Apartemen Alessia
Kallan sejenak memperhatikan wajah Alessia untuk beberapa waktu, gadis yang ada di hadapan itu terlihat tidak seperti biasanya.
hari ini dia memilih untuk berkunjung ke apartemen Alessia, membawa beberapa macam makanan untuk gadis tersebut.
begitu dia datang ketika dia melihat Alessia membukakan pintu apartemen tersebut, bisa dilihat wajah-wajah Alessia yang tidak seperti biasanya.
"Kamu sakit?"
ketika Kallan menanyakan perihal tersebut, Alessia hanya menggeleng kan kepalanya secara perlahan kemudian tidak tahu kenapa tapi menurut kallan gerak-gerik gadis itu jadi sedikit aneh.
"Alessia, sebenarnya ada apa dengan mu Hmmm?"
Kallan bertanya sambil menatap dalam wajah Alessia.
"Apa kamu punya masalah di tempat kerja?"
tanya laki-laki itu lagi dengan perasaan yang sedikit cemas.
"Atau kamu sakit? sebab wajah kamu terlihat begitu pucat"
laki-laki itu menyentuh lembut kening Alessia.
Alih-alih menjawab, Alessia tiba-tiba menatap dalam wajah Kallan, gadis itu terlihat diam untuk beberapa waktu.
"Katakan padaku bagaimana caranya untuk mendapatkan uang Sekitar lebih dari $60.000 hingga $80.000 atau bahkan masih bisa lebih secara instan dalam beberapa hari?"
tanya Alessia kemudian.
Mendengar ucapan Alessia jelas saja membuat Kallan terkejut.
"Apa?"
Uang sebesar itu Jelas bukan jumlah yang sangat sedikit, dia pikir kenapa tiba-tiba Alessia tiba-tiba menginginkan uang sebesar itu.
"Sayang kenapa kamu menanyakan soal itu? uang sebanyak itu jelas bukan jumlah yang sedikit, meskipun kita berdua bekerja membanting tulang, kita tidak akan mengumpulkan semua uang tersebut secara instan"
jawab Kallan cepat.
"Untuk apa uang sebanyak itu, Alessia?"
tanya kallan sambil mengerutkan keningnya.
Alessia sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Kallan.
"Lupakan saja"
Jawab gadis itu cepat kemudian langsung membuang pandangannya.
"Kamu masih belum ingin bekerja? aku fikir Jeremy membuka lowongan pekerjaan untuk pegawai Laki-laki"
Alessia langsung mengalihkan pembicaraan pada laki-laki tersebut.
Kallan terlihat sibuk mengupas buahan yang ada di atas meja.
"Mau buah apel atau melon?"
Kallan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
Melihat laki-laki itu sama sekali tidak merespon ucapan nya, membuat Alessia menghela nafasnya secara perlahan.
"Berikan aku melon"
Ucap Alessia pelan.
Gadis itu pada akhirnya memilih jalan memutar, mencoba memunggungi Kallan untuk beberapa waktu.
Dia masih belum paham sebenarnya siapa Kallan, meskipun dia benar-benar mencintai Laki-laki tersebut tapi ada banyak sekali rahasia tentang laki-laki itu tidak dia ketahui.
Bahkan anehnya laki-laki tersebut selalu mendapatkan uang bulanan tapi tidak pernah bekerja sama sekali dan itu yang membuat Alessia selalu resah selama bersama Kallan.
tidak peduli seberapa besar pendapatan atau penghasilan pasangan mu bekerja dan mau berusaha itu jelas sudah cukup membuat seorang gadis atau perempuan merasa puas.
setiap kali melihat Kallan tidak kunjung ingin bekerja, hal tersebut membuat alusia cukup khawatir, mengubah kebiasaan akan terasa kita sulit, dia bukan materialistis tapi dia mengikuti realita di dalam kehidupan.
Perempuan mana pun tidak ingin menjadi tulang punggung, karena mereka adalah tulang rusuk yang bengkok.
Meskipun Kallan selalu mendapat kan kiriman uang, tapi kekawatiran nya adalah jika uang tersebut bukan lah uang Kallan sepenuhnya.
Orang-orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan, tapi Kaplan selalu menolak semua pekerjaan.
"Tidak kah kamu ingin mencoba merasakan bagaimana rasanya hidup dalam perjuangan untuk mendapat apa yang kamu mau, Kallan?"
Tanya Alessia tiba-tiba kearah laki-laki tersebut.
"Misalnya ketika kamu ingin mendapatkan handphone baru, kamu berusaha bekerja setengah mati untuk mendapatkan barang yang kamu inginkan tersebut, hingga akhirnya kamu tahu betapa bernilai barang yang telah kamu peroleh dari hasil keringat kamu sendiri, Kallan?"
Lanjut Alessia lagi.
mendengar ucapan kekasihnya sejenak Kallan menghentikan gerakan tangannya.
Entahlah bagaimana menjelaskan nya?!.
mungkin sebenarnya iya, dia tidak pernah sama sekali bekerja, hingga sejauh ini yang dia tahu setiap bulan rekening nya selalu berisi uang dari ibu nya.
sejak kecil hingga setua ini dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya hidup kesulitan, karena apapun yang dia inginkan selalu dia dapatkan di rumah orang tuanya.
belakangan dia melarikan diri dari rumahnya karena urusan pelik orang tua nya, Ibu nya sering tidak dirumah, ayah nya bilang ibu nya Memiliki beberapa urusan dari perusahaan dan tidak bisa sering-sering kembali kerumah.
Ayah nya bahkan terlalu sibuk mengurusi pekerjaan dan terus mendesaknya agar dia segera masuk ke dalam perusahaan secepatnya.
Nenek nya jelas menjadi wanita yang begitu rese perihal dirinya, wanita tua itu ingin agar dia segera menikah di usia diri nya yang jelas masih terlalu muda, dia baru saja menyelesaikan kuliah nya, usia nya belum 22 tahun, bagaimana bisa dia memikirkan soal penikahan?!.
Dan ada hal yang membuat dia benar-benar merasa tidak nyaman di rumah saat ini, ibu nya beberapa kali mendesak ayah nya agar menikah kembali.
Gila!.
Itu yang dipikirkan Kallan.
Bagaimana bisa ibu nya yang mencinta ayah nya, ingin laki-laki itu menikah lagi dan siap untuk di madu?!.
Kallan pikir ada yang salah dengan jalan pemikiran ibu nya.
Dan Kallan belum berfikir untuk benar-benar ingin bekerja, dia masih ingin terbang bebas kesana-kemari, berpetualang hingga usia 25 tahun nya mungkin, menghabiskan masa muda nya untuk bersenang-senang lebih dulu baru memikirkan untuk bekerja dan terjun ke perusahaan ayah nya.
Dan dia jelas belum bisa memberitahu kan soal jati diri nya yang sesungguhnya pada Alessia.
Gadis itu tidak akan pernah merasakan jadi orang miskin lagi jika menikah dengan nya, dia berani menjamin soal itu.
Kallan Secara perlahan membalikkan tubuhnya, dia menatap gadis yang dihadapannya itu untuk beberapa waktu.
"Bukannya aku tidak ingin merasakan bagaimana rasanya mencari uang, tapi aku hanya berpikir ini belum saatnya".
Jawab kallan sembari mengembangkan senyuman nya.
Alessia tidak menjawab, dia kemudian melangkah mendekati Kallan, gadis tersebut kemudian membenahi pakaian Kallan secara perlahan.
"Sebenarnya bekerja itu bukan soal siap atau tidak siap, tapi ini soal bagaimana kamu mengemban tanggung jawab kallan"
Ucap Alessia pelan.
"Ketika kamu tahu mana yang akan menjadi tanggung jawab kamu, atau kamu tidak mendapat kan segala sesuatu secara instan dari tangan orang lain, kamu akan tahu bagaimana cara kamu menghargai semua barang yang telah kamu dapatkan atas hasil keringat kamu sendiri nantinya"
Setelah berkata begitu, Alessia langsung melepaskan tangan nya dari Kallan, gadis tersebut mundur beberapa langkah.
"Kau tahu kallan? seorang perempuan paling suka pada laki-laki yang tahu bagaimana cara nya memikul tanggung jawab dan bekerja keras, tidak peduli sekaya dan sehebat apa orang tua pasangan mereka, yang mereka nikahi bukan orang tua pasangan mereka atau harta kekayaan orang tua nya, tapi yang mereka nikahi adalah laki-laki itu yang akan mendampingi mereka didalam seumur hidup mereka"
Setelah berkata begitu, Alessia mengembangkan senyuman nya, dia menatap Kallan untuk beberapa waktu lantas langsung membalikkan tubuhnya.