KITTY PO 26

Hal yang tak pernah Mile kira adalah Apo tahan banting. Padahal itu pengalaman pertama si manis naik jet, tapi Apo tidak mabuk sekali pun. Remaja itu semangat, dia bisa makan apa saja di dalam dan turbulensi tidak mempengaruhinya. Apo bahkan bisa main game offline juga. Remaja itu lupa rasa sakit di bokongnya, dan bernyanyi-nyanyi hingga tertidur. Mile Benar-benar tidak habis pikir. Dia tidak membangunkan Apo karena si manis melek pada waktunya. Apo benar-benar berkedip ketika jet turun ke landasan. Tanpa terguncang dia langsung lari-lari. Jeritannya seperti terlepas dari kandang. "Ayo! Ayooooo! Ayooo, Phi Mileeeee!" Dia berputar-putar sambil memanggul ransel mungil. Tali benda itu panjang menghiasi pinggang. Isinya hanya hal-hal yang teramat penting. Mile juga mengisinya dengan dolar Singapura juga, namun tidak banyak melainkan cukup untuk jajan dan naik ke taksi. Mile hanya ingin jaga-jaga kalau Apo hilang, tapi dia tetap menggenggam si manis setiap saat.

"Ayo, lewat sini kalau mau ke Universal Studio. Kita naik bus depan biar cepat," kata Mile. "Paling tidak jelajah sebagian wahana sebelum kita ke hotel. Semua

kopornya kita biar ditatakan Newyear saja."

"Oke, Phi ...."

Apo loncat-loncat saat melangkah. Sangking senangnya dia akan bertemu dunia baru. Si manis tidak lupa minta foto dengan bola legend playground ini. Apo tersenyum dengan gigi-gigi yang terlihat. Dia berpose ala V yang sudah begitu umum.

"Cheers."

"Cheers."

Mile pun jadi fotografer istrinya, namun si manis puas setelah Mile dia tarik untuk ber-selfie. Ada banyak kenangan di tempat itu. Mile memberi Apo guide-book wahana berdasarkan denah tempat yang ada 7 bagian dengan konsep yang berbeda. Diantaranya tema Hollywood, Newyork, Sci-fi City, Ancient Egypt, The Lost World, Far Far Away, dan terakhir Madagascar. Apo pun penasaran dengan roller coaster-nya yang tinggi, namun Mile menasihati sebelum si manis lari.

"Tidak, tidak. Kita coba itu nanti-nanti saja. Karena letaknya tidak efektif."

"Hah?"

"Mau menyelesaikan semua wahana, kan?" tanya Mile, genggamannya makin erat seiring waktu.

"Mau."

Apo pun mengangguk pelan.

"Nah, kalau begitu kita coba dari yang paling dekat. Plus yang tidak membuat perutmu mabuk," kata Mile, lalu menunjuk beberapa titik. "Dari sini, ke sini. Terus itu, ke sana. Setuju?"

"...."

Apo masih tampak berpikir.

"Kalau langsung roller coaster nanti Sayangku pusing. Coba bayangkan baru main 1 kita langsung pulang? Jauh-jauh lho. Apa tidak sayang momen?"

Apo pun menurut pada akhirnya. Dia kesal, tapi tetap ke "Lights, Camera, Action!" terlebih dahulu usai dipasangi gelang ekspress pass. "Aku jadi agak kurang bersemangat," batinnya. "Phi Mile memang menyebalkan ... tapi memang benar sih ...." Dia pun duduk rapi untuk nonton karya Steven Spielberg tersebut, dan kebetulan ternyata baru buka! Pas sekaliiii! Ini jam 11 dan waktunya si studio mini menampilkan berbagai efek film yang biasanya hanya ditampilkan di bioskop. Seperti angin topan, kebakaran, banjir, bangunan runtuh dan lain sebagainya, kini bisa Apo lihat langsung di depan mata kepala. "Whooaaa, keren ... banjir .... whoooa ...." Remaja itu tidak sadar sedang tepuk tangan kecil.

Diam-diam Mile memotret istrinya dari samping, di tersenyum karena Apo ternyata tidak semarah itu. Dia senang karena raut bahagia itu dihiasi rona pipi. Si manis tak berhenti terpukau hingga pertunjukkan itu selesai. Hanya dalam waktu 10 menit mereka bisa keluar lagi.

"Waw, cepat ...."

Apo minum es susu dari gelas yang dipegang Mile.

"Senang?"

"...."

Si manis hanya tersenyum.

Mile tahu dia harus lebih berusaha lagi, mungkin habis ini biarkan Apo memilih wahana yang dia mau. Mile juga ingin tahu apakah Apo akan menyesal, tapi ternyata kaki ramping itu tetap melangkah sesuai rute.

"Habis ini, yang itu kan Phi?" tunjuk Apo ke "Sesame Street Spaghetti Space Chase", yang masih di zona New York. Itu adalah wahana ringan dengan kecepatan sedang. Di dalam Mile dan Apo akan naik kereta untuk menjelajahi ruangan gelap yang dihias ala luar angkasa. Namun, bukan space yang biasa. Apo menemukan banyak karakter Elmo dalam film Macaroni the Mercilles. Mereka menghiasi ruangan sebagai astronot melayang diantara para bintang. Suara musik mendayu-dayu terdengar di langit, kadang Apo terpejam karena ada efek asap yant dilaluinya. Sebab dia jadi ingat rumah hantu, tapi ini versi lucu-lucunya. "Phi, Phi ... yang merah itu kayak Phi Mile ...."

"Hm?"

Mile berhenti memotret istrinya karena pahanya ditepuk.

"Itu, Elmo yang bawa tongkat. Dia punya alis tebal seperti Phi Mile," ulang Apo dengan senyum tipis. "Ih ya ampun, mulutnya besar sekali. Ha ha ha ha ...."

Mile menyadari tawa Apo belum lepas, saat keluar dia pun membelikan boneka Minion diam-diam. "Take a look, ada gantungannya, Po. Kau bisa pasang di tas-mu."

"Uwah ... lucu. Thank you," Apo pun berbalik, padahal sedang memperhatikan balon-balon. Dia menerima Minion mungil tersebut, tapi Mile menyuruhnya hadap kanan lagi untuk digantungkan ke restleting utama. Apo bisa merasakan si Minion bergelantungan dan menampar bokongnya. Tas ransel pun makin lucu karena dihiasi benda sama-sama kuning. "Phi Mile kok tahu sih, tadi aku lihat bonekanya? Tapi takut bilang karena nantinya membuang waktu ...." akunya. "Maksudku, kalau berhenti di toko-toko."

Mile pun segera duduk berjongkok. Dia mengambil kedua tangan Apo dan mengecupnya. Ah, bodoamat dengan mata orang di sekitar. Mile ingin si manis lebih lega seperti turun kemari pertama kali.

"Hmp, mulai sekarang jujur saja ya, kalau mau masuk ke tempat apa. Maaf juga tadi Phi-nya memaksamu sesuai rute," katanya.

"Eh? Kok tiba-tiba begini?"

"Kan yang ingin main Sayangnya Phi Mile, kok malah ditahan-tahan. Suamimu jahat, ya? Pukul saja lelaki itu! Nakal," kata Mile bersandiwara. Apo pun tertawa-tawa. Raut cerahnya kembali seketika itu juga.

"Ha ha ha ha ha ... mau dong. Memang aku boleh pukul dimana?" tantang Apo.

"Dimana saja? Coba pilih."

"Ihh, pasrah. Tidak seru."

"Yah, Phi Mile malah salah lagi?"

Apo tiba-tiba menyeringai lebar. "AHA! Aku punya ide bagussss!!"

"Apo!"

Si manis tiba-tiba saja berlari. Dia mendatangi penjual aksesoris lucu, lalu membeli kacamata besar dengan hiasan seperti Elmo. Ada alis besar, mata bulat, pakai kumis, dan tentunya motif muka kaku yang sedang tertawa. Ha ha ... Mile benar-benar kaget karena dipasangi benda itu. "Cheers, ganteng ...." katanya sambil mengambil alih kamera. "Lihat sini, Phi! Aku foto! Pakai ekspresi cemberut! Cemberut! Satu, dua, tiga ... action!"

Bunyi jepretan pun terdengar, meski Mile belum siap. Apo tertawa makin kencang karena berhasil membuat Mile jadi mainan, dia bahkan memaksa Mile memakai benda itu hingga 3 wahana berikutnya. "Oh, shit. Baiklah, Apo. Sesuka hatimu saja. Aku lebih sedih kalau kau terpaksa senyum," batin Mile sambil ditarik kesana-kemari. Si manis rupanya memilih zona Sci-Fi City, lalu dia masuk ke Transformers The Ride: The Ultimate 3D Battle, dimana banyak anak-anak gabung di sana.

"Awas, Apo. Ada Mama-nya di samping kiri. Kakimu ...." kata Mile sambil menarik istrinya menjauh. Apo hampir menginjak seorang bocah bersepatu mungil, untung tidak sampai jadi. Remaja itu pun nyengir dengan lucunya, lalu masuk dalam kereta gigantis seukuran mobil tronton. Ada banyak kursi yang berjejer di sana. Apo bersyukur karena isinya bukan hanya anak-anak, melainkan para Daddy dan Mommy ikut bergabung.

"Iii, gemesnya Phi. Yang itu ...." kata Apo. Dia mendadak fokus ke bocah berambut pirang. Si bocah dan Mommy bule-nya memakai bandana rajut berwarna merah. Mereka kembaran tanpa malu dengan sayap peri di bagian punggung. Bocah itu bersorak gembira karena Optimus Prime 3D akan berkelahi melawan Megatron. Dia berteriak sambil menjulurkan lengan.

"NYAAAAAAAAAAAAAAA!!"

Pantas Apo good mood melihatnya.

"Kau lebih suka bocah perempuan?" tanya Mile penasaran.

"Umn, suka."

"Lebih dari laki-laki?"

"Iya, Phi. Tapi laki-laki juga suka sih. Cuman kan aku sudah laki-laki. Dulu aku sempat ingin punya adik," aku Apo yang malah tak fokus ke pertunjukan. Kacamata 3D jadi sia-sia karena dia melepas, si manis rupanya bernostalgia.

"Terus?"

"Ya pengen kudandani saja? Imut tahu. Sayangnya Ibu keguguran terus sampai 2 kali. Habis itu aku gagal punya adik kecil."

"Ho."

Apo baru bersorak usai melihat Megatron jatuh oleh tinjuan kencang si Optimus. Dia mendukung Bublebee yang juga eksis bertingkah, Apo suit-suit dan diikuti remaja lainnya juga. "FIUIIIIIT!! FUIIIT! KEREN!" siulan mereka berempat bersahut sahutan. Apo tidak malu karena orang dewasa pun heboh juga, mereka bilang, "I'M NOT SCARRRYYYYY!!" tapi nyatanya berteriak histeris.

Sensasi itu masih terasa hingga Apo keluar dari tempatnya, dia sempat berlakon seperti autobot yang ingin menyelamatkan Decepticon. "SELAMA MASIH HIDUP, AKAN KUSELAMATKAN DUNIA INIII!" katanya, membuat Mile tertawa.

Well, yeah ... sebetulnya mau apapun hiburan yang Mile kunjungi dia hanya fokus kepada Apo. Jangan sampai si manis murung lagi karena dia larang seperti tadi. Mereka pun istirahat saat perut sudah berbunyi, tepat pukul 12 Apo disiplin soal jam makan memakan juga ternyata. Kruuuukk ....

"Ha ha ha, mau MC Donald's?" tawar Mile, toh kebetulan kedai itu yang paling dekat dengan wahana.

"Apapun, Phi. Laparrrr ...."

"Ya sudah, ayo pesan banyak-banyak."

"Kentang! Kentang! Kentang!"

Luar biasanya Apo habis dua burger sungguhan. Entah karena capek atau memang lapar saja, dia juga minta nambah minumannya satu kotak. Sisa kentang dia makan sepanjang jalan.

"Xixixi, aneh ya Phi? Aku lupa bilang, tapi MC Donald's memang kesukaanku. Astaga, kenyangnya ...."

Mile hanya geleng-geleng melihat ekspresi puas istrinya. Apo sampai tidak sadar dia melepas kacamata sebelum waktunya. Mile juga diajak membuat konten bersama robot Optimus. Tingginya sekitar 3 meter dan begitu nyata.

"HALO, PAK OPTIMUS! AYO BIKIN BOOMERANG DI INSTA!" ajak Apo sambil melambaikan ponsel. Omongannya cukup belibet dalam Bahasa Inggris, namun grammar Apo benar saat diucapkan. "Nanti kau melambaikan tangan bersama kami, ya! Perkenalkan ini my hubby."

Sebagai suami yang disebut, Mile jujur tidak tahan senyum-senyum. "Hai ...." sapanya sebelum ikut mendekat.

Hebatnya si Optimus mau tos tangan dengan Apo, robot itu melangkah perlahan dan mendekat ke rantai batas. Dia membuat si manis tergelak lepas. Lalu Apo dan Mile segera membuat konten mereka. Hm, catat. Ekspresi Mile sebenarnya agak konstipasi bila diajak begini. Umurnya tidak muda lagi untuk ukuran Playground Disneyland, tetapi ini memberinya inspirasi. Bagaimana jika pulang nanti membangun serupa untuk istrinya? Ada waterpark-nya, mungkin? Apo pasti senang dapat hadiah taman bermain.

"Aaaa, Phi Mile! Aaa!"

"Aaa."

"Pak Optimus juga sekali lagi!"

Robot itu bergerak-gerak dan alisnya melengkung. Semua orang seperti tunduk di bawah pesona Apo, keceriaan remaja itu menular ke orang-orang yang ada di sekitar.

Perjalanan kemudian berlanjut ke zona Ancient Egypt yang membutuhkan jalan kaki cukup jauh. Di sana ada tajuk Revenge of The Mummy dengan patung anubis berdiri. Jumlahnya 2 buah, tapi super duper tinggi. Apo sampai harus mendongak untuk melihat wajah Dewa berkepala Jackal itu. "WHOAAAAA! GEDE PHI!" serunya tanpa disadari.

Hanya saja Mile bingung karena Apo tumben-tumbenan mengintip ke bawah rok. Dia seperti penasaran apakah ada penis diukir di dalam sana.

"Apo Sayang? Sedang apa?" tanya Mile memastikan.

"Eh? Ha ha ha ... cuma mau cari titid?"

"Apa?"

Tebakan Mile benar ternyata.

"Soalnya aku pernah lho, Phi. Pas SMP rekreasi di wilayah Phayao. Di situ ada patung-patung begini, yang telanjang seperti Tarzan. Kan dipajang di sebelah museum, tuh. Eh, rok-nya kena angin dan titid ukirannya kelihatan."

Mile benar-benar tidak habis pikir. Dia sampai kesulitan bereaksi bagaimana, karena imajinasi remaja memang suka aneh-aneh. LAGIAN DEMI APAPUN, YA APO! ITU PATUNG ROK-NYA DARI BATU JUGA! BUKAN KAIN! MANA ADA TERBANG SEPERTI PATUNG YANG WAKTU ITU! Ada-ada saja si manis ini.

"Eh! ADA MUMMY!" pekik Apo tiba-tiba. "Ayo, Phi masuk! Aku sudah tidak sabar melihat mummy-nya! Pasti seru!"

"HAH--APO!"

Mile yang lebih tua pun mulai pegal ketika diseret masuk. Dia benar-benar butuh duduk, tapi Apo hanya mengizinkan dia melakukannya di kereta gelodak. Apo tidak takut ketika melihat asap yang mengepul, dia justru terhibur karena ada suara seram dari sekitar. HA HA HA HA HA HA HA HA! I will eat you to the bone! Rawrrrrr! HA HA HA HA HA HA!

Tidak terhitung seberapa bahagia Apo hari itu, sebab energinya tidak habis hingga sore tiba. Percaya tak percaya mereka bisa menyelesaikan semua wahana pada pukul 7 malam. Apo tidak butuh jeda untuk mengeluh. Semangatnya bertahan saat melihat pertunjukan jet air di Water World, atau berkeliling Jurassic Park Rapids Adventure menggunakan kapal putar yang berbentuk bundar. Mereka mengarungi sungai buatan yang mengalir deras bak bah dari langit. Apo tidak muntah meski perutnya terlonjak-lonjak oleh guncangan.

"WHOOOOAAAAAAAAAAAA!!!"

.... terakhir roaller coaster.

Mile pusing sendiri ketika turun. Dia nyata-nyata pegang kening, meski hanya niat menemani Apo. Dunia gelap sesaat di bawah kakinya. Dia nyaris tumbang, tapi Apo tidak tahu. Remaja itu sibuk berbicara dengan badut Shrek. Apo bahkan berani memeluk badut Fiona juga di depan wilayah Shrek 4G Adventure.

"Phiiii Mileeeeeeree!! Ayo foto kemariiii! Aku sudah dapat iziiiiiinnnn!"

Apo melambai-lambai di seberang sana.

Sumpah demi Tuhan Mile tak menyangka punya istri muda susah juga, tapi ini jelas sebanding dengan betapa ranumnya Apo di dalam pelukannya.

"Sebentarrrr!" kata Mile yang pura-pura sok tegar. Padahal rasa hati ingin muntah kunyahan MC Donald's. Dia tetap datang untuk si manis yang batreinya masih penuh--sssshh ... demi Tuhan bokong Apo tidak sakit apa ya sejak tadi dipakai bermain? Pikirnya.

Rupa-rupanya Mile baru tumbang ketika di hotel. Apo sampai kaget melihat sang suami tiba-tiba rebah saja di atas ranjang mereka.

"Eh! Phi Mile? Kok tidak mandi wangi dulu?"

Mile Phakphum sudah tak bergerak seperti seonggok mayat.

Apo pun mengecek helaan napas yang teratur itu, dia menaikkan kaki-kaki panjang sang suami meski harus susah payah. Sepatu juga dia lepas dengan hati-hati. Si manis sampai tidak takut mendaratkan ciumannya di pipi dan bibir Mile. "Oke, have a good night, Phi," bisiknya sambil menarik selimut. "Sweet-sweet dream. Aku mau meng-edit foto-foto kita dulu ...."

Bersambung ....