"Vid, lo kemana aja?"
"Gue ditinggalin Anton, Ko"
"Bohong banget, si David nakut nakutin gue. Makanya gue tinggalin"
"Lagian lo penakut banget jadi orang"
"Bukannya penakut Ben, tapi gue waspada, kalau terjadi sesuatu sama gue dan David gue bakal siap siaga mencari pertolongan untuk lari sekuat-kuatnya"
"Bisa aja lu, ngelesnya" ucap David.
David dan Lierra duduk terpisah, tak henti hentinya David melirik Lierra . Lierra berada di depan David.
Semua mahasiswa sedang fokus mendengarkan materi di aula. Lagi dan lagi David melihat mata Lierra sedang ditutup tangan. Tanpa sengaja sesosok makhluk itu berpapasan dengan David, dan ..
'tuk' suara pulpen terjatuh. David mengambil pulpen nya, entah tangan siapa yang dipegang David, membuat dia terkejut, dan tak bisa mengontrol ekspresi wajah cemasnya.
"Vid, nih pulpen Lo"
"Makasih Ben"
"Sama sama"
"Lo, kenapa Vid, bawa pulpen aja ko pakai drama."
"Drama apaan Ton?"
"Ya, kaya kagak tau aja kalau teman nya sedang jatuh cinta"
"Jatuh cinta kepalalu Ton kejedot"
"Ssst, Jangan berisik kalian" ucap Riko
"Si Anton, Ko, bukan gue"
"Sama aja lu pada"
#Lierra
"Ra, lu gak apa-apa?"
"Gue pusing"
"Gue tadi nyariin lu, kirain lo hilang. Gue tadi nya mau lapor ke kakak tingkat."
"Gue gak apa-apa Viona"
"Kalau mau kemana-mana harusnya lu bilang ke gue, biar gue gak khawatir"
"Iya"
"Lu sakit Ra? Ko pucet?
"Gue baik-baik aja, mata gue agak berat sedikit. Mungkin gue anemia kali"
" Lo ke mau istirahat"
"Gak, gue tetep lanjut aja"
David sedang sibuk mencari sesuatu, seperti stiknote dan diberikan kepada Lierra
"Kalau lu butuh bantuan, bisa hubungi gue ke nomer.. 0888xxxxxx"
David menunjukkan kehawatirannya sejak dia tertinggal di fakultas seni. David dan Lierra sepertinya diikuti sesosok makhluk.
'Ssssss' suara desisan terdengar jelas
"David lo gak lucu ya"
"Ngapain gue"
"Lo mau nakut-nakutin gue?"
"Gue diam ya dari tadi"
'Ssssss...'
"Anton itu bukan gue"
"Lo kenapa Vid?"
"Lo berisik banget dari tadi. Lo kan tadi nyuruh gue diam"
"Gue kira Lo, nyuruh diam lagi."
Dan puk terdengar Lierra duduk tak sadarkan diri.
"Kak, permisi. Teman saya sakit"
"Kenapa dek?"
"Kak teman saya sakit" ucap Viona
"Kesehatan tolong bantu saya".
Lierra di bawa menggunakan tandu kesehatan. David terkejut, melihat sesosok makhluk perempuan duduk bersama Lierra ketika Lierra diangkat memakai tandu kesehatan, sorot matanya merah dan penuh darah.
David berkeringat dingin, dan sangat pucat. Hari semakin sore, perkenalan mahasiswa baru sudah selesai. Mereka melanjutkan kegiatan ke masing-masing prodi dan jurusan.
David berjalan perlahan, dia memikirkan sesuatu tentang apa yang terjadi sebenarnya terhadap Lierra.
"Mahasiswa kenalan lu sakit bro?
"Iya"
"Mau kita jenguk?"
"Boleh"
"Ben, Rik, ayo kita beli roti untuk teman baru David"
"Siap bro" ucap Beni
"Lo tunggu disini, kita beli roti dulu ke mini market terdekat" ucap Riko.
Anton, Beni dan Riko pergi ke mini market. David mulai merencanakan sesuatu, dia pergi berlari ke fakultas seni musik, dugaan David benar, ada sesuatu yang tidak beres. Tapi dia tidak menemukan apapun tentang bekas luka atau jejak darah.
David pergi ke toilet di fakultas seni. Kemudian mencari jalan dimana Lierra keluar, David persis melakukan reka adegan ulang Lierra keluar dari toilet tersebut.
'prang...' suara kain pel terjatuh 'sssssttt' suara desisan terdengar keras. Kaki David terseret keras ke arah pintu toilet. David panik, mencoba melarikan diri, dan mencoba memegang pintu toilet, tangan nya terjepit mencoba menahan pintu supaya pintu tidak terkunci. Tangan merah tersebut menarik kuat kaki David, sampai akhirnya David berhasil berlari ke arah pintu keluar. David berlari sangat kuat ke arah luar pintu tersebut. Itu bukan toilet, itu gudang fakultas seni. Lierra Anton, dan David telah di butakan selama ini.
David berlari ke fakultas kedokteran, tempat dimana dia menunggu Anton, Beni, dan Riko.
"Vid, lo habis dari mana?"
"Gue habis dari toilet Ton"
"Yasudah, kita masuk ke ruang kesehatan"
"Ayo bro, Riko lo jangan ketahuan" ucap Beni
"Baik bos"
"Kalian beli apa?" tanya David serius
"Fuuuuuh" ucap Riko
"Pantesan, lo mau beli roti"
"Gak apa-apa Vid, kaya lo enggak pernah beli aja"
"Gue sih nyetok ya"
"Terserah, rokok gue habis, benerkan Ben?"
"Ya"
David, Anton, Beni, Riko pergi ke ruang kesehatan. Seseorang mendekati mereka. Siapa yang namanya David?
"Gue? Kenapa?"
"Gue Viona teman kamar asramanya Lierra. Lierra sudah nunggu lo dari tadi"
"Ya, gue masuk dulu"
"Ra, lo gak apa-apa?"
"David, lo ngerti maksud gue? Kayaknya, dia ngikutin gue"
"Gue udah lihat"
"Yasudah, ayo ke fakultas seni!"
"Ini terlalu berbahaya buat lo"
"Mereka gak akan berhenti Vid"
"Gue ngerti, tapi biar gue aja yang cari solusinya"
"Vid, gue dapet ini"
"Sial, lo kenapa bawa-bawa barang kaya gini"
"Gue kira, dia pemilik ikat rambut ini. Gue harus balikin lagi"
"Biar gue balikin ke tempat awalnya"
"David, temen-temen lo ada di belakang lo dari tadi"
"He He He "Anton tertawa canggung
"Kalau tau kalian mau menyelesaikan masalah, kita gak bakalan ngintip di belakang tirai"
"Bener Ben, gue juga takut kalau bermasalah dengan keselamatan nyawa"
"Lo kenapa gak ngasih tau kita Viona?" tanya Anton.
"Kalian yang masuk dengan mandiri ke ruang kesehatan, karena ingin menguping David dan Lierra".
"Kakak tingkat biasanya berjaga di malam hari. Kita masih punya waktu sebelum jam 8 malam"
"Bener, Vid. Tapi lo serius?"
"Ayo kita coba dulu, semoga kita berhasil menyelinap ke gedung fakultas seni musik"
"Lierra, lo mau ikut?"
"Iya, gue yang harus bertanggung jawab. Ini semua gara-gara gue"
Semua orang setuju dengan pemikiran David untuk menyelinap ke gedung fakultas seni musik