RASANYA

Arba bingung harus memulainya. Namun suka atau tidak ia harus mengungkapkan isi pikiranya.

"aku bingung pada semua kebohongan ini"

"mungkin apa yang aku sampaikan akan mempengaruhi hidup kita yang akan datang", Arba menjelaskan secara perlahan. Ia berharap semoga istrinya memahami dan dapat mendukungnya. Bagaimanapun juga ia butuh dukungan dari keluarganya, terutama istrinya.

"katakanlah sayang"

"apa yang akan kamu katakan"

"kebohongan apa dan siapa yang berbohong", istrinya menjadi bingung.

"aku akan membongkar semua kebohongan pemerintah kepada penghuni argonda"

"biar semua tahu bahwa diluar argonda masih termasuk wilayah aman"

"sehingga mereka bisa bersenang-senang seperti kita saat ini"

"bukankah kejujuran lebih baik daripada kebohongan"

"seperti halnya hubungan kita"

"kita selalu jujur satu sama lain"

"bukankah dengan kejujuran, kita baik-baik saja kan sayang hingga saat ini", Arba menjelaskan dengan singkat dan jelas.

"namun tidakanku ini tentu punya konsekuensi"

"tidak akan mudah melakukan hal ini"

"yang jelas, aku sangat membutuhkan dukunganmu", kata Arba.

Misa kaget dengan semua yang diungkapkan suaminya, ia tahu konsekuensi apa yang akan diterima jika rahasia berbohong diungkapkan ke publik. Bukan hanya konsekuensi hilangnya harta melainkan juga nyawa. Ia pun teringat diwaktu dulu, saat menemani suaminya menghadap walikota, ia dan suami serta anak-anaknya menandatangani perjanjian rahasia kebohongan.

"lakukan sesuka hati kalian"

"namun ada satu hal yang tidak boleh dilakukan'

"rahasia berbohong tidak boleh terungkap kepada publik"

"jika terbukti kalian membongkar rahasia"

"bukan tidak mungkin"

"semua berakhir!", tegas Walikota kala itu.

"sayang....", Arba memanggil istrinya.

Misa dengan tatapan kosong, masih terbayang ucapan walikota kala itu tidak merespon suaminya.

"sayang...", Arba kembali memanggil Misa.

Misa masih belum merespon.

"sayangku...!", Arba kembali memanggil istrinya. Misa terkejut.

"kamu kenapa sayang?"

"bagaimana menurutmu?", tanya Arba pada istrinya.

"rasanya seperti memakan duri besi panas jika kita melakukan itu suamiku"

"namun aku sebagai istrimu, tentu akan selalu mendukungmu", Misa menegaskan bahwa ia akan mendukung suaminya. Ia juga menjelaskan ada yang perlu mereka lakukan sebelum semua kebohongan diungkapkan pada publik. Hal ini terkait kelangsungan hidup ia, suami dan 2 anaknya.

"bagaimana menurutmu sayang", Misa meminta pendapat suaminya.

"pasti kita akan lakukan itu sayangku"

"harus kita lakukan!"

"namun ada yang terlebih dulu kulakukan"

"aku ingin menemui para Perontak!", Arba menjelaskan pada istrinya bahwa salah satu yang harus dilakukannya ialah bekerjasama dengan para Perontak.

"jangan sekarang sayangku"

"alangkah baiknya kami pergi dulu"

"setelah dipastikan aman"

"kamu segera menemui Perontak", Misa melihat kearah anak-anaknya yang sedang asik bermain kejar-kejaran. Ia berpikir sebaliknya. Jika ia dan anak-anaknya masih diwilayah Argonda saat suaminya menemui perontak, hal ini tentu akan berisiko besar untuk keselamat Misa dan anak-anaknya.

"baiklah", Arba setuju gagasan Misa.

"aku akan mengantar kalian menyebrangi laut esok hari"

"apakah kamu percaya setelah lautan itu akan ada daratan", Misa ragu pada rencana suaminya.

"aku percaya sayang"

"aku akan membawa kalian menggunakan mobil esok hari"

"karena kita belum tau disana apakah ada daratan atau tidak"

"tolong berikan pengertian pada dua anak kita"

"terima kasih sayangku", Arba mencium kening istrinya sebelum ia beranjak pergi dari vila. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Ia juga paham konsekuensi yang akan ia dapatkan setelah rahasia kebohongan diungkapkan. Namun apalah arti dari konsekuensi jika kejujuran akan membuat jiwanya merasa lebih tenang daripada ia hidup dalam kebohongan dihantui rasa bersalah selamanya.