Perampok Apes 1

Senin pagi yang cerah dan sibuk, aku sengaja mengajak Kaivan ke Bank. Selain mengembalikan isi dompet yang menipis di akhir bulan, aku ingin laki-laki dari masa pemerintahan kerajaan ratusan tahun lalu, menyaksikan sendiri transaksi orang-orang modern.

Sebenarnya bisa saja semua kebutuhan terpenuhi dari handphone, atau mengambil uang di pusat perbelanjaan yang ada mesin ATM. Tapi, ya seperti yang kubilang tadi; ingin Kaivan memiliki pengalaman dan pengetahuan baru.

"Ramai banget, sih, Naya? Mana harus antri lagi!" gerutu Kaivan. Sepertinya ia bosan menunggu. Padahal baru tiga puluh menit.

"Kenapa? Bosan, ya?" ledekku pelan.

Iya pelan, bisa dikira gila aku, kalau ada yang menyadari tengah bercakap-cakap sendiri. Kaivan kan tidak bisa dilihat orang.

Jin tampan itu mengangguk. "Boleh nggak aku tring mesin ATM khusus buat kamu?"