Konkubine

Perjalanan malam ini dilalui Freya bersama Kim dan Ed. Malam menuju musim salju bulan desember di kota Del selalu membuat mood Freya buruk. Kenangan buruk dari masa lalunya yang seolah menggelitik dan akan terus membuatnya ingat. Bahkan pada setiap butir salju yang turun mengikis kekuatan yang ia bangun di musim-musim sebelumnya. Membuat apa yang ia rasakan sebenarnya menjadi sama saja. Sesaat lemah; sesaat kuat, lalu akan kembali pada setiap desember.

Kim tau jika Freya selalu mendadak menjadi lunglai pada bulan yang sama. Entah kenangan buruk apa yang dialami oleh perempuan itu. Ia sudah berkali-kali bertanya pada Nyonya Tinny dan selalu berakhir dengan jawaban yang sama.

'Sea, alasan aku memberinya nama itu adalah karena ia seperti lautan. Kau bisa melihat betapa indah dirinya. Namun, jauh di dasar, kau akan menemukan gelap yang akan menekanmu dan buat napasmu terasa sesak ketika mengetahuinya. Aku minta, jaga dia baik-baik Freya laut yang tenang, hingga ia tak akan biarkan siapapun menyelami hatinya.'

Perjalanan selama hampir empat puluh menit itu membawa mereka ke ujung kota Del tempat Freya malam ini akan bekerja sesuai panggilan yang ia terima. Tuan Loody salah satu saudagar kaya di kota Del, tak banyak yang mengetahui itu. Pria berusia lima puluhan tahun tapi, masih memiliki tubuh yang gagah, wajahnya terlalu memikat untuk pria seusianya. Meski begitu ia masih sendiri sejak sang istri memilih meninggalkannya dengan membawa ketiga anak mereka. 

Pada dasarnya wanita hanya perlu perhatian bukan hanya sikap tapi juga uang. Dalam hal ini, Loody begitu royal tak ada kata 'tidak' ketika sang istri meminta sesuatu. Seperti sebuah keharusan baginya menuruti keinginan sang istri. Namun, yang salah di sini adalah sikap pria itu yang dingin dan kurang perhatian. Hari-hari ia lalui dengan kesibukan akan pekerjaan. Ia tak begitu percaya dengan orang lain. Baginya semua akan baik jika ia kerjakan sendri hingga buat waktu bersama keluarganya berkurang. Berbeda dengan kota lain yang bisa melakukan panggilan video call atau semacamnya. Del masih tak mumpuni dalam hal telekomunikasi atau internet. Mereka mengandalkan 3G dan berasal dari provider juga website lokal.

Freya turun dari mobil, setelah mobil itu berhenti tepat di sebuah hotel. Hotel itu terlihat buruk sekali dengan cat merah yang sudah luntur lalu bebatuan yang menjadi hiasan tembok yang penuh dengan lumut. Freya selalu datang ke sana lokasi ini kesukaannya. Karena pegawai di sini tak banyak omong dan karena itu Freya begitu senang menghamburkan uang untuk memberi tips.

"Selamat datang Nona," Gery salah satu pelayan menyambut. 

Jika dilihat Gery mungkin masih berusia dua puluhan tahun awal. Ia memiliki hidung yang sedikit bulat, tubuh sedikit gemuk dan ia punya rambut merah yang berantakan. Sejak lama Freya merasa ingin sekali memotong rambut anak laki-laki itu. Rambut itu mengingatkan ia pada cacing sutera yang biasa dijadikan pakan Kim untuk kedua ikan peliharaan pengawalnya itu.

"Kau belum memotong rambutmu?" tanya Freya kesal.

"He he he, maafkan aku Nona Sea. Aku harus bekerja dan kuliah jadi tak banyak waktu untuk melakukan itu."

Freya mengangguk, ia juga mersakan kuliah dulu  memang memakan banyak waktu. Bukan hanya waktu untu belajar tapi juga mencari penjelasan dari tugas-tugas teoritis dari dosen yang menuntut dicari tau dengan praktek. Universitas Geogriniel tempat para manusia yang menyebalkan, merasa dirinya superior hanya karena mereka adalah anak dari kalangan bangsawan kerajaan. Para mahasiswi yang menggunakan pakaian bermerk, tas mahal dengan semua desain limited edition, sepatu dengan bebunyian yang dipertegas agar dilirik apa merk-nya. Sementara para mahasiswa adalah pemuka gagdet yang tak berguna di Del dan kendaraan. Aneka mobil sport import terpajang di pelataran dan halaman parkir. Itu yang buat Freya muak akan masa kuliahnya. Hingga ia berusaha keras membuat dirinya lulus lebih cepat hanya untuk menghindari semua hal yang memuakkan baginya. Toh, ia sedari awal tau kalau memang ilmu yang ia pelajari tak akan begitu berguna kelak. Dan itu memang terjadi, yang menjadi pekerjaannya adalah kebiasaannya sebagai perempuan dari Elfleur.

Freya diikuti Kim berjalan menuju kamar yang memang biasa ia tempati untuk melayani pelanggannya. Sampai di depan pintu, Gery mempersilahkan masuk dengan gerakan tangannya.

"Terima kasih," ucap Freya seraya memberikan selembar uang yang cukup untuk membeli makan selama dua Minggu.

Jelas hal itu buat Gery senang, ia tersenyum seraya menerima lalu berterima kasih seraya menunduk beberapa kali. "Terima kasih, Nona Sea."

Kim membuka pintu setelahnya, membiarkan sang atasan cantiknya masuk ke dalam ruangan, Kim kembali menutup pintu lalu berdiri berdampingan dengan Fred pengawal Tuan Loody. Fred melirik Kim yang kini berdiri mematung dan memang begitu kebiasaannya. Tak banyak bicara pada orang yang tak ia kenal. Kim tak suka basa-basi sifatnya dingin dan tegas, hanya Freya yang bisa membuat ia melunak seperti bulir salju yang melebur bersama udara bahkan di musim yang dingin dengan suhu terendah. 

Sementara itu Gery berjalan menuju ruangan para staf, menghitung lembar chif yang ia terima. Chif adalah mata uang Del yang diresmikan kerjaan. Nama chif sudah digunakan sejak lama sekali. Mungkin, sejak Ratu Elizabeth baru saja mengeluarkan tangis pertamanya.

Emy menatap Gery, ia menggelengkan kepala seraya berdecak. "itu tujuanmu begitu rajin menjadi pelayang pada konkubine seperti Nona Freya?"

Pada bahasa jerman konkubine berarti selir dan kata itu kini di gunakan di sini sebagai panggilan yang cukup halus bagi wanita panggilan. Ya, bagi mereka wanita panggilan berkasta rendah mereka menyebutnya jalang. 

"Katakan saja kau iri? Nona Freya memang cantik sekali wajar ia punya banyak pelanggan yang berasal dari kalangan atas."

"Dia pasti mendapatkan bayaran yang tinggi atas kerja kerasnya melayani pria," gumam Emy.

Gery mendengkus, "Tentu saja, lihat tips yang ia berikan. Ini sepuluh kali lipat dari yang biasa aku terima."

Emy melirik dalam hati ia benar benar merasa kesal dan iri karena Gery mendapat banyak kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan. Gery selalu mendapatkan moment yang tepat saat Freya datang ke hotel tempat mereka bekerja. 

"Aku ingin melakukannya." Emy berkata tiba-tiba buat Gery menoleh. 

Gery terdiam sesaat lalu seketika tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha, katakan sekali lagi?"

"Memang apa yang salah? Jika aku bekerja sebagai konkubine Aku bisa membayar rumah sakit ibuku dan kuliahku tapa harus bekerja di banyak tempat bodoh." Emy kesal merasa diremehkan oleh Gery.

"Berkacalah, itu saranku. Terimalah nasibmu." Si pemilik ranmbut kemerahan itu meminta agar Emy sadar diri. 

Menurut Gery segala yang ada dalam diri Emy tak menunjang untuk menjadi konkubine. Ia hanya akan berada di kelas bawah dan akan mendapatkan panggilan 'jalang'. Emy, memiliki tubuh tambun dan pendek, dengan gigi kelinci besar, dan freakles di wajahnya. Ya, jelas itu berbeda jauh dengan Freya, begitu yang dimaksud Gery.

Emy kesal ia lalu melempar pena yang berada di atas mejanya ke arah Gery merasa rekan kerjanya itu menghina dirinya.

"Hei, aku hanya mengatakan kenyataan jangan marah. Lagipula lebih baik kau bekerja seperti ini. Ini buka pekerjaan kotor dan kau cukup rajin untuk bekerja di sini. Ya, setidaknya itu menurutku."