"IDIIIHHH! NEMPEL MULU TUH TAPI ENGGAK OFFICIAL OFFICIAL! MAKAN TERUS TUH TTM-AN!"
Lula terus mengomel sambil memasukkan cimol ke dalam mulutnya. Melihat kemesraan teman-temannya membuat nafsu makan Lula semakin bertambah.
"Apa enaknya sih deket doang tapi tanpa status? Berasa di php-in doang tau nggak?" kesal Lula setelah sambil menyedot es teh yang baru saja datang.
"Elo sendiri gimana?" tanya Gina yang baru datang sambil membawa semangkuk bakso.
"Nggak capek berjuang sendirian terus? Ada nggak sekali aja Fathur ngerespon lo?"
"On going deh. Gue yakin Fathur bakal suka sama gue. Kalian pada doain gue ih biar cepetan taken sama Fathur," pinta Lula pada ketiga temannya.
"Gue kok agak nggak rela kalo sodaraan sama lo, La" kata Kayla membuat Lula mengernyit.
"Takut rumah gue jebol kalo kedatangan lo tiap hari."
"Ish! Enak aja kalo ngomong. Lo pikir gue apaan sampe ngebuat rumah lo jebol? Jahat banget tauu," omel Lula yang hanya direspon gelengan kepala oleh Kayla.
Yang tadi Kayla katakan hanya sebuah candaan. Bukan suatu hal yang serius. Lagi pula kalau Fathur memang menyukai Lula dan Lula juga menyukai Fathur, Kayla tidak ada hak untuk memisahkan cinta mereka berdua.
"Sibuk amat, Ay. Bales chatnya Revan, ya?" tebak Gina. Sejak tadi ia melihat Aeelin terus menatap ponselnya.
"Bukan. Ini David yang lagi chat," jawab Aeelin jujur.
David ini memang sangat menyebalkan. Ada saja hal yang setiap hari David lakukan dan membuat Aeelin darah tinggi.
Lihatlah bagaimana kelakuan David sekarang. Dia mengadu banyak hal pada mamanya yang intinya David ingin Aeelin kembali ke rumah.
"David itu ganteng, baik, terus pinter juga. Kenapa masih jomblo, Ay?" pertanyaan tersebut berasal dari mulut Lula.
"Belum nemu yang cocok mungkin," balas Aeelin seadanya.
Aeelin juga tidak tahu betul alasan David masih menyendiri. Dengan tampang, kepintaran dan statusnya saat ini, seharusnya tidak sulit bagi David untuk mendapatkan pasangan.
"David itu cinta mati sama satu cewek. Tapi si cewek cinta mati sama cowok lain. Udah mirip cinta segitiga. Cocok lah buat difilmkan," ujar Gina sedikit menjelaskan pendapatnya tentang David.
"Kasihan amat adek gue. Cintanya bertepuk sebelah tangan," Aeelin berbicara setelah ia selesai membalas pesan untuk David.
"Iya kasihan. Padahal kisah cinta kakaknya penuh drama. Ya kali kisah cinta adeknya ngenes," sambung Lula membuat Aeelin tertawa.
"Tumben nggak ada yang nyari Aeelin. Biasanya tiap ke kantin pas ada yang nempel mulu sama lo, Ay" Gina menengok kesana dan kemari namun tidak melihat keberadaan orang yang ia cari.
"Lagi latihan upacara," kata Aeelin seolah paham dengan siapa orang yang Gina maksud.
"Bawain minum sana, Ay. Nanti gue rekam terus gue upload biar viral," Lula memberi perintah untuk Aeelin namun dengan tegas Aeelin tolak.
"Bilang aja lo mau nyari teman," kata Kayla. "Mau bawain minum buat Fathur, kan?"
Tebakan Kayla benar-benar membuat Lula takjub. Temannya yang satu ini sangat paham dengan apa yang ada di pikirannya.
"Ayo gue temenin," ajak Aeelin tanpa diduga oleh Lula.
"Ck, dasar bucin. Gitu juga bilangnya udah mantan mantan mantan," gumam Gina.
"Ya emang udah mantan," sahut Aeelin. "Udah mantan tapi masih bucin. Bego nggak sih?"
"Bego kalau lo terus bohong sama perasaan lo," Gina membalasnya dengan cepat.
"Balikan aja, Ay. Kita-kita dukung lo kok," Kayla ikut membujuk Aeelin supaya balikan dengan Revan.
"Gue pikir-pikir dulu deh," putus Aeelin yang belum bisa memberikan jawabannya saat ini.
"Jangan lama-lama mikirnya, Ay. Keburu doi oleng sama yang lain," peringatan dari Lula diangguki oleh Aeelin.
Sekarang adalah waktu yang terlalu cepat kalau Aeelin harus berdamai dengan hatinya. Pertemuannya dengan Revan setelah berpisah cukup lama barulah beberapa hari. Aeelin masih perlu beradaptasi. Menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang saat ini ada di depan mata.
***
"Panas euy! Kagak ada yang baik hati bawain gue minum apa? Gue doain deh bahagia dunia akhirat!"
Amran mengipasi wajahnya dengan topi yang ia pegang. Hari ini cuacanya begitu terik. Dan Amran serta teman sekelasnya yang lain harus panas-panasan untuk melaksaakan latihan upacara.
"Beli minum yuk!" ajak Bayu yang juga merasa haus.
"Nitip aja deh. Sekalian beli empat, Bay" balas Amran.
"Punya kaki waras selamat itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bersyukur sama nikmat yang dikasih Tuhan," Bayu menasihati Amran. Pada intinya Bayu tidak mau dititipi minuman sama Amran.
"Iya iya. Ayo beli minum," Amran pun akhirnya berdiri. "Revan sama Fathur mau nitip nggak?"
Fathur mengacungkan jari telunjukkan. Pertanda kalau ia titip minuman satu. Sedangkan Revan menggelengkan kepalanya.
Selepas Amran dan Bayu pergi membeli minum, Revan dan Fathur mencari tempat berteduh. Pilihan mereka jatuh pada tempat dimana ada pohon beringin yang rindang. Sehingga kalau duduk di bawah sana tidak akan terasa begitu panas.
Karena tubuh Reva terasa gerah dan lengket, ia membuka seragam sekolahnya dan menyisakan kaos hitam yang melekat di tubuh atletisnya. Lain hanya dengan Fathur, cowok itu memilih untuk tetap mengenakan seragamnya. Kupingnya terasa pegal kalau harus menerima teriakan-teriakan alay seperti yang sedang dilakukan beberapa siswa gara-gara melihat kelakuan Revan.
"Nggak bosen diteriakin mulu sama mereka?" tanya Fathur menunjuk ke arah siswa yang sedang berlalu lalang.
"Biasa aja," balas Revan santai.
"Sengaja tebar pesona."
Revan terkekeh mendengarnya. Yang baru saja Fathur katakan tentu tidak sepenuhnya serius. Fathur memang biasa melontarkan gurauan yang kesannya apa yang Fathur katakan adalah hal yang serius.
"Disamperin doi," Fathur yang lebih dulu melihat kedatangan Camelia langsung memberitahu Revan.
"Hai Revan!" sapa Camelia dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Ini aku bawakan minum buat kamu. Pasti kamu haus, kan, habis selesai latihan upacara."
Revan tidak menanggapi ucapan Camelia. Kenapa perempuan ini tidak juga bosan mengganggu Revan? Padahal Revan tidak pernah merespon kehadiran Camelia.
"Revan minumnya diterima dong. Jangan cuma diem aja. Hargai aku yang udah susah payah bawain minuman buat kamu."
Fathur menyenggol lengan Revan. Memberikan kode pada cowok itu supaya menerima minuman dari Camelia. Kalau tidak segera diterima mulut Camelia tidak akan berhenti mengoceh.
"Good," kata Camelia setelah Revan menerima minuman darinya.
"Oh jadi ini alasan Revan nggak nitip minuman?"
Amran dan Bayu yang baru saja kembali dari kantin langsung berkomentar. Di samping Amran ada Lula yang juga ikut serta datang bersamanya.
"Fathur," panggil Lula. "Ini buat lo. Tadi gue ketemu Amran sama Bayu. Katanya lo nitip minum."
Fathur mengangguk. Ia pun menerima minuman yang dibawa oleh Lula dan langsung meminumnya.
"Heh! Lo itu suka sama siapa? Kemaruk amat," tanya Amran pada Revan.
Bukan pertanyaan dari Amran yang menjadi perhatian Revan saat ini. Melainkan kehadiran Lula yang hanya sendirian tanpa ada salah satu temannya.
"Lo sendirian, La?" tanya Revan.
"Tadinya nggak sendirian," jawab Lula. "Datang ke sini sama siapa?" Revan kembali bertanya.
"Sama Aeelin. Tapi dia udah balik ke kelas. Barusan loh Aeelin bareng sama gue. Eh, pas udah sampai lapangan main kabur aja."
Seyum di wajah Revan terbit saat itu juga. Tanpa berpikir lama lagi Revan segera berdiri dan bergegas pergi untuk menemui perempuan yang baru saja mengindar darinya.
***
09082022 (08.37 WIB)