Aku tersenyum tipis. "Bisa diatur, Om. Asalkan, Om mau ke luar dari celah lemari dan dinding itu, lalu kita bicara baik-baik."
Tidak ada ekspresi penuh kesombongan sekarang, kecuali menuruti semua permintaanku sebagai tuan rumah yang tidak bisa disalahkan. Apalagi aku wanita, no salah, no debat.
Om botak ke luar dari celah lemari buku, begitu juga dua orang bodyguardnya. Duduk kembali di kursi tamu berhadapan denganku. Wajah mereka menunduk takut.
"Jadi bagaimana? Apa tangan Japan bisa disembuhkan?" tanya Om botak tanpa basa-basi.
Aku mengangguk. "Tapi, kita selesaikan dulu masalah hutang tadi. Saya tidak mau dituduh tanpa bukti, begitu pun Om yang tidak mau rugi, kan?"
"Apa yang bisa saya berikan sebagai bukti?"
"Begini, Om." Aku berusaha terlihat elegan memberi penjelasan. "Coba Om berikan saya kuitansi hutang lima ratus juta dengan bunga yang sama itu. Dan, jelaskan siapa yang berhutang atas nama saya."
"Apa harus ada kuitansinya sekarang?"