A Brand New World (2)

You berlari mendekati wanita itu sementara aku masih mengejar di belakangnya. Dalam lubuk hati aku sangat heran, bagaimana dia bisa dipandang tidak baik oleh teman-temannya sedangkan dia sendiri sebenarnya bisa melawan mereka.

Sampai juga You di depan wanita itu, lalu aku mendekati You.

"Libiena, apa yang kau lakukan di sini? Kau sudah sehat?" You memeluk wanita itu dengan sangat erat.

Apa-apaan dia!? Memeluk orang asing dengan riang begitu. Namun itu tidaklah penting, You bilang bahwa wanita ini sudah sehat? Berarti dia baru sembuh suatu penyakit?

"Eh?! Yuukiho ada di sini?" Wanita itu membalas pelukan You.

Beberapa detik kemudian dia menatapku dengan bingung. Tentu saja aku menatapnya juga, bunga yang sedang bermekaran itu berwarna putih. Sedangkan bunga yang sangat memikat mata itu berwarna ungu. Itulah pandangan pertamaku setelah benar-benar melihat wanita itu dengan jelas.

"Rii? Kenapa kau tidak menyapaku?" Wanita itu melepaskan pelukan You secara perlahan dan berdiri untuk memelukku.

Rii?

Apa-apaan lagi ini? Bukankah sifatnya mirip sekali dengan You? Aku tidak kenal siapa dia, tapi dengan percaya dirinya dia memelukku?

"Maaf, aku tidak ingat siapa kau." Aku melepaskan pelukannya secara perlahan.

Wanita itu kembali duduk dengan wajah yang terkejut—mungkin sedih.

"Benar, jadi sekarang Mave mengalami hilang ingatan. Maaf jika dia tidak mengenalimu, aku saja dilupakannya," tutur You menjelaskan kepada wanita tersebut.

Kata-katamu itu menyakitiku loh, You. Aku tidak melupakanmu tapi otak yang memaksaku untuk melupakanmu.

"Tidak mungkin ... padahal aku baru saja sembuh. Kenapa sekarang malah berganti Rii yang sakit?"

Ternyata wanita ini benar-benar pernah sakit. Namun untuk pertanyaannya, mana aku tahu, justru itu yang ingin aku ketahui.

"Yuukiho, bisa kau ceritakan kejadian lengkap kenapa Rii kesayanganku ini bisa hilang ingatan?".

"Tentu saja, serahkan saja padaku."

"Rii mau ikut?" Wanita itu menatapku dengan menepukkan tangannya ke bangku di sebelahnya.

"Ah tidak, aku ingin berlari saja," balasku singkat.

"Jika itu keinginanmu, aku tidak bisa memaksamu," tutur You.

Setelah itu, aku memutuskan untuk berlari mengelilingi alun-alun ini sembari menunggu You menceritakan kisahku kepada wanita itu.

Aku mulai berlari, pada putaran pertama aku masih melihat mereka yang bercerita. Otak ini memprediksi jika aku berlari mengelilingi alun-alun hanya dalam waktu 3 menit. Lalu setelah memutuskan berlari untuk putaran kedua, hasilnya masih sama. Mereka masih asyik berbincang-bincang, sepertinya masih membicarakan tentangku.

Aku tidak bisa mendengar perbincangan mereka karena aku berlari di luar taman alun-alun, sedangkan mereka berada di taman itu. Baiklah ... ini sudah enam kali berlari memutar alun-alun ini, mereka masih belum selesai mengobrol.

Sialan!!? Seberapa dekat You dengannya hingga dia tidak memberikan kode kepadaku bahwa sesi curhat telah selesai!!?

Aku berjalan mendekati mereka berdua, dua buah senyuman menyambut mata ini. Ahh~ rasa kesal tadi sudah hilang dengan senyuman mereka.

Lemah sekali.

"Jadi, sudah selesai mengobrol tentang hilang ingatanku?" Aku duduk di samping You.

"Kalau cerita tentangmu sih sudah dari tadi." You berpindah tempat duduk membiarkanku dekat dengan wanita itu.

Dari tadi itu kapan? Jangan bilang saat aku menyelesaikan putaran pertama?

"Tepatnya kapan?" Aku bertanya kepada mereka berdua.

"Lima belas menit yang lalu, Rii." Wanita itu memegang tanganku.

Apa?! Lima belas menit yang lalu? Ya Tuhan, benar sekali itu saat aku menyelesaikan putaran pertama. Lalu untuk apa aku menunggu mereka bercerita dengan berlari hingga enam kali putaran, sedangkan mereka sudah habis bercerita saat aku menyelesaikan putaran pertama??

Seseorang ... tolong aku menghadapi dua wanita yang menyebalkan ini.

"Kalian mengerjaiku, ya? Aku menunggu kalian bercerita dengan berlari, tapi malah kalian sudah habis bercerita saat aku menyelesaikan putaran pertama. Kenapa kalian tidak memberitahuku?" Aku menatap langit menunggu jawaban.

"Tentu saja ... iya." Mereka berdua mengatakan kalimat tersebut dengan bersama yang kemudian disusul dengan tawa yang keras.

Sial.

Ada dua You sekarang di kehidupan ini, apakah aku bisa melanjutkan hidup di dunia ini? Bagaimana bisa aku mendapatkan seorang pacar yang sifatnya mirip dengan You, apakah dulu aku sudah gila? Apakah diri yang dulu itu tidak pusing menghadapi dua makhluk ini??

Sekarang sudah pukul 08.00 pagi, sepertinya sudah saatnya untuk kami berdua untuk pulang ke rumah.

"You, ayo kita pulang." Aku berdiri dan melirik ke arah You.

"Sebentar, Mave, aku mengikat tali sepatu dulu." You menurunkan tubuhnya dan mulai bergelut dengan tali sepatunya.

Aku menatap wanita yang mengaku sebagai pacarku, sepertinya otak ini masih belum bisa mengingat dia adalah pacarku.

Apa ini?! Tiba-tiba saja kepala ini menjadi pusing sekali, aku mencoba untuk memejamkan mata. Hasilnya, aku mengingat sepotong ingatan tentang wanita itu.

"To—tolong ampuni aku, jangan sakiti aku lagi, aku akan kem—bali denganmu, ta—tapi tolong ... ampuni aku!"

Apa-apaan?! Dia memohon ampun ... kepadaku?

"Mave, kau kenapa?"

Suara itu membuka kembali mataku disertai dengan You menampar pipi ini untuk menyadarkanku. Ternyata aku masih dalam posisi berdiri, dengan You berada di samping dan wanita itu masih terduduk.

Aneh.

Benar juga—aku tidak pingsan saat ini, kemarin saat aku mengalami rasa sakit itu, tubuh ini langsung hilang kendali dan pingsan.

"Ah tidak, aku hanya mengingat sedikit tentang wanita itu." Aku melontarkan jari telunjuk kepada wanita itu.

"Dari tadi kau panggil aku wanita terus, ya, Rii!! Padahal aku sudah memanggilmu dengan nama kesayangan. Namaku adalah Libiena Chinatsu." Wanita itu merengus dan memalingkan pandangannya dariku.

Libiena Chinatsu, ya? Nama yang cocok dengan warna rambutnya, perak emas, dan warna matanya yang berwarna ungu itu. Sama halnya dengan You, namanya cantik seperti wajahnya.

Namun, kelemahan kedua orang di depan ini adalah mereka bertingkah sesuka mereka, tingkahnya sedikit diluar kotak.

"Jadi, harus kupanggil dengan sebutan apa? China?" Aku menyilangkan dua tanganku dan menatapnya.

"China?" Wajahnya terlihat seperti ingin memukulku.

"Bagaimana kalau kupanggil Chi-chi?"

"Chi-chi??"

Wajahnya semakin memerah dan kini dia telah memegang botol minum milik You.

Gawat perasaanku tidak enak, bisa-bisa nanti aku dipukul oleh botol itu. Aku sudah kapok dipukul You tadi, janganlah kau buat diri ini trauma dengan sebuah botol ....

"Ah—baiklah, bagaimana dengan Libiena? Aku memanggilmu dengan nama depanmu, bukankah itu lebih baik?" Aku mencoba untuk mencari cara untuk meredamkan wajah merahnya itu.

Duh ... kenapa You tidak membantu, sih?! Dia malah duduk melihat pemandangan setelah menanyakan kondisiku tadi. Pasti dia sengaja supaya aku kena pukul botol itu.

"Baiklah kau lulus, panggil aku dengan nama itu. Ingat ya, Libiena!! Libiena!!!" Libiena tersenyum manis kepadaku dan meletakkan botol itu di samping You.

Akhirnya aku selamat.

"Baiklah Libiena, sepertinya ada yang harus aku tanyakan padamu." Aku menatap Libiena dengan serius.

Libiena berdiri, sehingga kami berdua saling berhadapan, tapi—kenapa tubuhnya ternyata lebih pendek dari You!!? Kesampingkan masalah itu, You dengan asyiknya malah melihat pemandangan orang ramai yang saling menyayangi.

Apakah dia baik-baik saja?

"Apa itu, Rii?" balasnya dengan menatap lembut diriku.

Apa sekarang, aku harus memberitahu pecahan ingatan tentang dirinya barusan? Argh—lebih baik kuberitahu saja.

"Hei Libiena, apakah benar kau dulu pernah meminta ampunan padaku?"

Di luar dugaan, wajahnya tidak kaget, tapi kemudian dia tersenyum kepadaku.

"Benar, kok, aku pernah meminta ampunan itu." Libiena mendekat dan memelukku.

Jadi benar, ya? Apakah dulunya aku adalah orang jahat? Kenapa dia meminta ampunan kepadaku??

"Apakah aku dulu pernah jahat kepadamu?" Aku membalas pelukan itu dengan lembut.

"Tidak." Libiena melepaskan pelukannya dan berjalan menjauhiku.

Apakah dia ingin pulang? You masih di sini dan dia tidak ingin berpamitan dengannya?

"Hei Libiena?! Bisakah kau ceritakan kejadian lengkapnya sebelum kau pulang?!"

Sosok itu semakin terlihat menjauh, dengan sinar Matahari yang menerangi tubuhnya, Libiena menoleh.

"Bukankah itu adalah sesuatu yang harus kau ingat sendiri?!" Libiena tersenyum kepadaku.

Apa—ini? Hati ini tiba-tiba panas, pandanganku mulai kabur. Muncul lagi penyakit pusing setelah hilang ingatan itu. Rasa sakit ini, kenapa bisa sesakit ini? Aku masih bisa menahannya, aku harus bisa, tadi juga bisa mengatasinya dengan tidak pingsan.

Dengan mata yang mulai memadam, tubuh ini berusaha untuk meraih bangku di depanku.

Di mana You? Tidak ada orang yang ingin menolongku?

Lalu terlihat samar-samar di depan ada wanita yang mendekatiku. Dia memegang pundakku dan tersenyum.

"Jadi memang seperti itu, kau menghapus segalanya untuk dirimu sendiri. Semua akan baik-baik saja. Aku yang akan menolongmu."

Kalimat wanita itu membuat diriku benar-benar kosong, tidak lama kemudian aku kembali pingsan.

●●●

Tetesan air memaksaku untuk membuka kedua mata ini, aku melihat dua orang sedang berada di atas wajahku. Itu air mata mereka? Wajah mereka terlihat sangat khawatir.

You dan Libiena.

"Kau kenapa tiba-tiba pingsan, Mave?! Ayo kita pulang saja ke rumah, aku khawatir padamu!!" You menangis di depanku.

Bodoh, aku membuatnya menangis lagi. Padahal dia sedang dalam kondisi terbaiknya tadi, kenapa kau bodoh sekali, Maverick?!

Setidaknya jangan pingsan saat You sedang tersenyum bahagia, bagaimana kau bisa melakukan hal kejam seperti itu Maverick. Namun, tadi You sendiri tidak langsung menolongku, malah wanita asing yang mendekat.

"Jangan menangis, aku tidak apa-apa. Kau juga tahu sendiri, kan, aku jadi sering pingsan setelah hilang ingatan itu." Aku bangkit dan mengelap air matanya.

Aku melihat ke arah Libiena yang ternyata dia juga sedang meneteskan air mata. Gawat, aku membuat dua wanita menangis.

Bagaimana jika orang lain melihatku sebagai penjahat.

Libiena!??

Tunggu—bukankah dia seharusnya sudah pergi meninggalkanku setelah mengucapkan kalimat penyebab pingsan ini? Apa lagi maksud dari semua ini??

Tidak penting memikirkan itu sekarang, di sini ada dua wanita yang menangis, dan aku tidak bisa membiarkannya.

"Kalian berdua berhentilah menangis, kumohon. Aku tidak apa-apa sekarang."

Kami bertiga telah duduk membentuk sebuah segitiga, di lantai alun-alun tentunya. Mana mungkin duduk di bangku tadi!!

"Benar ka—kau tidak apa-apa, Mave?" tanya You dengan terisak.

"Iya, aku sudah baik-baik saja." Aku berdiri dan menunjukkan otot di lengan dengan berani.

"Dasar, Rii, jangan membuat kami berdua khawatir dong!!" Libiena mengelap air matanya dan tersenyum kepadaku.

"Berapa lama aku pingsan?" Aku duduk kembali dan menatap mereka berdua.

"Lima belas menit Rii," tutur Libiena.

"Iya benar kata Libiena, sekitar lima belas menit kau pingsan," koreksi You.

"Kenapa kalian tidak meminta bantuan orang lain?" Aku kembali menatap kedua orang di depan.

"Itu karena ...." You tidak bisa menyambung kalimatnya.

Mereka berdua tertunduk lesu setelah mendengar pertanyaan barusan.

Baiklah sekarang aku paham, sepertinya You masih belum bisa berinteraksi dengan orang-orang. Namun apa yang terjadi pada Libiena? Kenapa dia tidak meminta bantuan untuk menolongku? Apa dia memiliki latar belakang yang sama dengan You?

"Baiklah, tak usah kalian pikirkan ucapanku barusan." Aku mengusap kepala You dengan lembut.

Tunggu sebentar—aku menyadari sesuatu yang ganjil.

Aku masih bingung dengan kejadian yang sebenarnya, setelah sesaat melihat jam di tangan You yang menunjukkan pukul 08.17, itu benar-benar membuatku tambah pusing.

Apakah ini tandanya ... aku pingsan di saat mendapatkan sepotong ingatan tentang Libiena?

"Hei kalian berdua, kapan aku pingsan?" tanyaku penasaran.

"Kalau tidak salah, saat kau menunggu Yuukiho mengikat tali sepatunya dan melihat ke arahku," ucap Libiena.

"Benar, saat aku sedang sibuk mengikat tali sepatu, kau tiba-tiba saja terjatuh dan pingsan," lengkap You.

Sesuai perkiraan, bahwa aku pingsan di waktu tersebut. Jadi peristiwa setelah mengingat secercah ingatan tentang Libiena hanyalah ... mimpi, layaknya mimpi pada hari itu. Kenapa aku bisa berkata demikian?

Karena yang kuingat, berbincang dengan Libiena dalam mimpi itu sekitar sepuluh menit. Saat itu, aku mengajak You pulang tepat pukul delapan. Jika aku pingsan saat setelah berbincang dengan Libiena, maka harusnya tubuh ini siuman pada pukul 08.25. Sedangkan jika aku pingsan saat You mengikat tali sepatunya, maka pada pukul 08.15, aku terbangun dari pingsan.

Selain itu, kalimat 'Bukankah itu yang harus kau cari tahu sendiri' terucap seperti bukan dari sosok Libiena, melainkan sosok lain. Apa sosok tersebut sama dengan yang berada di pantai?

Aku tidak mengerti.

"Jadi karena aku sudah siuman, apakah tidak seharusnya kita pulang ke rumah sekarang?" Aku melihat ke arah You.

"Ayo kita pulang, Mave! Ayo Libiena ikut juga!!"

You bangkit dan bergegas memegang masing-masing tanganku dengan Libiena.

Ampun dah bocah ini .... Dia tak terlihat memiliki trauma, bukan?

Lalu, kenapa Libiena diajak ke rumah? Bisa bahaya kalau tetangga mengetahui aku membawa pacar tahu. Paling parah aku bisa dikeroyok warga karena dituduh berbuat mesum.

Dasar You aneh!!

Kami bertiga berjalan menuju ke rumah keluarga Satourii. Aku diputuskan untuk berjalan di tengah-tengah mereka berdua karena mereka takut diriku akan pingsan lagi.

Ya Tuhan, ini sudah seperti cerita manga yang memiliki genre harem saja.

Aku Maverick Satourii, sekarang menuju ke rumah dengan dikawal dua wanita cantik nan manis.

Haruskah aku bahagia karena ini?