Mayoritas penghuni wilayah Argonda atau disebut para Argo takut keluar dari perisai transparan karena diluar wilayah Argonda adalah wilayah bahaya. Begitulah doktrin yang telah lama dipahami para argo. Namun ada satu kelompok yang tidak mempercayai hal ini, mereka selalu mencoba keluar hanya saja selalu dihalangi.
"jangan biarkan Perontak keluar dari sini", Kata walikota pada pasukannya. Ia mencurigai kelompok yang biasa disebut Perontak ini sangat berbahaya bagi kelangsungan sistem aturan yang telah lama dianut para argo. Jika saja kelompok ini berhasil keluar dari wilayah argonda, tentu mereka akan tahu bahwa dunia luar tidak seseram yang mereka bayangkan. Hal ini tentu akan mengurangi kepercayaan para argo pada pemerintah.
Sementara para Argo takut keluar dan Perontak dihalangi agar tidak bisa keluar dari perisai, Walikota dan pasukan penjaga khusus bisa keluar-masuk sesuka hati. Mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Bahkan Walikota memiliki villa dengan taman-taman luas dan indah, ia dan keluargannya menikmati villa yang sangat luas diluar dari perisai transparan, tanpa diketahui para argo maupun perontak.
"apa ada yang mengikuti kita?", tanya Walikota.
Para pasukan penjaga khusus melihat ke sana-sini, memastikan apa ada para Argo yang mengikuti. Setelah dipastikan, pemimpin pasukan mengatakan,"tidak ada!".
Walikota mengarahkan punggung tangannya pada pintu diikuti keluarnya sinar terang menerangi seluruh tubuh Walikota. Tidak lama berselang, pintu berukuran besar (seukuran truk bisa melaluinya) pun terbuka. Walikota dan pasukan khususnya berjalan keluar melalui pintu, menjauh dari perisai. Salah satu pasukan kembali mengarahkan punggung tangannya, diikuti tertutupnya pintu. Pintu ini pun tidak terlihat, terkesan tidak ada apapun, menyatu dengan lingkungan sekitarnya, padahal jika tanpa sengaja menyentuhnya, akan membuat badan melebur hilang begitu saja.
"hai istriku....", kata Walikota sesaat melihat istrinya sedang bermain bersama anak-anaknya di taman.
"suamikuuu", istrinya berlari memeluk walikota. Begitupula anak-anaknya.
Dalam pelukan istrinya, Walikota melambaikan tangannya, isyarat bagi pasukan khusus agar pergi dari taman, membiarkan Walikota bersama keluarganya.
Sementara itu, para pasukan khusus juga pergi menemui keluarga masing-masing ditempat yang tidak jauh dari villa. Kecuali salah satu pasukan. Ia tidak beranjak pergi menemui keluarganya, melainkan pergi lebih jauh dari kebisingan kota maupun menjauh dari lokasinya saat ini. Ia mencari sesuatu yang tidak didapatkannya dilingkungannya selama ini. Ia mencari sesuatu yang telah lama menghantuinnya, ia merasa bahwa kebohongan menyembunyikan tempat diluar Argonda adalah ketidakbenaran.
"seharusnya para argo mengetahui tempat ini", bisiknya dalam hati saat ia berada ditempat dengan pemandangan pantai yang menakjubkan. Ia tidak ingin menyembunyikan semua ini selamanya. Kebohongan yang dilakukan pemerintah adalah ketidakbenaran. Apa salahnya para argo mengetahui tempat indah seperti ini? Bukankah semua akan baik baik saja jika para argo mengetahui semua ini? Mengapa harus ada kebohongan?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam diri salah satu pasukan unggul dan terampil senjata ini. Pertanyaan yang memang terkadang muncul begitu saja dalam diri, yang menuntun untuk melakukan kebaikan dan kebenaran. Begitupun pasukan yang bernama Arba ini. Ia mulai mempertanyakan pertanyaan dasar, "mengapa harus ada kebohongan? bukankah dengan kebenaran semua akan baik baik saja?". Arba tidak pernah tahu bahwa kebohongan yang dilakukan pemerintahnya terhadap para argo atau penghuni wilayah argonda karena ada unsur kepentingan yang harus dijaga harkat dan martabatnya. Kepentingan yang tidak lebih dan tidak bisa dipungkiri terkait harta dan tahta. Begitupula Arba, ia menyadari satu hal bahwa dengan kebohongan yang dilakukannya, ia dan keluarganya bisa menikmati kehidupan tenang dan damai tanpa harus lelah bekerja mencari koin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dibalik kesenangannya ini, jiwanya mulai merontah-rontah untuk melakukan hal benar.
"diseberang laut ini ada kehidupan ngga ya?", Arba berpikir mungkin diseberang laut ini ada juga kehidupan.