BENGEK TERKEJUT

Sementara itu, Bengek dan Latura baru saja melewati bukit pertama. Mereka istirahat di salah satu pohon sebelum melanjutkan perjalanan mendaki bukit ke dua.

"oaeno tandanoa to ratomo na kantea laranga (apa tanda kalau kita telah mendekati wilayah terlarang)?", tanya Latura pada Bengek.

Bengek terlihat mencoba mengingat. "padaa bukiti kalimaonu, taworamo tei (setelah bukit ke lima, akan ada laut)!"

"padaa tei pongko kantea laranga (setelah menyebrangi laut, kita tiba di wilayah terlarang)", Bengek menjelaskannya dengan rinci bahwa setelah menyebrangi laut, mereka tiba di pesisir pantai. Pesisir pantai yang saat ini ada Arba sedang menikmati pemandangan laut.

"tokalana mayi (ayo kita berangkat)!", ajak Bengek pada Latura.

"nowafa miina wurua (kenapa tidak terbang saja)?", tanya Latura.

Bengek terdiam, ia masih belum berani terbang semenjak kejadian bersama ayahnya, Raja Kehidupan Bawah. Bayang-bayang saat ia memanah harimau namun meleset hingga mengenai ayahnya pun terlitas begitu saja dalam benaknya.

Tanpa membalas pertanyaan Latura, ia berjalan acuh tak acuh. Melihat sikat Bengek seperti itu, Latura tidak kembali bertanya, ia mengikutinya dari belakang. Namun langkah mereka terhenti sesaat setelah terdengar suara langkah kaki dari belakang.

"yincemayitu (siapa disitu)?", Bengek terkejut. Begitupula Latura.

Mereka konsentrasi mendengarkan, tidak ada suara langkah kaki, seakan tidak ada siapapun. Padahal dibelakang Latura ada pasukan ratu yang mengikuti. Ya, ratu mengatur semua ini, namun ada satu yang ratu tidak ketahui, ada pasukan lain yang juga mengikuti dibelakang pasukannya, yakni pasukan misteri yang telah menolong Latura dan Bengek saat pasukan ratu menyerang markas baru dekat danau hingga tersisa pemimpin pasukan. Ratu tidak tahu menahu mengenai pasukan ini, ia berpikir bahwa pasukan misteri adalah pasukan Latura. padahal Latura dan Bengek juga tidak tahu-menahu siapakah pasukan misteri ini.

Bengek mencoba berjalan mendekati suara yang didengar sebelumnya. Namun ia tidak menemukan apapun. Setelah beberapa kali memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti, mereka kembali berjalan, mencoba menaklukan bukit kedua menuju wilayah terlarang atau wilayah Argonda.

=====================

Sementara Arba yang masih memandang keindahan laut dipesisir laut, ia melihat keindahan kupu-kupu warna-warni menghiasainya permukaan laut. Namun walau pemandangannya indah, pikiran Arba masih saja merontah-rontah memikirkan kebohongan yang telah membuatnya tidak tenang dalam menjalani hidup. "apakah saya harus menemui Perontak?", Arba mempertimbangkan untuk menemui Perontak karena hanya mereka yang selama ini tidak mempercayai pemerintah. Ia ingin tahu alasan mengapa mereka tidak mempercayai pemerintah. Apakah para perontak sama seperti dirinya yang saat ini, yang mulai merasa tidak nyaman menjalani hidup dalam kebohongan sehingga jiwanya merontah untuk melakukan hal yang benar?

"aku harus menemui mereka", pikirnya, diikuti langkah kaki menemui keluarganya di villa.

Arba melihat istri dan anaknya yang sedang bermain di taman. Ada kebahagiaan yang dirasakan, namun ada juga kesedihan. Ia tidak ingin ada kebohongan lagi dalam pemerintahan, namun jika ia membongkar semua kebohongan sehingga para argo mengetahuinya, apakah ia dan keluarganya akan baik-baik saja ataukah sebaliknya?

Ia melangkah mendekati istrinya. Memeluknya, mencium keningnya. "aku ingin bicara denganmu", Arba menatap mata istrinya.

"ayo kita duduk disana", ajak istrinya.

"ayah sama mama ngobrol dulu disana ya"

"kalian maen aja disini!", kata Misa pada anak-anaknya.

"kamu kenapa sayang?", tanya Misa pada suaminya sesaat setelah duduk. Misa menatap mata suaminya. Ia tidak pernah melihat suaminya seperti ini. Ia tahu mungkin ada sesuatu yang telah mengganggu pikiran suaminya.

Arba masih diam tanpa kata.