Disisi lain
Rumah sakit xxxxxxx
Alessia sejenak berjalan memasuki satu ruangan khusus yang mendominasi berwarna putih dihadapan nya itu dengan perasaan ragu-ragu.
Sebenarnya sejak kemarin dia merasa cukup khawatir dengan keadaannya, pemeriksaan panjang yang dia lakukan jelas membuat dia khawatir, baginya orang yang terkena penyakit biasa tidak akan melewati sesi pemeriksaan yang begitu panjang dan rumit nya.
tapi dia harus melewati beberapa sesi pemeriksaan yang tidak berkesudahan, dari proses pemeriksaan luar hingga dalam.
Bayangkan bagaimana kekhawatiran menghantam gadis itu saat ini, sejuta rasa takut dan panik jelas menghantam dirinya, pemikiran-pemikiran aneh jelas terus berjalan di atas kepalanya sejak kemarin.
Dia ingin memberitahukan soal keluhan ditubuhnya dan proses pemeriksaan diri nya tapi Alessia pada akhirnya memilih untuk diam dan tidak pernah menyampaikan keluhan dari tubuhnya kepada siapapun baik kepada Agnes atau bibi muda bahkan dengan kekasihnya.
Alessia pikir biarkan dia memastikan terlebih dahulu keadaannya, setelah tahu soal apa yang terjadi pada tubuh nya dia pikir baru dia akan memberitahukan kepada semua orang selalu keadaannya.
Kali ini langkah kaki gadis itu telah masuk ke dalam ruangan mendominasi berwarna putih tersebut, bisa dia lihat seorang dokter laki-laki terlihat telah menunggu Diri nya dan mengembangkan senyuman nya kepada dirinya.
"Nona Alessia?"
Tanya dokter tersebut sembari mempersiapkan Alessia untuk duduk tepat di kursi yang ada di hadapannya.
gadis itu secara perlahan duduk di atas kursi tersebut sembari menjawab.
"Ya itu dengan ku, pak dokter"
Jawab Alessia pelan.
setelah memastikan Alessia benar-benar duduk dokter laki-laki tersebut langsung memperkenalkan dirinya.
"Baiklah, anda bisa memanggil saya dengan sebutan dokter Rick, kita akan memberitahu kan laporan soal kesehatan Anda, nona Alessia"
Ucap laki-laki tersebut sembari memberikan sebuah map mendominasi berwarna putih kearah Alessia.
Gadis itu secara perlahan meraih map yang diberikan oleh dokter itu kepada dirinya"
"Disini saya akan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi kedepannya"
Lanjut dokter itu lagi.
"Ya?"
Alessia jelas mengerutkan keningnya saat mendengar laki-laki tersebut berkata seperti itu.
"Apakah penyakit ku parah, Dokter?"
Tanya Alessia kemudian.
Alih-alih langsung menjawab dokter tersebut langsung berdiri dari duduknya, mendekati sebuah layar disisi kanan nya dan dia menampilkan sebuah gambar yang Cukup membuat resah pemikiran Alessia.
"Ini tidak dibilang darurat tapi juga tidak dibilang baik-baik saja"
Mendengar ucapan dokter tersebut cukup membuat Alessia paham kemana inti pembicaraan mereka saat ini.
Yah ini jelas tidak baik-baik saja.
******
Begitu keluar dari ruangan dokter tersebut, kembali dengan tangan gemetaran Alessia melihat hasil dari selembar kertas yang menyatakan soal kesehatan nya, bola mata nya terlihat berkaca-kaca saat dia mendapatkan sebuah kenyataan pahit soal dirinya.
Senyuman indah nya yang berkembang tadi pagi bahkan sebelum menghadap kearah dokter pagi tadi seketika menghilang.
"Anda bisa memutuskan sendiri ingin mengikuti prosedur yang bagaimana"
Itu yang di ucapkan dokter tersebut tadi.
Dunia nya seketika menggelap, dengan langkah gontai Alessia mencoba melangkah keluar dari ruangan mendominasi berwarna putih tersebut.
Dia terus berjalan menyusuri tiap lorong-lorong rumah sakit, seolah-olah tidak ada siapapun disekitar nya, Alessia larut didalam pemikiran nya.
Entah sudah berjalan sejauh apa dia sejak tadi dia tidak tahu, yang jelas dia sudah melangkah terlalu jauh.
Sepersekian detik kemudian gadis itu terduduk lemas di atas lantai dingin dibawah nya, seketika tangis nya pecah di antara kerumunan orang yang berlalu lalang dengan kesibukan mereka.
Kenapa....?! Kenapa harus aku?!
Alessia menangis terisak sambil memukul-mukul dadanya.