Rumit

Kafe xxxxxxxx

Pagi

Alessia menghela nafas nya berkali-kali sejak tadi, dia sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaannya karena terus memikirkan perihal soal Agnes.

biaya pengobatan dan operasi Agnes jelas membutuhkan banyak biaya, belum lagi mungkin nanti akan ada biaya lainnya yang tidak terduga.

karena itu Alessia pikir di mana dia harus mendapatkan uang saat ini, apakah dia harus mengajukan pinjaman atau bagaimana.

tapi mengajukan pinjaman jelas memerlukan sebuah jaminan, sudahkah mereka jelas tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan jaminan saat ini.

jika mengandalkan keuangan Hans, laki-laki yang selalu ada untuk Agnes jelas tidak akan cukup, laki-laki tersebut telah meninggalkan dunia gemerlapnya demi Agnes dan dibuang dari rumah orang tuanya.

cara pencarian uang secara ekstrem dilakukan oleh laki-laki tersebut, Hans bergulat di atas sering tinju nyaris di setiap malamnya untuk mengumpulkan banyak pundi-pundi uang guna pengobatan Agnes dan kelahiran anaknya.

semakin Hans mendapatkan banyak uang semakin hancur wajah dan tubuhnya, tidak jarang laki-laki tersebut pulang dengan wajah babak belur dan tubuh yang terluka dimana-mana, karena itu Alessia pikir mengandalkan Hans jelas sangat mengerikan.

semakin Hans memaksakan dirinya untuk mendapatkan uang yang banyak, maka akan semakin hancur tubuh dan wajah laki-laki tersebut.

sebab satu-satunya cara untuk mendapatkan uang secara instan dengan cara berlaga di atas ring tinju, setiap malam jelas laki-laki itu bisa menghasilkan uang yang cukup lumayan untuk banyak hal.

mencari uang seperti dirinya jelas tidak akan gampang untuk mengumpulkan uang banyak guna biaya operasi Agnes, sebab orang-orang yang bekerja seperti dirinya jelas baru akan mendapatkan gaji setelah satu bulan bekerja.

dan bayangkan bagaimana dia akan mengumpulkan uang untuk biaya operasi Agnes dengan gaji bulanan yang harus dipotong untuk banyak hal di setiap bulannya.

Realita nya di dunia ini ada hal instan yang bisa dilakukan dengan cepat untuk mendapat kan uang.

Menjual diri dan menggadaikan harga diri.

Tapi Alessia jelas tidak akan Sudi melakukan hal tersebut, bagi dirinya sesulit apapun hidup, dia tidak akan pernah menjual harga diri nya bagaimana pun caranya.

Baginya harga diri tidak bisa di samakan dengan nilai mata uang untuk menjajah kan Dirinya pada laki-laki hidung belang.

ada dua ungkapan yang paling dia suka dan dia pegang teguh untuk kehidupan nya.

"Kesucian hati nurani seseorang sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya." - Ali bin Abi Thalib

"Bagianmu yang sesungguhnya dari dunia ini adalah yang memberimu kehormatan diri." - Ali bin Abi Thalib

Dan bagi Alessia Jika seseorang telah kehilangan harga diri nya dengan menjual nya pada orang lain dan mengobral nya pada siapapun di muka bumi ini, maka orang-orang tersebut termasuk dari orang-orang yang tidak bersyukur akan kehidupan nya.

Kadar rejeki sudah di atur oleh Allah bukan? hanya saja tinggal jalan mana yang harus ditempuh untuk mendapatkan nya.

Lagi dia menghela pelan Nafas nya, Alessia yakin Allah pasti akan memberikan dirinya sebuah pemecahan masalah.

"Alessia"

Sebuah tepukan di bahu nya mengejutkan dirinya.

"Ya?"

Gadis itu berbalik dengan persamaan terkejut, bertanya dengan laki-laki yang ada di belakang nya.

"Tuan itu ingin membayar makanannya"

Saat rekan kerja tersebut berkata begitu kepada nya, Alessia buru-buru menatap ke arah depannya.

bisa dilihat seorang laki-laki berdiri di hadapannya, laki-laki yang berusia mungkin sekitar 40 tahunan dengan wajah kharismatik namun menampilkan ekspresi yang begitu datar.

Tampan dan kharismatik.

Itu kesan Pertama yang Alessia dapatkan saat ini.

Meskipun sudah berusia Begitu matang wajah menawan dengan pesona Kharismatik nya mampu menyulap tatapan mata perempuan muda, pakaian rapi dengan jas mendominasi berwarna hitam dan berbahan mahal menunjukkan betapa kayanya laki-laki tersebut.

Tapi... sejenak gadis tersebut mengurutkan keningnya, wajah laki-laki itu terasa tidak familiar untuknya, dia pikir sepertinya mereka pernah bertemu sebelumnya tapi di mana?!.

"Maaf tuan"

Alessia buru-buru menundukkan kepalanya, dia langsung menghitung total makanan laki-laki tersebut dan mulai mengetik satu persatu angka yang harus di bayar laki-laki tersebut di layar kasir dihadapan dirinya tersebut.