasi lengkap soal kedua orang tuamu. Dan apa yang telah terjadi pada mereka berdua…" Howard memberikan petunjuk kepada Arrio lagi.
Pemuda itu menuruti Howard dan segera beranjak untuk mengambil sebuah buku usang berukuran besar yang Howard katakan. Dia membawanya kembali duduk dan membuka sampul tebal dari buku tersebut. Dan menemukan sebuah foto keluarga. Satu orang ayah, satu orang ibu, dan satu anak bayi yang terlihat baru saja lahir.
Wajah pria dan wanita dewasa dalam foto tersebut tampak asing untuk Arrio. Tapi tidak dengan wajah bayinya. Wajah itu adalah wajah dirinya sendiri saat masih bayi. Di mana Arrio pernah melihat foto bayinya sendiri di album yang Margareth simpan dalam panti asuhan. Wanita itu memang selalu menyimpan setiap foto anak yang masuk ke dalam panti sejak mereka di titipkan pertama kali.
"Mereka ayah dan ibumu. Foto itu di ambil, saat kau masih berusia sepuluh hari." Howard sekali lagi berkata kepada Arrio.
"Bisa kamu ceritakan bagaimana mereka dan apa yang terjadi pada mereka? Juga kenapa, aku harus berada di panti asuhan milik Margareth sejak bayi, kalau orang tuaku memang sangat menyayangi diriku, seperti yang kau katakan?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Arrio.
Dan jelas saja, semuanya akan terjawab dengan jelas oleh Howard. Tapi sebelum itu, pria tersebut meminta Arrio untuk lebih dulu membaca setiap lembar catatan yang tertulis dalam buku tersebut. Karena jawaban dari setiap pertanyaan yang Arrio ingin tahu ada di dalam sana. Dan jawaban Howard, hanyalah sebuah tambalan dari lubang jawaban yang muncul dari semua penjelasannya.
Setelah meminum teh yang Howard berikan dan memakan coklat untuk mengembalikan tenaga yang sempat terserap banyak tadi, Arrio ingin segera pulang. Dia tak mau ketiadaannya di panti asuhan menjadi masalah. Apalagi sampai membuat Margareth merasa khawatir berlebihan seperti biasanya.
"Apa kau selalu ada di sini?" tanya Arrio di akhir obrolan mereka.
"Kau mau menemuiku lagi?" tanya Howard balik.
"Tentu saja. Ada banyak hal yang masih harus aku tanyakan langsung padamu." Arrio kemudian menambahkan, "buku ini jelas bukan jawaban dari semua pertanyaanku. Lagipula… aku harus banyak belajar darimu, dalam hal mengendalikan diri. Dan mengubah diriku sesuai dengan yang aku inginkan. Benar, kan?" ujar Arrio lagi.
"Datanglah kapan pun. Tugasku baru akan selesai, saat rasa penasaranmu itu hilang. Dan kau sudah mengambil keputusan akhir, setelah mendengar semua yang terjadi padamu… juga pada keluargamu," ucap Howard.
"Kau berkata seolah… aku akan mengambil keputusan besar yang mengubah kehidupanku seluruhnya. Padahal… hal ini saja masih sangat sulit untuk aku terima dengan pikiran waras yang aku miliki," balas Arrio.
Howard tersenyum. "Kau akan tahu di saat yang tepat."
"Kau sangat sabar menunggu hal itu terjadi, ya…" sindir Arrio.
"Kebenaran besar, butuh kesabaran untuk bisa menggapai hal besar yang diharapkan. Terumasuk soal ini." Pria itu menambahkan.
**
"Aku harus pergi." Howard berdiri dan bersiap keluar dari kamar Arrio. "Aku juga sudah memberikan tanda di hutan. Agar kau bisa datang kapan pun kamu suka. Dan kamu bisa menghafalnya, sebelum tanda itu menghilang," katanya menambahkan.
Arrio hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
Hubungan aneh mereka dimulai begitu saja mulai malam ini. Hubungan yang diawali dengan sebuah kebencian dan perasaan seperti tengah dipermainkan. Kini justru berubah menjadi hubungan hangat yang saling membutuhkan. Dan entah bagaimana, juga seperti apa awalnya. Arrio merasa kehadiran Howard justru seperti pengganti ayah untuknya.
Sosok ayah, yang tak pernah dia rasakan sejak kecil. Meski telah dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh Margareth.
Bahkan saat Howard mendekati Arrio dan merengkuh pemuda itu dalam pelukannya, Arrio sama sekali tak bereaksi dan menolak keras seperti biasa. Dia hanya diam dan membiarkan Howard melakukannya seperti seorang ayah. Sambil mengelus belakang kepala Arrio dengan penuh kasih sayang.
"Sampai bertemu lagi, Anakku…" pamit Howard.
**
Setelah semua kejadian yang menimpanya beberapa waktu belakangan ini. Selama hari ulang tahunnya, Arrio pun kembali pada kehidupannya sehari – hari seperti biasa. Dia tetap bekerja pada malam hari, di klub malam milik Brandon. Juga melakukan kegiatan lainnya di panti asuhan. Bedanya, kali ini dia menambahkan satu agenda baru dalam kebiasaannya, yaitu mengunjungi gubug milik Howard di tengah hutan.
Selama satu minggu penuh Arrio terus datang. Untuk mempelajari kebiasaan dari Manusia Serigala seperti dirinya dan tentu saja belajar bagaimana berubah menjadi manusia normal atau saat dia harus berubah menjadi seekor serigala. Rupanya, semua perubahan itu punya maksud dan tujuan tertentu. Yang berguna untuk Arrio maupun orang lain juga.
Dan selama di sana pula, Howard selalu menceritakan jelas dan detail soal keluarga Arrio. Ayahnya Anderson dan Ibunya Sofia. Juga bagaimana serta apa yang membuat mereka meninggal dan meninggalkan Arrio di tangan Howard kala itu.
**
---20 tahun yang lalu---
Seorang wanita yang tengah hamil besar mencengkeram perutnya dengan sangat kuat. Kontraksi lah yang membuatnya melakukan hal demikian. Ini sudah masuk minggu ke – 37 kehamilannya. Dan memang suda waktunya bagi dia untuk melahirkan bayi, yang selama hampir tujuh tahun pernikahan mereka itu sangat dinantikan.
Sementara beberapa kilometer dari rumahnya. Tempat si wanita berada, terdapat dua orang pria yang berlari dengan tergopoh –gopoh. Andreson, salah satu pria itu merasa waktunya sangat sempit. Istrinya sudah kesakitan saat dia meninggalkan rumah untuk memanggil Howard datang ke rumah mereka.
Sementara Howard juga khawatir. Sebagai dokter kandungan, sekaligus sahabat baik dari pasangan suami – istri tersebut. Dia takut kalau ketuban Sofia sudah pecah lebih dulu sebelum dirinya sampai ke rumah pasangan itu.
"Ini tidak bagus, Howard. Kita tak bisa pergi dengan cara seperti ini. Terlalu lama!" kata Anderson dengan wajah paniknya.
"Tapi di malam hari seperti ini juga tidak ada kendaraan yang masih lewat," keluh Howard. Dia juga menggerutu karena kendaraan miliknya rusak di waktu yang sangat tidak tepat.
Andreson menatap Howard dan kilatan mata pria itu seolah menyiratkan sebuah niat yang Howard sangat tentang selama ini.
"Tidak. Kau tak boleh memaksakan dirimu seperti ini. Ingat Anderson, ini di tengah kota. Masih banyak orang yang melalui jalan ini juga. Bagaimana kalau mereka melihatmu?" kata Howard dengan suara tertahan seolah ingin berteriak namun dia tahan sepenuhnya.
Tapi Anderson sudah habis akal. Dia hanya berpikir bahwa ini lah cara paling cepat untuknya bisa sampai ke rumah sambil membawa Howard ikut serta. Yaitu dengan berubah menjadi serigala, dan membawa Howard pergi di atas punggungnya.
Berlari dalam wujudnya sebagai serigala dan membawa orang dewasa seperti Howard, akan membuatnya jauh lebih cekatan.
Pria itu menarik Howard masuk ke dalam hutan. Meski belum terlalu masuk ke dalam, karena saat dia merasa yakin bahwa tidak ada orang lagi yang bisa melihat mereka sekarang, tanpa aba – aba kepada Howard. Anderson telah berubah menjadi seekor serigala di hadapan sang sahabat. Tak sampai di sana, dia segera meminta Howard untuk naik ke atas punggungnya menggunakan isyarat kepala.
Merasa tak punya pilihan lain, Howard mengikuti permintaan Anderson dan langsung menaiki punggung shabatnya itu. berpegangan pada bulu – bbulu Anderson yanh sangat lebat dan kuat, Howard dibawa berlari masuk, jauh ke dalam hutan. Menuju ke sebuah jalan setapak rahasia yang memang sengaja dibuat Anderson beberapa tahun lalu, bersamaan dengan kepindahannya ke kota Yunani.
Selama perjalanan itu, mata Howard terus melihat ke sekelilingnya. Dia takut kalau sampai ada pemburu atau manusia kesasar lain yang mungkin berada dalam hutan saat ini, lalu melihatnya menunggangi seekor serigala besar. Bisa – bisa mereka salah paham, tapi juga bingung dengan posisi Howard sekarang.
Tapi untungnya, cahaya bulan tak seterang biasanya. Atau setidaknya, tidak sampai keluar menembus ke dalam hutan. Sehingga hanya kilat mata serigala Anderson saja yang terlihat cukup mencolok sekarang.
***