BAB 13 JAM KOSONG

"SERIUS JAMKOS, KAY!"

Seluruh anak buah Kayla berseru serempak. Tidak menyangka jika pagi mereka akan mendapat kenikmatan sebesar ini.

"Kantin yok!" ajak Lula penuh semangat.

"Barusan lo udah makan, Bambang. Mau ngapain lagi ke kantin?" tanya Gina.

"Ngapelin Fathur dong!" jawab Lula sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Fathur lagi Fathur lagi. Baru jam tujuh pagi otak lo udah penuh mikirin Fathur," Gina menggeleng heran melihat tingkah Lula.

"Jam segini mereka belum berangkat kali, La. Entar jam sembilan baru pada ngumpul di kantin," ujar Kayla.

"Mereka berlima tiap hari telat?" tanya Aeelin.

"Cuma satu sampai tiga hari dalam sebulan mereka datang tepat waktu ke sekolah. Nggak cuma mereka berlima, tapi anak-anak Aligator lain juga kayak gitu," Gina berucap tanpa sadar menyebut nama geng motor yang diketui oleh Revan.

"Aligator?" beo Aeelin.

"Geng motor punyanya Revan dkk. Doi lo kan jadi ketuanya, Ai" sahut Lula.

"Isinya Aligator itu sembilah puluh delapan persen cogan tajir melintir semua. Kalo mau nyari gandengan tinggal milih anak Aligator aja!"

"Sejak kapan Revan gabung geng motor?"

"Sejak ditinggal minggat sama lo," jawab Gina.

"Revan anak geng motor tapi bukan berarti dia nakal terus hobi berantem. Kalo enggak ada yang mancing duluan, Revan lebih memilih cara damai kok. Jadi, lo jangan marahin Revan dulu ya, Ai" tutur Kayla menyadari perubahan ekspresi Aeelin.

"Enggak kok. Gue juga nggak ada hak marahin Revan," ujar Aeelin tersenyum simpul.

Meski dalam hati, Aeelin tidak rela jika Revan ikut bergabung dengan geng semacam itu. Aeelin hanya tidak mau Revan kenapa-napa. Setau Aeelin, setiap geng motor pasti memiliki musuh. Mereka kalau sedang bertemu satu sama lain, pasti akan terjadi perkelahian. Dan pasti ada yang terluka.

"Ayok ngantin! Sambil nunggu masa depan datang," ajak Lula entah sejak kapan sudah berada di luar kelas.

Melihat hal tersebut mau tidak mau membuat ketiga teman Lula mengikutinya. Lagi pula, mereka tidak diberi tugas apa-apa sehingga akan bosan jika tetap berada di dalam kelas.

"Udah jadi milik ekskul, Ai?" tanya Gina.

"Udah. Kemarin baru aja daftar."

"Milih apa? Sama kayak gue nggak?" Kayla bertanya karena ia sempat menawarkan Aeelin untuk gabung di modern dance.

"Iyaa. Habisnya gue bingung mau milih apa," kekeh Aeelin.

"Yeeyy! Kita berempat satu tim dong!" seru Lula heboh.

Menurut Aeelin, ketiga temannya ini cantik-cantik semua. Gina cantik dengan wajah yang tegas, Lula lebih terkesan imut karena pipinya chubby, kalau Kayla … Aeelin tidak bisa bohong kalau Kayla adalah definisi cantik yang sesungguhnya.

Tapi, kenapa yang mendapat julukan Primadona Andalah justru Camelia dan kawan-kawannya?

"Kenapa nggak milih cheers aja, Ai? Kan bisa ketemu sama doi," tanya Lula.

"Aeelin bukan cewek bucin kayak lo, Lula. Ya kali milih eskul cuma buat ketemu doi," kata Gina.

"Lo yang jadi ketua eskulnya kan, Kay?" tanya Aeelin diangguki oleh Kayla.

"Jadwal latihannya Rabu sama Sabtu. Tergantung kondisi juga sih," jawab Kayla memberitahu Aeelin.

"Kok lo nggak daftar langsung ke gue aja kemarin?"

"Masih bingung. Gue pengin ikut musik juga. Makanya belum berani ngomong sama lo," kekeh Aeelin.

"Lo tenang aja, anak modern dance nggak anak kaitannya sama anak basket, futsal, apalagi cheers. Jadi nggak bakalan deh keganggu sama doi apalagi Camelia," tutur Kayla yang diacungi kedua jempol tangan oleh Aeelin.

"Sepi ya diluar. Masih pada pelajaran. Gabisa lihat cogan dong!" keluh Lula.

"Mata lo perlu ditukar tambah, La. Biar nggak haus cogan mulu," cetus Gina.

"Gina Gina. Hidup lo itu terlalu flat. Gue rasa lo butuh asupan cogan deh. Biar hidup lo lebih berwarna," Lula menceramahi Gina seperti orangtua.

"Amran tuh masih available. Lucu juga anaknya. Cocok lah kalo sama lo."

"Gausah sok jodoh-jodohin orang. Pikirin aja jodoh lo sendiri," sergah Gina tak terima.

"Bayu aja, Na. Ganteng tau, perhatian juga kayaknya," Aeelin sengaja menyebut nama Bayu sambil melirik ke arah Kayla.

"Ambil aja ambil. Gue ikhlas lahir batin," kata Kayla terlihat membohongi diri sendiri.

"Jangan sok kuat Kay. Entar beneran gue ambil, elonya yang mewek berhari-hari," kekeh Lula.

"Cowok mulu yang dimongin. Nggak ada yang lain apa?" heran Gina.

"Lula yang mulai. Gue sebenernya—"

"OMG SEMALEM GUE MIMPI APA?! LIHAT TUH LIHAT! ADA FATHUR DI KANTIN!"

Lula berseru heboh melihat Revan dan teman-temannya sedang berada di kantin. Wajah kusutnya sudah berbinar kembali mendapati pujaan hatinya ada di hadapannya.

"Ayo ayo kesana. Keburu mereka pergi," ajak Lula menarik tangan Gina dan Kayla.

"Sabar dong. Kita ke sananya—" Gina menjeda ucapannya saat menyadari jika Aeelin tidak ada di sebelahnya.

"Loh? Aeelin pergi kemana? Kok tiba-tiba ilang?!"

***

Revan mengelap sudut bibirnya yang berdarah. Pagi tadi sebeluM masuk sekolah, Revan mendatangi rumah salah satu anggota Kristal yang dijadikan mata-mata untuk mencaritahu informasi Aligator. Tidak butuh waktu lama bagi Revan untuk menemukan keberadaan orang suruhan Bara.

"Gila sih emang. Nggak nyangka banget gue kalo si culun itu anak Kristal," Bondan berdecak kagum sambil mengunyah keripik kentang.

"Dari pertama gue lihat dia, culunnya itu meregukan banget. Matanya dia kayak lagi ngawasin kita," sambung Bayu.

"Kalo lo udah curiga dari dulu, kenapa nggak lapor sama Revan?" Amran melempari Bayu dengan jagung manis yang berada di dalam bakwan.

"Njirr! Jorok banget sih lo!" omel Bayu buru-buru mengelap pipinya dengan tisu.

"Gue mau lapor ke Revan kalo udah ada buktinya. Mana mau Revan percaya gitu aja kalo tanpa bukti."

"Yang penting sekarang pelakunya udah ketangkep," ujar Fathur menengahi.

"Lo nggak sampai bunuh orang, kan?"

Revan menggeleng. "Gue masih punya hati."

"Tapi udah punyanya orang. Kasian banget sama pens-pens lo, Van" kata Amran yang justru membahas topik lain.

"Nggak nyambung banget omongan lo," sahut Bondan.

"Disambung-sambungin aja lah. Orang banyak kabel kok," Amran menunjuk kabel listri yang berada di atap kantin.

"Kantin kok sepi banget yak? Apa manusia abad 21 pada nggak ngerasa kelaparan?"

"Masih pada belajar di kelas. Emangnya elu yang hobinya bolos?" sindir Bayu.

"Alahh. Sama-sama bolos kok nyinyir gitu. Ngaca dulu woy!" seru Amran.

"Pada berisik semua deh. Gue jadi nggak fokus makan tau," kesal Bondan dengan satu porsi bubur ayam di hadapannya.

"Makan apaan? Orang dari tadi lo sibuk balesin chatingan cewek lo yang bejibun kok," ujar Bayu melirik sekilas ponsel yang dipegang Bondan.

"Heran gue. Kenapa pada mau jadi pacar semalemnya Bondan sih?" Amran tampak menggelengkan kepalanya.

"Soalnya Bondan cakep terus dompetnya tebel," sahut Bayu.

"Dompet gue juga tebel kok. Kenapa nggak pada suka sama gue."

"Tebel kertas bon, mana ada yang mau," ucapan Fathur yang terdengar santai membuat Amran berdecak kesal.

"Emang udah bener itu mulut diem aja deh. Nylekit banget kalo bersuara," Amran mengolei Fathur namun sama sekali tidak digubris.

***