KITTY PO 28

Apo terguncang hunjaman kasar Mile Phakphum. Dia mencakar kulit pohon besar itu, dua putingnya terdempet dan menggesek-gesek ke sana. "Ah! Perih!" pekiknya, lalu membuat perlindungan menggunakan lengan. Sengaja Apo mengatur posisi agar gesekannya ke punggung tangan. Dia takut lecet kalau sampai kebablasan. Tunggu, ini mereka main cosplay Tarzan atau bagaimana?! Apo bingung kenapa cuma memakai cawat di bawah, dan sekarang cawat itu tergolek di rumput. Mile baru saja melemparnya, bedanya sang suami memakai baju ala koboi tahun 80-an. CIH! INI MIRIP ADEGAN DI DALAM FILM! SERIUS! Maksud Apo, tentu saja versi mesum.

Apo bahkan tidak takut ada ular atau singa, binatang-binatang itu lah yang justru malu melihat mereka bercinta. Semuanya melipir pergi. Yang awalnya muncul, jadi melengos perlahan. Yang awalnya lewat langsung tenggelam di balik semak. Apo pun memuncratkan mani bening ke pohon tersebut, dia dehidrasi. Lalu Mile menyusulnya dengan muncrat di dalam bokongnya. "Hhh, hhh, hhh ... hhh, hhh ...." Dua insan itu bernapas berisik.

Helaannya bersahutan di telinga Apo, si manis menyentuh perutnya yang menonjol karena penis.

"Phi Mile, sudah. Keluar ...." rengek Apo sambil menggurat pohon yang terancam hamil itu.

"Hmp? Tidak mau. Belum cukup." Mile justru mengocok penisnya yang tegang kembali. Dia hanya keluar sebentar untuk meratakan mani yang tadi. Lalu menerobos masuk lagi dan nyaman di dalam sana. "Mmmhh, hangat. Tempat itu yang paling hangat. Istriku memang hebat sekali, sempit dan mencengkeram seperti kuku."

Si manis pun mendongak karena lehernya dijilati, dia merintih samar merasakan basah dan ngilunya digigit. Dia bersyukur kali ini gerakan Mile lebih lembut, setidaknya Apo bisa mengocok penisnya sendiri demi melampiaskan hasrat. "Ahh, hh. Ahhh, hpmhh. Ahhh ...." desahnya diantara angin yang memerpa dedaunan. Tubuh mulusnya merinding disko oleh hawa dingin hutan, meski sulit berpikir dia tetap mencoba tersadar.

Ini nyata tidak sih, Ya Tuhan .....?! Apo malu burungnya dilihat puluhan burung asli yang terbang di dahan pohon. Apa karena ini hukum karma? Anubis marah ya karena Apo tadi siang mencari titidnya? Ihh, jahat. Padahal kan rok Anubis tidak bisa berkibar sungguhan. Sekarang lihat, usai threesome dengan pohon Mile masih menindihnya di atas rumput. Namun anehnya Apo hanya merasakan nikmat diantara hawa embun harum. Dia tidak gatal-gatal hanya karena banyak ilalang. Semakin Mile meratakan kissmark di perutnya Apo justru semakin menggila.

"Lagi, Phi Mile. Aku suka ... ngh," lenguh Apo yang kakinya dilebarkan. Mile asyik menjilati liang analnya di bawah sana, sebecek apapun tempat itu sang suami tetap beringas sekali. Semakin diisap, kerutan merahnya pun semakin nakal. Apo sendiri bingung kenapa bagian itu berkedut tak henti-henti (nikmat) apalagi lidah itu sudah masuk ke bagian dalamnya. Setiap belaian serasa melambungkan Apo ke langit. Apo pun tersadar betapa Mile hebat melakukan ini. Ngomong-ngomong, serius kan Mile sebelumnya perjaka? Kenapa dia bertingkah seperti seorang ahli. "Ammhh, nnngh. Ahhhh ...." desah Apo sambil meremasi rumput. Banyak yang tercerabut hingga ke akar-akarnya, Apo pun menggerakkan pinggul kecil itu tanpa sadar. Dia hanya ingin liukan lidah Mile semakin dalam, baginya tekstur lidah lebih menggairahkan daripada penis. "Ahhhh ...."

Apo merasa seksi sekali.

Si manis sampai lupa ada banyak perbedaan yang terjadi dengan dunia nyata. Sebab di hutan itu dia bebas memberikan seks berapa kali pun kepada Mile. Tanpa takut liangnya akan berdarah, tanpa khawatir akan sakit dihantam terus-menerus, juga tanpa mencemaskan besok bisa jalan atau tidak. Apo fair dengan otak kosong dia. Si manis membuka mulut untuk memberikan servis polos. Tak peduli sekaku apa kulumannya, dia tetap memuaskan Mile Phakphum.

"Ahh ...."

"Tetaplah seperti itu, telan cairanku," titah Mile tiba-tiba menyeringai. "Aku ingin lidahmu penuh dengan semua hal ini." Dia berdiri di depan Apo sambil mengocok penis yang menciprat air mani segar. Tangan kiri menjambak rambut sang istri yang agak lemas. Dengan tega dia membenamkan penis itu ke dalam rongga mulut Apo yang hangat. Suara Apo hingga tersesak sebelum belanjut pada ciuman.

Fuck! Mile versi hutan benar-benar beda hingga Apo disadarkan.

"Eugh, mnhh ... ahhh ...."

Guncangan di bahu Apo berlanjut.

"Sayang? Sayang? Hei, Manis-nya Phi Mile ...."

Masih guncangan lagi dan lagi.

"Uhuk--Phiii ...."

"Ssssh, sshhh ... bangun."

Apo pun berkedip-kedip, meski bingung sekali pada awalnya. "Huh?"

Mile Phakphum versi nyata sekarang menindihnya juga. Bedanya Mile memakai sweater turtleneck hitam. Super hangat. Tidak seperti Mile hutan yang memakai topi koboi serampangan. "My God, Sayang ... barusan kau sungguh-sungguh mimpi basah?" tanyanya. "Lihat kasurnya berantakan sekali. And your panties ..."

Apo refleks berdebar karena Mile ternyata sudah memeloroti celananya. Sang suami mungkin khawatir karena penisnya berdiri sedari tadi. Tidak bebas, tercekik. Ditambah bagian dalamnya kacau sekali. Apo jelas menyemburkan air mani hasil mimpi. Bagian itu becek. Lengketnya mengalir hingga ke paha-paha. Shit! Apo seketika tak bergerak karena malu sekali. Dia kaku karena Mile mengecek organ intimnya. Belum lagi ada pembalut berdarah yang selalu dia kenakan (sejak sakit).

Oh, good. Meski tinggal bercak merah Apo tetap kehilangan harga diri.

"P-Phi Mile, sorry ...." rengek Apo yang tiba-tiba ingin menangis. "Phi Mile aku tak bermaksud begitu, hiks ... Phi Mile, t-tapi tadi aku begituannya sama Phi Mile juga kok. D-Di hutan. Hiks ... hiks ...

Phi Mile, serius baru sekarang aku mimpi basahnya betulan. Sebelumnya tidak--hiks ... a-aku tidak pernah begini ...."

Mile Phakphum tak bisa berkata-kata.

Entah karena terlambat puber atau bagaimana, sebelum menikah Apo memang selalu gagal melakukan solo. Remaja itu lama-lama bosan berusaha, dan sekarang kepergoknya malu tidak kepalang.

Apo hari ini berbeda.

Apo berhasrat.

Apo membara.

Apo haus sentuhan, tapi liangnya masih begitu ngilu. Dia pun menangis makin keras namun jeritannya teredam. Suara baling-baling jet udara lebih kencang daripada isakannya di dalam sana. Mile sendiri tak punya pilihan selain menenangkan dengan cumbuan tanpa rencana. Lelaki itu mengecup sang istri dengan suara yang cukup berisik, setiap inci wajah dia jelajahi dengan kocokan di penis.

"Ahh, nghh. Ahhkh--Phi Mile tolong lebih kencang lagi," bisik Apo sambil meremas tangan Mile. Dia harus puas hanya dengan cara di-onani, Mile takkan mungkin bersemayam di dalamnya seperti janji kapan hari. Hm, dia sendiri tak masalah, sebenarnya. Tapi bagaimana dengan Mile? Apo juga ingin memuaskan sang suami. "Jangan pergi," katanya menahan. Tangan Apo mencengkeram lengan Mile usai klimaks, rasanya tidak lega kalau membiarkan Mile masuk ke toilet lagi.

"Kalau Phi Mile mau, aku tidak apa-apa kok berdarah lagi. Hiks ... jangan membuatku merasa bersalah."

Oke? Tapi Mile yang tidak baik-baik saja!

"Apo, bukan begitu caranya. Tugas Phi Mile sudah selesai di sini. Nanti gantian ya bersih-bersihnya. Di sini dulu. Phi maunya kau cepat sembuh."

"No ...."

Garis bibir Apo makin melengkung ke bawah.

"Apo ...."

"Aku tidak bisa memaafkan diri sendiri kalau Phi-nya begitu terus-terusan ...."

"Apo Sayang ...."

Si manis justru mendekap tangan yang dicengkeram ke dadanya. Dia tidak membiarkan Mile pergi sejengkal pun. Remaja itu makin membenci Mile kalau semakin menarik diri. "Um, um." Dia geleng-geleng tidak rela.

Mile pun akhirnya menghela napas. Dia kesal karena penisnya sendiri mulai sakit. Lalu mendorong Apo agar rebah di bawahnya. Si manis pun langsung berhenti merengek, tapi wajahnya pucat melihat Mile membuka sabuk dan restleting. "Ragu kan?" tanyanya. "Sudah, ya. Jangan masokis atau aku nanti--"

"...."

Apo Nattawin kini menangis tanpa suara.

Lidah Mile kelu karena pemandangan tersebut, dia menyadari cinta si kucing sama besarnya. Sejenak dia berpikir di antara kekacauan. Lalu mengumpulkan paha Apo jadi satu. Dia bilang, "Oke, kalau begitu pakai cara ini saja. Jangan protes, hm? Bukankah kau ingin bertanggung jawab padaku saja?"

"Umn."

"Soal tadi jangan salah paham, aku tak bermaksud menolakmu atau sejenisnya. " Mile mulai mencium dengan penis maju mundur diantara paha mulus Apo.

"Being around you is my favorite to do."

Mereka pun kembali saling sentuh, meski ekstra hati-hati, sementara Apo membuka kancing piamanya dengan jemari gemetar. Dia membagi fokus antara meladeni pagutan Mile, dengan menelanjangi tubuh. Remaja itu merona hingga ke telinga karena merasakan keintensan ini beda dari biasanya. Dada mereka berdebar bersamaan, saling sahut. Bukan karena takut atau malu, lebih kepada Apo diam-diam bersemangat melakukan ini. Melihat Mile menggunakan pahanya untuk memuaskan diri itu seksi, Apo pun sulit berkedip dari ekspresi tampan di atasnya.

"Hhhh, hhh ... mmff--hhh ...." Helaan napas Mile berat dan menghibur Apo. Setiap gerakan maju mundur Apo rasakan diantara jepitan kulitnya, dia kadang merinding karena penis itu makin besar. Lelehen mani dari ujungnya makin membuat pertemuan kulitnya licin. "Apo, hhh ... hhhh ...."

Apo Nattawin berkedip cantik karena bibirnya digoda jari. Dia menjulurkan lidah untuk menyambut sentuhan Mile. Saliva tipis membias di sana, dan rasanya hangat. Jujur, dalam dada Apo selalu khawatir tidak bisa memuaskan Mile Phakphum. Bagaimana pun dia sama sekali tak berpengalaman. Persetubuhan mereka natural karena insting dan pengetahuan awam. Setiap pesona yang menguar satu sama lain bukanlah buatan.

Mile terjerat oleh manisnya Apo, sebagaimana Apo terperangkap dengan perkasanya Mile.

Keduanya pun menghabiskan waktu di ranjang itu untuk saling melengkapi. Ya, walau akhirnya sama-sama sakau. Mile tidak sadar menerobos liang Apo karena kemelut nafsu, Apo sendiri tidak protes karena bokongnya ngilu. Pengantin baru itu bergerak sesuai hati mereka, penis bertemu tempat surgawi yang sempit. Anehnya kini darah Apo tidak sampai mengucur keluar dengan hebohnya. Apo hanya sempat keram beberapa detik, perutnya kaku. Namun setelah itu baik-baik saja. Si manis menyibak rambut Mile yang lepek karena keringat, Mile sendiri melakukan hal yang sama untuk Apo.

Entah sejak kapan mereka telanjang total begitu. Yang pasti dekapan mereka sehangat mentari pagi di musim panas. Turbulensi jet sesaat justru membuat mereka tertawa.

"Apo."

Suara Mile berat dan dalam.

"Iya, Phi?"

Keduanya baru klimaks untuk keempat kalinya. Mile masih di dalam sana dan Apo membalut total. Hebatnya remaja itu mampu menampung penis Mile, meski perutnya jadi buncit oleh sodokan yang dalam. Ahh, bangsat. Bokong lembutnya benar-benar membuat Mile ketagihan untuk meremas sekarang.

"I love you."

"....."

Apo masih berusaha mengatur napas.

"I love you to the moon and back. Phi Minta maaf sudah semena-mena padamu. It's okay ...." Jemari Mile membelai helaian rambut Apo yang berantakan. "It's okay, Sayang. Phi berubah pikiran. Kalau kau langsung hamil, aku siap jadi ayah. Jangan pikirkan hal aneh seperti aku takkan menerima atau apa. I'm a better person because of you. Phi Mile benar-benar minta maaf ...."

Apo tidak membalas perkataan Mile, namun dia tersenyum lega karena selama ini tak berani membicarakannya terlalu jauh. Jujur dia berharap bisa cepat memberikan cucu, dengan begitu impiannya pun segera terealisasi. Apo akan berusaha keras untuk masa depan, sebagaimana orang baik yang tidak pernah menyia-nyiakan keberuntungan dalam hidupnya. Dia mendekap bahu Mile dengan lengan-lengan rapuh. Apo memang bergantung, tapi dia tahu Mile akan suka jika lelaki itu merasa dia butuhkan setiap saat.

"Waaaah, di Seoul ada banyak sakura juga ternyata ...." gumam Nee saat membuka album foto bulan madu Mile dan Apo. Setelah 12 hari senang-senang, Apo pun dibawa pulang ke rumah. Mile sendiri kembali bekerja usai cuti hingga 17 hari dari kantor ( itu adalah libur terpanjang dalam seumur-umur kehidupannya).

"Iya, Mommy. Itu namanya Lotte World. Xixi ... tapi Phi Mile tidak ikut naik karena perutnya mual. Dia K.O habis kuajak naik French Revolution," jelas Apo di sofa ruang keluarga. Dia duduk sambil memangku Snowwy si putih. Kitten itu menjilat Snack penuh semangat dari tangannya.

"Oh, ya?"

"Serius! Aku paling suka waktu di Korea, Mom!" kata Apo dengan mata yang berbinar. "Wahana-nya seru-seru, ya ampun! Hampir semuanya menguji adrenalin kami! The Conquistador, yang naik kayak kapal, terus berputar 180 derajat. The Commet Express, malah duduknya bisa 360 derajat. Wossshhh! Kan sejajar tuh, dua-dua. Kepalaku di bawah dan kakiku di atas! Terus ruangannya dihiasi planet-planet. Beda tipis lah dengan Fly Venture. Tapi yang ketiga ini lebih kayak Sci-fi, warna langitnya bedaaaaa! Kadang oranye, kadang biru, kadang kuning---nah, nah, yang Flume Ride ini naik kapal air, tapi seluncuran di perosotan kolam. Super gedeeeee! Ha ha ha ha. Aku senang bisa main air seharian!!"

Celotehan Apo pun membuat Nee tertawa kencang. Dia dengarkan sang menantu cilik bercerita tentang pengalaman bulan madu dengan sang suami. Keduanya tidak lupa membuka beratus box oleh-oleh khas negara yang sudah dikunjungi. Si manis sungguh tampak bahagia hingga berani berputar-putar di depan Rom untuk pamer setelan Hanbook yang dibawa pulang.

"Papppyyyyyyy! Lihat baju yang kupilih! Warnanya pink! Bagus tidak?"

Rom pun beralih dari berkas-berkas yang dia cek ulang. "Hm, Sayang?"

"Akuuuu ... pakai ini, tampan tidak?" ulang Apo, lalu mendekat dengan paper bag di tangan. "Aku juga beli buat Pappy lho. Ini di tas. Kalau mau cobain bareng-bareng yuk. Ayo bikin konten sama aku, Pappy."

"Apa?" kaget Rom. "Iya, tampan. Sangat manis. Tapi, Nak. Ya ampun jangan seret tanganku dulu ...."

Apo Nattawin tetap menggandeng Rom keluar dari balik meja itu.

"Sebentar saja, Pappy. Sebentar ... aku janji tidak ada 10 menit. Ayoooo ....

"Sayang ...."

Secara resmi kediaman Romsaithong mulai dikuasi si cilik. Dia adalah raja di tempat itu juga sudah berkehendak. Ya, intinya makin banyak variasi warna karena tingkahnya yang rupa-rupa. Sejauh ini Nee dan Rom sudah diajaknya main Stagram, ganti baju ala Korea, memakai filter, dan mertuanya itu pasti jadi sasaran jika Mile tidak di rumah.

[Apo: Teman-temaaaan! Aku sudah pulang lhooooooo. Mau oleh-oleh tidak? Kirim alamat rumah kalian dong!! Yang posisi di kampung, atau masih Bangkok, atau dimana pun kalian berada. Cepat ya! Pokoknya japri saja! Peluk cium dari Apo!]

[Apo: Lihat ada banyak sekali! Hurry up, c'mon! Biar kuatur pengirimannya]

[Apo: 🎉]

[Apo: -sending some pictures-]

[Apo: ....]

Dalam waktu singkat GC anak-anak BT menjadi ricuh sekali, mereka bersorak apalagi Win Metawin juga bagi-bagi hadiah di saat yang sama. Semuanya menganggap ini berkah di hari keberuntungan.

[Win: Ha ha ha ha ha! Kok bisa samaan terus Pooooo. Sekalian ya guysss kalau begitu! Ke nomorku!! Hari ini anniversary pertamaku sama Bright! Lope-lopeeee!!]

[Win: -sending some pictures-]

[Win: ....]

"Waaaaaahhh!" seru mereka bersahutan. Seketika notif ponsel ke-13 anggota pun jadi sibuk. Apo dan Win hanya tertawa karena friksi mereka serupa.

Bersambung ....