Daratan ini termasuk pesisir laut, yang berada setelah bukit kelima dari perjalanan Bengek dan Latura. Daratan ini masih termasuk wilayah kekuasaan ratu namun diwakili perwakilannya sekelas gubernur dikehidupan atas.
"pandeanemokomo namayinaini o rajatoa (apakah anda sudah tau jika raja menuju kesini)?", tanya sekretaris gubernur saat mereka duduk diteras rumah dinas gubernur, memandang laut luas.
Sekretaris menanyakan pada gubernur untuk memastikan bahwa gubernur telah mengetahui sebelum Bengek menyebrang ke wilayah terlarang tentu akan melalui wilayah kekuasaannya.
"apandeanemo (saya telah mengetahuinya)?", sahut gubernur.
"oaenonirabumua (apa yang akan kamu lakukan)?"
"anoa no atoroe ratu so narumato naini (dia telah diatur ratu sehingga bisa sampai disini)", sekretaris ingin tahu sikap gubernurnya apakah ia akan mendukung ratu ataukah bengek yang merupakan Raja sesungguhnya.
Baru saja gubernur ingin menjawab, tiba-tiba datang pasukan gubernur teriak-teriak,"gubernur..... gubernur..... gubernur.....!".
"fotanakadei (tenang)"
"noafai (kenapa)", sahut gubernur.
"ba mo wuruno (ada yang terbang)", kata pasukan gubernur.
"oaeno muwuruno (apanya yang terbang)", gubernur bingung, karena ia tahu bahwa para bolonti atau semua pasukannya memiliki sayap, tentu mereka bisa terbang.
"ba mo wuruno (ada yang terbang)", pasukan gubernur bingung harus mengatakan apa.
"oaeno muwuruno (apanya yang terbang)", gubernur kembali menanyakan.
"ba mo wuruno (ada yang terbang)", pasukan gubernur bingung harus mengatakan apa.
plak!
gubernur kesel, menampar pasukannya.
"oaeno (apakah itu)!?", sahut gubernur.
"maaandeeee (itu)!", pasukan gubernur melihat ke langit, menunjuk benda aneh bagi para bolonti.
Mobil terbang itu melintas diatas wilayah kekuasaan gubernur, pergi dengan kecepatan cepat hingga hilang tertutup bukit.
"oaeno (apakah itu)!?", tanda tanya besar dalam benak gubernur. Ia bingung tentang apa yang dilihatnya. Ia tidak pernah melihat benda seperti itu selama hidupnya.
Gubernur bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia ragu apakah mengutus pasukannya atau tidak. Ia terdiam. Begitupula sekretaris, bahkan pelayan yang ada disitu juga pada bengong melihat kelangit. Mereka tidak pernah terbayang dalam hidup mereka ada benda aneh yang bisa terbang tanpa menggunakan sayap seperti sayap milik para bolonti, mereka tidak pernah tahu bahwa itu adalah mobil milik Arba.
===================
"kita akan mendarat disini!"
"apa kamu setuju?", Arba meminta persetujuan istrinya.
"setuju sayang"
"sebelumnya kita melewati pemukiman penduduk"
"kita tidak tahu karakter mereka"
"lebih baik kita memisahkan diri dahulu", sahut Misa.
Mereka mendarat diwilayah bukit ke 4, disini tidak ada penghuni, hanya hutan belantara.
Tanpa berlama-lama, mereka mendirikan bangunan dengan menggunakan teknologi canggih yang ada didalam mobil.
Tidak cukup 40 menit, rumah tipe 60, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi pun jadi. Rumah ini juga tidak terlihat oleh orang lain dengan bantuan tekhnologi. Ada semacam perisai transpar, selain tidak terlihat juga sebagai pelindung dari binatang buas.
Arba dan istri serta dua anaknya pun menjalani hidup baru disini.
Sementara itu, pasukan gubernur mulai berdatangan, mencari benda aneh yang bisa terbang tanpa sayap. Sesampainya diwilayah bukit ke 4, mereka tidak menemukan apapun juga. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali melapor pada gubernur.
"miina tawora aaeaea (tdak ada tanda-tanda benda aneh)", pasukan melapor kepada gubernur.
"waspadakoe (waspada selalu)!", perintah gubernur.
"umbe (iya)", sahut pasukannya.
Gubernur masih penasaran dengan benda aneh yang dilihatnya. Ia ingin semua pasukannya harus tetap waspada mengingat benda itu apakah akan baik untuk penduduknya atau tidak, ia tidak tahu menahu akan hal itu. Pastinya, mereka harus selalu waspada.