KITTY PO 51

"ADUH!" pekik Jeff kesakitan. Remaja itu pun langsung mundur-mundur. Untung dia tidak terpeleset keset. Lengannya dipegangi Earth yang menjulang tinggi. Bagaimana pun keindahan fisik orang dewasa seringkali mengagumkan mata. Jeff pun mendongak perlahan ke rahang itu. Dia berkedip-kedip, sepenuhnya gagal fokus ke badan tidak berbaju.

Topless. Seksi, beraroma parfum mahal, memakai sabuk LV, dan tulang sias-nya memiliki tato ular.

Jeff langsung pusing karena ada cakaran berdarah di sana. Pelakunya sekarang tersengal heboh, yakni Masu yang terbaring di sofa kosan. Matanya mendelik ke pintu depan. Dia baru saja ditelanjangi. Celana jeans pun sudah dilempar, lengkap bagian dalamnya.

Jeff bersumpah dia sempat melihat penis Masu yang tegang, tapi kawannya segera mengangkat sebelah kaki agar menekuk menutupinya. Dia pun jadi serba salah. Nyalinya ciut, padahal niat hati ingin segera menolong.

"Ada apa?" tanya Earth dengan alis menukik presisi. Alis saja tampan apalagi keseluruhan orangnya. Dosen itu menatap Jeff dan Apo bergantian dengan mata yang sebal. "Kalian siapanya Masu? Temannya? Saudaranya? Pacarnya? Aku belum pernah melihat satu pun diantara wajah-wajah ini."

"Kami ini--"

Ucapan Apo terpotong. "Kumohon, kumohon ... bisa tidak kalian tutup dulu pintunya?" pinta Masu di seberang sana. "Serius aku telanjang di sini. Nanti bisa dilihat orang di luar ...." Kentara sekali dia nyaris menangis.

Earth justru hanya menghalangi celah dengan tubuhnya. Dia memblokade pandangan Jeff serta Apo. Kemusuhan. Aura hitam di tubuhnya makin gelap karena curiga banyak hal. "Aku tanya siapa yang pacarnya Masu? Kau, atau kau--" Mata lelaki itu jatuh ke perutnya Apo. "Tidak mungkin, kau hamil. Jadi pasti yang sebelahnya."

Jeff pun merinding beberapa detik. Namun situasi ini sudah di ambang kewarasannya. "TIDAK YA! DASAR GILA! AKU INI SUDAH PUNYA SUAMI!" semprotnya. "Bapak lah yang siapanya Masu! Dia teman kami, tahu. Jangan dilecehkan sembarangan begitu. Terutama kalau Bapak cuma menganggapnya mainan!"

"Apa? Aku?" tunjuk Earth ke mukanya sendiri. "Yang ada dia kabur dariku terus-terusan. Ini kenapa masalahnya jadi kemana-mana. Dasar kalian berdua mengganggu saja--"

Apo pun ikut maju ke depan. "Aku nak bicara dulu sama Masu. Minggir."

"Ck, buat apa."

"Ya Masu kan tidak suka sama Bapak! Minggir tidak?!" Jeff ikut-ikutan merangsek kasar. "Temanku jangan diperkosa kalau tidak mau!"

"Cih ...."

Sebal dadanya ditubruk-tubruk, Earth pun mendorong Jeff sama kasarnya. Apo yang hamil ikutan tersentak. Untung tidak sampai membuatnya jatuh ke lantai. Lelaki itu lantas menatap begitu benci. Pintu dibanting. Setelah itu suara Masu tak lagi terdengar (entah diapakan Masu di dalam sana).

"Hei, keparat--!!" Jeff refleks menendang pintu tadi kesal. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Berpandangan dengan Apo, keduanya sama-sama khawatir, tapi isi pikiran serasa menyambung.

"A-Aku belum jadi telepon Phi Newyear loh," kata Apo. "Tapi aneh tidak sih? Jam segini tetangga Masu kok sepi sekali. Terus, menurutmu dosen tadi serius suka, atau tidak? Aku takut kalau Masu kenapa-napa--"

"The hell, sebenarnya aku tak suka menebak-nebak," kata Jeff sambil mengacak-acak rambutnya. ".... tapi

kelihatannya memang iya, sih. Cuma kalau red-flag bagaimana? Omongannya saja kasar sekali. Jangan-jangan malah suka BDSM."

Tiba-tiba saja telepon Apo berbunyi. Itu adalah sang suami yang khawatir. Bagaimana pun ini pukul 6 lebih tapi Apo belum sampai rumah juga. "Tapi Phi--di sini Masu masih ada--"

"Pulang, Apo. Ingat perjanjian kita berdua," tegas Mile. "Tidak ada matahari berarti jalan-jalan juga selesai. Ini sudah hampir jam makan malam lho. Badanmu capek semua nantinya. Bahaya."

Apo pun mengangguk meski berat hati. "U-Umn, aku pulang kok sekarang. Tolong jangan marah-marah terus," pintanya langsung ketakutan. "Sebentar, ya. Nak pamit sama Jeff dan lain dulu. Sabar, Phi."

"Iya."

Mile langsung mematikan telepon begitu saja. Suara nada sambungnya terdengar kasar, padahal harusnya sangat biasa. Di titik ini Apo tahu Mile sudah menyempatkan diri. Sebab sang suami tadi di tempat ramai orang, tapi masih memantaunya dari jauh sana. Mile mungkin sedang sibuk sekali. Dia hanya ingin memastikan istrinya selamat, walau ini agak membingungkan.

"Ya ampun, cuma begitu?" kaget Jeff, yang masih berusaha memutar-mutar kenop beberapa kali.

"Iya ...." angguk Apo makin prihatin.

Keduanya pun berteriak minta tolong ke sekitar--siapa pun itu. Jeff tak peduli karena dia hanya butuh bantuan mendobrak pintu. Di lain pihak Apo sedang menghubungi Newyear. Dia ingin Newyear segera datang, sementara Jeff mengantarkan dirinya pulang.

"Ish, ish, ish. Serius ya pintu ini tetap tak bisa dibuka," kata Jeff sambil mengelus bahu ngilunya. "Kurasa memang benar kalau harus diurus Phi Newyear saja. Ayo pulang. Kita bawa dulu hadiah Masu ke rumah. Besok atau kapan kita menjenguk dia sambil tanya-tanya."

Apo pun mengangguk setuju. "Oke."

"Tapi Phi Newyear sudah tahu rute kemari kan? Kau tidak lupa sharlock atau apa?"

"Sudah kok, sudah," angguk Apo. "Walau nanti harus cari-cari dulu," kata Apo. "Namanya belum pernah kemari."

"Sip lah."

Jeff akhirnya membawa Apo pergi dari sana. Waktu terus memburu agar si manis dan bayi-bayinya aman. Namun Apo tidak bisa tetap tenang. Dia terus menggenggam ponsel dengan tangan gemetar karena takut Newyear nyasar (semoga tidak lah, ya. Walau GPS kadang suka bodoh). Newyear jaga-jaga di kafe yang cukup dekat. Dia mungkin hanya butuh 5 menit untuk tiba, alau memang pencariannya semulus itu.

"Tenang, Po. Semoga Masu tidak kenapa-kenapa. Melihatmu begitu aku malah ikutan terserang panik," celutuk Jeff sambil meremas tangan Apo sekilas. Dia kembali fokus ke jalanan karena belum sehebat pebalap mobil. Kendali harus tetap dipegang agar arah lajunya tak sembarangan. "Syukur-syukur kalau dosen tadi tak bermaksud ke tindak kriminal. Maksudku, perkosa ya perkosa saja. Tidak sampai memasukkan pentungan ke lubang seperti di koran-koran. Aku yakin dia tak sejahat itu."

"Uuu, tidak tahu ... kau bilang begitu, aku malah semakin khawatir ...." kata Apo sambil mengucek matanya. Bagian itu sudah terasa panas sekali, tapi Apo berusaha tenang usai dapat tepukan dari Jeff.

Pukul 2 malam Apo pun berhasil dipulangkan Jeff dengan selamat. Kalasin kelihatan sunyi sekali. Membuat Mile melarang Jeff pulang seperti yang waktu itu. "Masuk saja, Jeff. Tidur sini," katanya. "Kau pasti juga capek habis perjalanan jauh. Jangan memaksakan diri malah terjadi crash di jalan raya tanpa kutahu."

"Tapi Phi--"

"Jirayu sudah kutelpon barusan, jangan takut," sela Mile. "Aku senang kalian berhubungan baik, tapi karena jarak rumah jauh kami sudah memutuskan begini. Pokoknya kalau main bareng, ya berarti sekalian menginap. Tidak boleh ada kejadian yang seperti dulu lagi," tegasnya. "Ayo."

Jeff pun menghempas napas lelah. Sedikit banyak dia lega karena di swalayan belanja baju-baju juga. Jadi tak perlu meminjam Apo, meski harus tiduran di kamar tamu. Kepalanya pening sebelah karena perjalanan panjang. Habis mandi dan berbaring dia segera menghubungi Masu.

[Jeff: Su, apa kabar? Sorry aku tak cukup kuat untuk mendobrak pintunya. Kau baik-baik saja kan? Tidak mati? Hei, cerita padaku Earth itu siapa. Kenapa tidak pernah bilang?]

Sementara itu di kamarnya Apo dilarang membuka gadget kembali. Mile merebut benda itu untuk disimpan dalam lemari. Si manis yang kecapekan segera ditarik ke ranjang agar cepat-cepat tidur.

"Phiii, tapi aku mau nanya kabar Masu. Dia tadi bertengkar dengan seseorang ... ya?"

"Tidak, Apo."

"Umnn."

"Besok pagi lagi saja. Ini sudah benar-benar telat."

Beda dengan Jeff yang bebas ber-sosmed, remaja itu pun memantau Masu, yang kebetulan centang 2. Dia membalas Jirayu demi mengabarkan sudah aman di rumah Mile. Rasa kantuknya hilang seketika karena saat Masu tiba-tiba online.

.... mengetik.

[Masu: Selamat malam, Jeff. I'm not okay sebenarnya. Sudah tahu kan penampakan dosenku? Orang itu memang sangat-sangat ngeri. Perasaan aku biasa saja di kelas, tapi beliau ini seperti terobsesi padaku Sering ngasih aku tugas sampai sibuk banget. Sudah kukerjakan, tapi katanya sering salah dan minta ulangi lagi. Maunya apa sih, pikirku. Aku juga sering dipanggil ke ruangannya untuk tugas tambahan. Eh, hari ini kejadian yang begitu. Malu sekali ....]

[Masu: Aku kaget, serius. Itu pertama untukku ]

[Masu: And I'm so sorry for Apo's driver. Namanya Newyear, kan? Dia tadi ditonjok Pak Earth sampai pingsan. Aku belum tahu kabarnya lagi di teras. Takut ....]

[Masu: Lihat orang ini malah tidak mau melepaskanku. Brengsek kan sudah selesai wikwik-nya. Aku jarang bergerak nanti malah bangun lagi ]

[Masu: --sending you a picture--]

[Masu: Jeff, tolong aku ini harus apa ya esok kuliah, tapi pantatku sakit sekali ]

Untuk beberapa alasan, Jeff malah ingin tertawa. Dia jadi tidak tega meledeki, padahal kelakuan Masu sempat ingin membuatnya balas dendam. Mungkin karena Masu belum pernah tertarik pacaran. Sekali ditaksir orang, malah tipenya posesif. Dia pasti trigger sekali di seberang sana.

[Jeff: Sebentar, Su. Saranku kau diam saja di tempat. Jangan buat Pak Earth-mu itu emosi. Tunggu sampai beliau ini kembali mengajar. Dia besok pasti ada kelas kan?]

[Masu: Sebentar kuingat-ingat]

[Masu: Iya Besok Pak Earth ada jam di FISIP-Mipa. Pagi-pagi ....]

Jeff cekikikan di balik penderitaan si mantan perjaka. Matilah, Su. Makanya hati-hati dulu kau sering membuka aibku. Kena sendiri, kan. Ha ha ha ha ha ....

[Jeff: Bagus. Biar dia pergi dulu kalau begitu. Kau tidur juga]

[Jeff: Ini sudah benar-benar larut. Aku capek perjalanan, kau pun pasti tak punya tenaga]

[Jeff: Besok kita bahas ini dengan Apo juga. Good night ]

Masu pun hanya membaca pesan Jeff. Dia pasti amat kebingungan. Mungkin juga insomnia. Namun Jeff tidak mau peduli, kali ini biar Masu merasakan karma itu di dekapan sang dosen.

Sesuai dugaan Apo ikutan terbahak-bahak. Si manis membaca pesan Masu sampai melupakan susu kehamilannya. Dia pun meletakkan gelas lagi usai mengantarnya kepergian Mile ke kantor. Dengan jahat dia menggebuk meja dengan seru tanpa peduli sekitar.

Ya ampun, sia-sia sekali kekhawatirannya semalam ....

"Ini sih tipe suami manja, Po. Apa kau tidak lihat posenya? Dia meringkuk seperti bayi, padahal mulutnya seperti petasan. PFFFFTT---BUAHAHAHAHAHA! Masuuu! Masuuu! Begitu sekali nasibmu!"

"Ha ha ha ha ha ha!"

Mereka lalu video call untuk menampung curhatan Masu. Dari sana Jeff dan Apo meyakini Earth Pirapat tidak se-red-flag bayangan. Terutama setelah Masu menunjukkan kotak cincin yang ditinggal Earth di atas nakas.

"Ada sepasang kan? Siapa tahu kau disuruh memakai satu," goda Jeff.

"A-Atau mungkin rencananya kau dilamar, tapi belum sempat," sahut Apo. "Tadi pagi Pak Earth buru-buru ke kampus kan? Pasti beliau sibuk sekali."

"Ahhh! Tidak ya! Enak saja!" sangkal Masu yang utuh di atas ranjang. Dia benar-benar tak sanggup turun barang untuk pipis. Di balik selimut itu dia masih telanjang polos seperti bayi. "Aku tidak mau menikah sampai umur 25! Aku tidak seberani kalian, tahu. Apalagi Apo--ugh ... Apo ... kuakui kau sangat hebat malah sudah hamil. Kok bisa sih kalian sering di-awikwik sama suami?Tidak ngeri ya waktu diminta masuk ke kamar. Njir lah ... aku belum berani bilang ke ortu."

Percakapan itu pun berlanjut hingga siang. Ketiganya betah video-call hingga 5 jam lamanya.

"Selamat datang, Phi Mile ...." sambut Apo pada pukul 4. Dia senang dikabari Mile pulang awal. Si manis sampai lupa memakai sandal demi melihat wajah sang suami. "How your days ... hubby? Phi Mile lihat yang cantik-cantik di luar?" tanyanya.

"Apa-apaan sih Po. Tidak ada ...." Mile terkekeh sambil memeluk pinggang istrinya. Lelaki itu mendapat ciuman panas. Namun 2 box oleh-oleh yang dibawa tidak bersambut positif. "Lho? Serius? Kenapa cepat sekali pulangnya? Bukankah Jeff bilang kuliah hari ini libur?"

"Iya. Soalnya Phi Jirayu sudah menyuruhnya pulang. Di rumah sepi."

"Oh ...."

"Nanti akan kupaketkan kok. Xixixi ... tapi butuh kertas kado besar kalau 2 box begini."

Mile pun menoyor kening sang istri. "Ya bukan dua-duanya, Sayang. Satunya kau, satunya dibagi lagi. Phi hanya berpikir dia sering bertamu kok tidak diberi suguhan khusus," katanya. Lalu masuk usai melepas sepatu.

Mendengar kalimat terakhir Apo pun memicing heran. Dia jadi curiga apakah Mile jelalatan ke Jeffsatur setelah beberapa kali mereka bertemu.

Hmmm ... jangan-jangan ....

"Apoooo! Bisa kemari sebentar, Sayang?" panggil Mile tiba-tiba. "Phi mau bilang sesuatu kepadamu ....!"

Bersambung ....