2 Jam sebelumnya ....
Langkah Kim menghentak begitu keluar kamar. Dia meninggalkan Jirayu, lalu berteriak sekali untuk melepaskan amarahnya.
"ARRRGHHHHHH!!"
Bila sudah seperti itu, para klona pasti akan menyingkir. Mereka tak mau mengganggu, daripada menjadi sasaran emosi sang eksekutif.


"Ha ha ha ha ha!"
Namun, sepertinya itu tak berlaku untuk Tawan. Entah bagaimana awalnya, lelaki itu keluar kamar dengan sandal lantai terbalik. Lalu berjalan turun tangga tanpa pengawasan.
"Phi?" kaget Kim.
Dari belakang, beberapa pelayan klona baru menyusul setelah Tawan dapat separuh belokan.
"Tuan Tawan! Tuan Tawan!"
Mereka semua nyaris mati berdiri dengan pelototan Kim, tapi ternyata langkah Tawan kini sudah stabil. Lelaki itu tidak terseok seperti sebelum-sebelumnya, bahkan bisa lari untuk menabrak peluk Kim Theerapanyakul.
BRUGH!
"Ha ha ha ha ha!"
Layaknya api disiram air, amarah Kim pun seketika surut. Dia refleks mendekap Tawan dengan raut tak terbaca, sementara Tawan cepat menggandeng tangannya pergi dari sana. "Hei, Phi ... oi, kau ini mau kemana?" tanyanya. "Kenapa malah tidak tidur siang? Shit--"
Tawan terus menyeretnya sesuka hati. Lelaki yang belum sepenuhnya pulih itu mengajaknya ke pergi kolam. Lalu berlari memutari airnya yang beralur tak habis-habis.


Dari ruangan satu ke ruangan lain,
dari ambal marmer dekat hingga yang jauh di seberang taman. Dia seperti bocah yang tiba-tiba ingin ditemani bermain, bahkan tidak ragu untuk memasukkan kakinya ke dalam.
BYURRRRRRR!!
"Ung! Ung!" kata Tawan. Lalu menarik Kim agar ikut duduk di tepian. Demi apa! Kim masih memakai suit-nya! Apa Tawan pikir dia mau ikut basah-basah begitu saja? Tidak!
Pakh! Pakh! Pakh!
"Ung! Ung!" pinta Tawan makin tidak sabaran. Lelaki itu mengayunkan kaki sambil menepuki tempat di sisinya, lalu tersenyum makin cerah tak peduli celana piamanya sudah kena air hingga paha. (*)
(*) Karena otak Tawan semula infertil dan baru aktif, perkembangan cara berpikirnya pun masih seperti balita. Soal kemampuan bicara, kalian bisa samakan pada tahap "Pre-Linguistik" mereka. Di sini, Tawan akan cenderung menampakkan ekspresi menggunakan tawa, tangis, atau jeritan kalau ingin sesuatu.
Kata-katanya takkan terdengar jelas, dan dia cenderung mendekati sosok yang disukai atau membuatnya nyaman.

"Oke, oke. Sebentar ...." kata Kim dengan kening Kim berdenyut-denyut. Dia tampak agak jengkel, tapi tetap menuruti Tawan. Dilipatnya bagian bawah celana, dilepasnya sepatu dan kaus kakinya, lalu ikut duduk di tepian kolam. "Sekarang puas? Aku ini masih harus melakukan sesuatu ...."
Bukannya takut diomeli, Tawan justru nyengir dengan raut usil. Susah-susah Kim tetap tampan dan rapi, dia malah mencipratkan air ke wajah lelaki itu.
Splassssh!
Cpak!
"Shiaaa!! Hei! Get of my back now!" maki Kim tak habis-habis. Tatanan rambutnya sampai rusak berantakan, dan Tawan kini lebih kering darinya. (*)
(*) Prokem Inggris: Sudahi, hei! (Kurang lebih begitu :D)
Sayang, Kim tidak pernah bisa sungguh-sungguh marah. Sejengkel apapun dia, Tawan beda dari yang lain. Kim bahkan membiarkan lelaki itu menariknya hingga tercebur ke kolam, lalu memeluknya lagi dan lagi.
BYURRRRRRR!!!
"Ha ha ha ha!"
Entah apa alasannya, yang pasti Tawan begitu senang kali ini. Binar matanya hidup, begitu pun caranya bicara.
Apa Tawan mulai mengerti emosi yang lebih beragam?
Kim sampai tidak bisa berpaling, bahkan menghentikan para klona yang gugup membawakan bathrobe untuk mereka. "Tunggu, biarkan ...." katanya. "Kalian letakkan saja di kursi. Lalu beritahu Ken soal ini. Aku ingin dia mengecek Phi setelah nanti tertidur."
"Baik, Tuan."

Usai basah-basahan di kolam, Tawan pun mau keluar. Dengan inosennya dia meninggalkan Kim di dalam, lalu disergap klona yang cepat-cepat menghandukinya.
"Tuan Tawan, sini." Mereka mengerumuni Tawan yang terlihat risih, tapi menurut saja hingga digandeng duduk ke kursi kayu. Ada semangkuk sup buah yang disajikan untuknya, juga segelas teh hangat. Namun, Tawan menggeleng keras untuk teh yang harusnya diminum pertama kali.
"Phi, apa kau tidak kedinginan?" tanya Kim yang baru selesai menghanduki dirinya sendiri. Lelaki itu melarang para klona memaksa, lalu berjongkok di depan Tawan untuk menyuap buah.

"Unn?" Tawan tampak berpikir saat sendok itu disodorkan di depannya.
Sebagai contoh, Kim pun memakan suapan pertama untuk diri sendiri. "Begini. Makan. Enak. Apa kau mau juga?" tanyanya.
Tawan pun baru mau membuka mulut, meski sempat ragu untuk mengunyah. Namun, senyum manisnya keluar setelah merasakan manis cokelat putih melumer di lidah.
"He he he."
Kim cukup menikmati pemandangan itu, meski untuk dapat Tawan versi dewasa, dia tahu harus menunggu lebih lama lagi.
Well, tak masalah. Bukankah 8 tahun ini cukup membuatnya jadi ahli menunggu? Walau jika untuk berciuman, Kim merasa tak perlu memberinya waktu lebih--
"--nn," gumam Tawan yang ikut memegang sendok. Lagi-lagi, saat bibirnya dijajah, lelaki itu mematung di tempat saja. Dia membiarkan Kim menyentuh, lalu berkedip bingung ke para klona yang berpaling muka.
Mereka semua kenapa? Pikirnya.

"Memang manis sekali," kata Kim. Dia mendengus tersenyum, kemudian mengacak-acak rambut Tawan yang basah. Keduanya lalu bertatapan sangat dalam, walau Tawan takkan paham maksudnya apa. "Teruslah bertumbuh baik seperti ini, Phi. Bagus. Kau melakukannya dengan sangat baik."
Tawan hanya diam sambil balas menatapnya. Kemudian ke para pelayan. Juga para bodyguard klona yang perlahan mengitari mereka. Semuanya berjalan seperti angin. Tenang. Tak bersuara, tapi masing-masing menodongkan senjata. (*)
(*) Sistem tidak melaporkan apapun karena Wik yang di-hack oleh Jirayu sudah diberikan izin otonomi/tidak perlu menunggu Kim mengizinkan sesuatu. Jadi, bisa kita anggap 30% klona pun ikut berkhianat sekarang.
"Hnnh ... unn ...." gumam Tawan yang langsung gelisah. Dia menatap tegang formasi yang melingkar itu, lalu menyentuh tangan Kim dan menggenggamnya. "Unn. Mmn," katanya begitu takut.
Sayang, Kim terlalu fokus padanya. Lelaki itu malah balas menggenggam. Lalu menantikan perubahan lain darinya. "Kenapa, Phi? Kau sedang menginginkan sesuatu?"
Tawan kesulitan menjelaskan isi perasaannya.

"Aku mungkin harus membawamu jalan-jalan dalam waktu dekat," kata Kim. "Karena alam pasti bagus untukmu, aku yakin."
Di seberang sana, Jirayu menatap wajah Kim beberapa saat. Ekspresi wajahnya yang lembut, tatapan matanya yang dalam, juga senyumnya yang amat menawan--jujur Kim tidak pernah seperti itu padanya. Sekali pun.
"Kenapa kau beruntung sekali," gumam Jirayu saat matanya beralih kepada Tawan. Meski semua klona jajahannya siap siaga, lelaki itu sempat menghentikan pergerakan satelit yang berhubungan dengan sistem Kim di bumi. "Apa yang sebenarnya dia lihat darimu, hah?Karena berkali-kali pun kupikirkan hal ini, semua terasa lucu sekali."


Jirayu mengusap wajahnya frustasi.
"Padahal kupikir dia akan lelah dan kau takkan pernah kembali."
"...."
"Dan seharusnya memang tidak pernah kembali ...."
"...."
"Ha ha ha ha ha ...."
"....."
"Ha ha ha ha ha ha ha ha."
"...."
"Aku ini sebenarnya kenapa," kata Jirayu sambil memukul pelan kepalanya sendiri.
[Tuan James? Apa Anda berniat membatalkan penyerangannya?]

Sistem tiba-tiba muncul di depan wajah Jirayu. Ia berputar-putar magnetis, bercahaya, dan menghitung waktu mundur atas intruksi yang masih tertahan.
[Jika Anda masih ragu, saya sarankan untuk memikirkannya sekali lagi]
[😊😊😊]
[Anda tahu selalu ada waktu untuk membuka peluang yang lebih baik--]
PRAKHHHH!!
Jirayu pun melempar sembarang benda di sebelahnya. "DIAM KAU!! Diam! DIAAAAAAAAAMM!!" bentaknya marah. Padahal, rasa ingin menghancurkan sangat besar saat perjalanan. Tapi kenapa kini sulit sekali? Jirayu baru melihat jenis senyum itu sekarang ... dan meskipun banyak kebencian, sanubarinya masih ingin melihat itu lebih lama lagi.
Sangat lama. Bahkan kalau bisa selamanya--atau setidaknya kala Kim masih bernapas.
[Tuan James?]
"Tidak, jangan," kata Jirayu sambil memundurkan roda kursinya. Lelaki itu seperti tidak ingin menyentuh tombol melayang apapun, karena tiba-tiba takut kepada dirinya sendiri. "Jangan lakukan. Kumohon. Aku tak masalah jika dia dengan Tawan. Tolong. Cepat mundur dan kembali ke posisi kalian."
Padahal, Jirayu cukup mengatakan penolakan, sistem sudah lebih dari paham untuk melakukan apa.
[Baik, Tuan. Perintah telah diterima 😊]


Bersamaan dengan mundurnya para klona jajahan, Jirayu tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang susul menyusul di belakangnya.
TAK! TAK! TAK! TAK! TAK! TAK!
"SERBU!!" teriak seorang pria menggaung begitu keras.
"BAIK!""
DEG
Siapa?!
Jirayu pun refleks ingin menoleh, tapi niatnya terhenti oleh pistol di sekitar batok kepalanya.
KACRAK!! KACRAK!! KACRAK!!
KACRAK!! KACRAK!! KACRAK!!
DEG
Membuatnya terbeku diam. Tak bisa bergerak samasekali, karena orang-orang ini bahkan langsung memborgol tangannya menjadi satu.
KACRAK! KACRAK!
"Astaga, beruntung sekali karena firasatku benar," kata pria yang berdiri menjulang di belakang kursi Jirayu. "James ... James ... James ... James Jirayu Tangrisuk--ha ha ha ... benar-benar luar biasa. Fiuh ... siapa ya yang dulunya jadi dokter keluarga saja?"
Prok! Prok! Prok! Prok!
DEG
Suara ini ....
"HA HA HA HA HA, hmph ... kupikir kau sudah mati kemarin," kata Jirayu berusaha tenang. Padahal, kedua matanya sempat menegang hebat, tetapi kini justru melembut disertai senyuman tampan. "Domenico ...." (***)

Bersambung ....
(***) FYI, dualisme adalah sifat dasar Jirayu. Bukan karena dia punya alter ego beralasan, tapi emang zodiak dia Gemini di FF ini. Itu sebabnya Jirayu cenderung punya banyak pembawaan. Kadang panas, kadang dingin. Kadang manis, kadang kasar. Kadang menyebalkan, kadang bikin gak tega. Kadang juga bikin benci banget sama dia, tapi di lain waktu ... kalian justru menganggap dia paling romantis sedunia.
Well, terlepas dari itu semua, perasaan dia ke Kim emang gak kalah another level.
Psst ... psst ... kalau kalian belum tahu, Gemini itu tipe gampang baperan, tapi untuk menetap lama sampe bertahun-tahun adalah hal yang sulit. Karena di balik mode gampangannya, Gemini suka pake logika. Cuman, sekali dia pake perasaan, ibaratnya seluruh bumi pun dikasih buat orang tersayang.
Gw paham karena gw sendiri Gemini 🤣 Sekian informasi saat ini.