Waktu menunjukkan pukul 5 sore, David, Anton, Beni, Riko, Lierra dan Viona mulai merapikan buku dan meja perpustakaan. Mereka bergegas pergi meninggalkan perpustakaan, seseorang menyelinap menitipkan secarik kertas kepada tangan David, kemudian menghilang secara misterius.
"Bentar" ucap David.
"Apa" jawab Anton
"Bukan Lo" jawab David
"Terus siapa?" tambah Lierra.
"Barusan mahasiswa laki-laki yang lewat" jawab David.
"Mana?" Beni Riko dan Viona bertanya serentak.
Mereka semua kebingungan, Anton segera menyeret David keluar perpustakaan.
"Apaan sih Vid, gausah aneh deh. Dari tadi kita cuma berenam. David mengangguk paham, kemudian berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Ayo jalan" ajak Lierra kepada semua. Semua orang sibuk pada fikiran nya masing masing. Semua orang tampak senang, karena tugas yang diberikan selesai kecuali David. Setelah kejadian tersebut, David berjalan sendirian ketinggalan di belakang mereka. David diam-diam membuka kertas tersebut.
"Seseorang di bunuh di gudang fakultas seni" gumam David. Tulisan tersebut seperti tulisan tangan yang berasal dari darah. David membeku sejenak, kepalanya pusing, ia melawan rasa takut tersebut, kemudian segera berlari menyusul teman teman nya
"Semua, ikut gue ke gudang fakultas seni kemaren"
"Lierra Viona cepat hubungi Dosen penjaga di sekitar asrama, seseorang terluka di gudang fakultas seni". Mereka semua terdiam heran dengan perkataan David
"Cepetan" perintah David kemudian berlari ke gedung fakultas seni secepat mungkin, tepatnya di gudang kemarin.
"Baiklah". jawab Lierra. Lierra segera menyeret Viona dan berlari.
Anton, Beni, dan Riko saling memandang satu sama lain, kemudian berlari mengejar David. Jangan lupa, salah satu dari mereka adalah pelari handal. Beni berlari secepat kilat dan sekarang tepat berada di samping David.
"Vid, Lo kesana jangan sendirian. Lo harus nunggu gue" Teriak Beni yang berlari sekeras mungkin mengejar David.
Sesampainya di gedung fakultas seni, David dan Beni segera memasuki gudang sebagai tempat yang di tuju, tak lama dari sana Riko dan Anton pun tiba ditempat tersebut.
"Ketua Asrama?" teriak Beni
"David, lo jangan sentuh atau lo bakalan kehilangan sidik jari pembunuh." perintah Riko
"Gue gak peduli, Ketua asrama harus tetap hidup, kunci pembunuhan ini mungkin hanya dia yang tau". David segera bertindak, melakukan pertolongan pertama kepada Ketua asrama yang banyak mengeluarkan darah.
"Gue bantu" jawab Anton, diangguki David.
Semua orang menyerah pada keadaan, Beni dan Riko tidak mau berdebat, mereka pergi mencari blankar untuk Ketua asrama. Sementara David dan Anton merobek kain yang ada untuk menghentikan perdarahan. Luka tusukan terdapat dimana-mana, mereka sibuk membalut luka tersebut untuk menghentikan perdarahan kemudian mencari tempat yang aman.
"Vid, maksud lo tadi ini?"
"Ya, gua dapat kertas dari seseorang yang misterius. Lierra Viona sudah laporkah?
"Mungkin sebentar lagi mereka sampai."
David dan Anton kembali menghentikan perdarahan sementara.
'tuk-tuk-tuk'
"David ada apa ini?" tanya Dosen penjaga.
"Ketua asrama terluka, sepertinya beliau masih hidup, kami sedang memeriksanya pak" jawab David
Tak lama kemudian Riko dan Beni membawa blankar dan memindahkan Ketua asrama, kemudian membawanya ke lantai bawah.
"Ayo cepetan, bapak sudah menelepon pihak rumah sakit. Sebentar lagi mereka datang, kita tunggu di bawah, mereka akan segera membawa ambulance" ucap Dosen penjaga
"Baik Pak" jawab Beni dan Riko.
Semua orang pergi kebawah mengamankan Ketua asrama. David membawa gelang yang terjatuh yang di pegang oleh Ketua Asrama.