4. ***Kondisi Sekolah

MELAWAN HUJAN SENJA

Sekilas saja

Biar bertabur rindu ini

di atas hamparan jiwa yang syahdu

pelepah pisang yang tua mengering digantikan yang muda

namun batang tetap teguh berdiri

berkembang makin tebal dan kokoh

hanya bungkusan-bungkusan kulit

seperti lapisan-lapisan pelepah pokoknya

namun hanya rongga-rongga berisi air

mudah terpatah, mudah memecah

akar yang besar tak menjamin kuat mencengkeram tanah

hanya berisi air yang mudah robek

sekeping harapan yang tersemai di dada

berbunga rindu pilu sepanjang waktu

bila umur tiada tentu

bukankah esok Mentari pagi Kembali lagi

masih bersinar seperti kemarin

tidak makin redup, tidak makin kecil

tidak perduli perduli seribu asamu habis semalam

atau jiwamu mengapung di sepanjang kehidupan

Melawan Hujan Senja Halaman 1 - Kompasiana.com

##

Pagi menyambut bahagia, cerahnya cuaca cepat membuat waktu beranjak. Kicau burung-burung diantara pepohonan dan kebun-kebun karet bersahut-sahutan. Masih banyak varieties burung-burung di tanah Sumatera ini. Bahkan Murai yang terkenal dan laris manis di daratan Jawa itu di ambil dari sini. Hebat bagaimana pedagang burung bisa mendapatkan berbagai macam jenis Murai Sumatra padahal katanya pengamanan di dermaga sangat ketat. Oh maaf aku lupa, sudah tradisi bahwa untuk rakyat biasa hukum dan peraturan berdiri tegak dan tidak memihak. Tapi untuk kalangan aparat hukum sendiri, kewenangan bisa menjadi tameng bagi oknum-oknum tersebut. Tidak dipungkiri bahwa penyelundupan binatang termasuk burung dari Sumatra ke Jawa. Oleh sebab itu guru ada yang bingung untuk menjawab pertanyaan siswa " mengapa hukum berpihak pada kekuasaan dan kekayaan?" kalau dijawab "hanya oknum-oknum tertentu!" pasti siswa akan menyanggah "tapi kenapa hampir semua kasus orang kaya, berkuasa, dan pejabat-pejabat tinggi selalu menang? Dan bahkan koruptor saja di permudah dan ringan hukumannya."mungkin guru akan menjawab " tunggu saja jika kalian yang menduduki jabatan-jabatan mereka, bisakah kau mempertahankan pemikiran baikmu itu?"Baiklah untuk masalah hukum dan pemerintahan biar diurus oleh pemerintah dan jajaranya,

Beberapa bulan terakhir sekolah menjadi kacau karena Kepsek sering tidak datang ke sekolah. Kegiatan sepenuhnya di serahkan oleh wakil-wakil tapi harus dengan persetujuan Kepsek.

Kebijakannya semakin semena-mena. Ingin memajukan sekolah tapi dengan caranya sendiri, ini dirongrong oleh teman akrapnya yang honorer di sekolah itu. Sementara SMK PANCASILA ini dibangun oleh banyak pihak. Kepala Sekolah merasa memiliki sepenuhnya. Banyak guru yang keluar karena jam ngajarnya dikurangi dan nampak disisihkan. Itu disengaja oleh Kepsek karena didesak oleh Murnianti. Tapi untuk guru-guru lain seperti Pak Joko sendiri ini adalah tantangan, bukan berarti harus mundur, tapi juga bukan jalan untuk menjatuhkan temannya sendiri dengan istilah "menjatuhkan kesalahan dan mempertontonkan kesalahan dan kekurangan rekan sekedar untuk mempertahankan imegnya sendiri plus jempol dari atasan. Ini benar-benar sikap tak waras. Beberapa guru yang keluar mengeluhkan sikap Pak Ibrahim, kenapa dengannya.

Meskipun tidak memiliki jabatan tapi mestinya menghargai setiap guru-guru yang bekerja memberikan sumbangsihnya untuk keberlangsungan sekolah selama ini.

Mungkin dibalik semua ini ada kesalahpahaman. Adanya orang-orang yang berusaha mencari keuntungan diantara masalah-masalah yang ada. Tapi mungkin tidak sepenuhnya seperti itu.

Diakui sekolah memang mengalami kesulitan yang sangat luar biasa. Tahun 2016, sekolah tidak bisa membayar gaji guru setiap bulan seperti biasanya. Honorer semkin kesulitan. Belum lagi harga sembako meningkat karena harga BBM yang terus naik. Dana BOS yang sering ngadat ini karena dari kebijakan pucuk yang berubah.

Mungkin Kepala Sekolah juga merasa terbebani dengan situasi ini. Karena sudah merasa berat guru-guru yang sudah tau situasi masih pula mengeluh.

Perlu pendekatan emosional sehingga tidak terjadi salah paham dan salah pengertian. Kalaupun guru-guru di sekolah ini dengan kebijakan sekarang. Mulai dari gaji terlmbat dan pengajuan insentifpun tidak ada kelanjutan. Ini semua karena kebijakan pemerintah yang berubah.

Pemerintah sekarang lebih pada pembangunan. Di tahun ini tol laut maupun tol darat di bangun. Bahkan Sumtra Selatan memiliki ikon baru, yaitu sirkuit terbesar di Indonesia. Bahkan termasuk sirkuit internasional. Kami sebagai warga walaupun di daerah, sebenarnya juga merasa bangga. Terlbih dengan pembangunan LRT. Ini adalah pertama di Indonesia. Sungguh luar biasa.

Memang masa pemerintahan Alek Nurdin pembangunan sangat pesat dan terlihat. Bahkan beliau berhasil menarik hati Presiden Jokowi sehingga pembangunan itu jembatani oleh presiden.

Kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah juga menjadi faktor yang mempengaruhi. Semenjak pemerintahan Jokowi ini. Tidak ada pengangkatan. Honorer K2 yang pada akhir masa pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudoyono), tidak lulus tes pengangkatan CPNS, nasibnya masih belum jelas. Apalagi yang belum masuk K2.

Pembangunan infrasruktur digalakkan besar-besaran. Baik tol darat maupun tol laut. Sungguh membanggakan pembangunan dibidang perhubungan ini. Sumtra yang masih lahan-lahan seperti hutan ada tolnya. Kalimantan juga demikian. Apalagi IRIAN JAYA yang sekarang sudah menjadi 4 provinsi di tanah Papua itu. Jalan bagaikan mata pembuka gerbang dunia. Sangat luar biasa. Bahkan ada jembatan terbesar dibangun di sana.

Namun dibalik semua itu ada kesulitan yang luar biasa yang harus di alami oleh guru-guru terutama guru honor. Termasuk honorer di sekolah ini.

*

Di waktu istirahat, semua guru berada di kantor. Dalam suatu ruangan itu hanya dipisahkan dengan sekat almari, dan rak-rak buku untuk membedakan ruang guru, ruang TU dan wakil-wakil kepala sekolah. Hanya ruang kepala sekolah yang bersekat dinding. Tapi ruangannya juga kecil sekitar 3x3 meter saja. Dengan sekat almari yang di belakang almari itu diberi tempat tidur yang seukuran ranjang rumah sakit.

Di waktu inilah para dewan guru berkumpul dan ngobrol. Karena waktu istirahat tidak lama hanya 20 menit. Paling istirahat sebentar, ngobrol sedikit tau-tau terdengar bel tanda waktu istirahat sudah habis.

Bu Anis nampak murung hari ini. Beliau mengajar ekonomi sekaligus guru produktif. Biasanya beliau tidak sengan ikut ngobrol kesana kemari berbaur dengan bapak-ibu guru yang lain. Yang ujung-ujungnya percakapan mereka bermuara pada gaji yang semakin tidak pasti. Kepala sekolah setiap masuk kantor minta maaf kepada dewan guru karena keterlambatan gaji, ya dengan intonasi beliu yang agak keras.

"Kenapa Bu Anis ? Kok nampak murung?Ada apa?" Tanya Pak Ali seorang guru matematika.

Bu Anis hanya menatap rekan kerjanya itu dengan diam. Lalu menghela nafas. Mencoba menghempas resah dan kesulitan yang beliau hadapi kali ini. Sementara kawan-kawan yang lain melihat hal ini ikut mendekat. Bu Anis menyadari kalau dirinya mendapat perhatian dari rekan-rekan kerjanya. Tapi rasanya tidak mungkin untuk bercerita. Bagaimana kalau hanya akan menjadi bahan perbincangan orang di kantor? Baiklah …sebaiknya disimpan dulu nanti kalau ada waktu bisa bercerita dengan teman.

Dengan senyum tipis beliau menyatakan dirinya tidak apa-apa. Tapi jawaban itu terasa tidak member kepuasan bagi telinga Pak Ali yang notabene masih tetangganya. Untuk ketenangan sementara itu lebih dari cukup.

Semua guru-guru di sini pada tau bahwasannya Bu Anis adalah sosok guru yang sangat kental karakteristiknya. Beliau sangat kuat dan tegar. Tak pernah beliau ini mengeluh. Di saat trekan-rekan seperjuangan ini mengeluh keuangan mereka yang berantakan gaji honor yang tidak pasti. Belum lagi tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Contonya Pak Ali sendiri yang selain mengajar juga nyambi buka ladang di daerah Tanjung Lubuk ujung, yang harga sawahnya masih murah. Perlanan tempuh 2 jam dari Jahe desa tempat mereka tinggal. Selain itu masih pula Pak Ali ini memelihara kambing 2 ekor betina dan 3ekor masih anak-anak. Namun demikian beliau dibantu istrinya. Bila waktu pengisian raport atau da hal-hal lain istrinyalah yang mencari rumput.

Semua ini dilakukannya hanya demi mempertahankan SK Honor. Sangat mustahil

di zaman seperti ini semua serba uang. Belum sekolah anak, tugas-tugasnya juga membutuhkan uang. Kebutuhan sehari-hari saja sudah mahal.

Memang honorer adalah abdi negara yang luar biasa. Beberapa tahun ini seperti masa-masa sulit yang tidak terpungkiri. Kalaupun untuk menggaji PNS atau Insentif honor menghabiskan uang negara. Lalu siapa yang harus berjuang di bidang pendidikan, kesehatan dan instansi pemerintah yang lain seperti yang ada di OKI ini. Guru-guru dan TU yang mengajar dan bekerja di SMK PANCASILA ini berjumlah 43 orang, dan semuanya adalah Honorer.

Pernah suatu ketika kepala sekolah baru datang ketika dewan guru sedang istirahat di kantor bersama pengawas dari Dinas Provinsi. Ya…sejak tahun 2017 SMK dan sederajat telah menginduk pada Dinas Pendidikan Provinsi. Tapi ya….tetap seperti inilah. UMR yang di janjikan tidak terealisasi. Malah semakin terkendala dana.

"Seharusnya pemerintah tidak mudah memberi izin pendirian sekolah kalau keberatan membayar gaji Honor. Seharusnya lebih selektif terhadap sekolah yang kurang berkembang atau malah tidak berkembang. Yang siswanya tidak ada 30 atau minimal 20 perkelas di hapus saja biar tidak membebani pengeluaran dana. Toh mereka juga tetap dikucuri dana BOS." Kata kepala sekolah waktu itu di kantor dengan penuh berapi-api.

Maklumlah , kepala sekolah ini juga masih honor.

"Iya mungkin itu bisa mengurangi beban anggaran pemerintah. Tapi apa kepala sekolah rela bila sekolahnya yang hampir mati itu di tutup. Katakanlah yang kau maksud itu seperti SMA NUSANTARA yang ada di Bambu Kuning itu. Tahun kemarin siswanya yang lulus 19 jurusan IPS dan 15 jurusan IPA. Tahun ini membuka 3 jurusan, IPS, IPA, dan BAHASA, tapi yang masuk Cuma 8 orang yang akhirnya di jadikan satu yaitu jurusan IPS…"jawab Pak Iqbal, nama dari salah satu pengawas tersebut

"Nah…itu yang kumaksud. Banyak sekolah-sekolah yang seperti itu. Jangan sekolah hanya di jadikan alat bisnis untuk menurunkan dana BOS, uangnya negara" terang kepala sekolah

"Terlebih sekolah pondok yang bernaung di bawah yayasan …mereka banyak yang hnya memanfaatkan bisnis sekolah ini. Padahal siswanya sedikit. Mahal biaya administrasinya. Dan ini sama saja dengan pemborosan uang negara. Pemerintah harus benar-benar selektif terhadap pendirian sekolah dan perpanjangan izin sekolah. Atau jangan-jangan pucuk juga mendapat cipratan dari dana pendirian sekolah baru…..tapi semakin banyak sekolah akan semakin banyak honorer….cak mano lah…" lanjut kepala sekolah.

"Makanya kita bersabar saja teruti aturan. kita tunggu himbauan untuk tindak lanjut kebijakan pemerintah. Yakin saja kebijakan ke depan akan menguntungkan kita." Jawab Pak Sanusi, pangawas yang satunya.

"Benar itu Pak…kito wong kecik…terserah yang pucuk. Amun pacak begawe kito begawe….amun idak sanggup lagi…cak mano kito tetap bertahan." Imbuh Pak Iqbal menenangkan.

"Intinya mak ini bae…kito bersabar kito tunggu kebijakan selanjutnya. Tetap yakin pengabdian ini ada balasannya." Lanjutnya dengan nada bijak.

Kepala sekolah yang sesungguhnya masih kurang puas dengan kalimat-kalimat itu hanya diam. Dalam hatinya bergumam bagaimana bersabar kalau anak istri tak pacakminta apa-apa. Terlebih anak buahnya. Yang kaya punya ladang karet, sawah atau usaha lain. Tapi yang tidak dan tidak punya keahlian lain bagaimana? Terbayang olehnya tentang Pak Nur. Guru itu nyambi serabutan dengan mengumpulkan barang bekas. Teringat olehnya kala pulang dari bepergian bersama keluarnganya dengan mengendarai mobil pribadi, kepala sekolah ini melihat Pak Nurdin mengangkut dus-dus yang sudah dilipat rapi di beakang dan didepan dia duduk di tarungnya kandi penuh berisi botol-botol plastik. Dan itu dilakukannya masih dengan pakaian mengajar dan tas selempang di bahu. Memang pekerjaan itu halal. Tapi alangkah kasihannya Pak Ali ini. Hasil penjualannya juga tidak seberapa. Itu untuk kebutuhan sehari-hari. Dan kendarannya butuh bensin.

Karena sepulang sekolah Pak Nurdin ini tidak langsung pulang. Tidak dirasanya lagi mungkin capek dan lelah setelah setengah hari mengajar. KBM selesai setelah jam 13.00 WIB. Jadi begitu keluar gerbang langsung menghampiri warung-warung disekitar sekolah dan sepanjangan jalan menuju rumahnya utuk mengambil barang-barang bekas itu. Waktu pulang sekolang mungkin tepat baginya , agar tidak kesorean. Guru-guru lain pernah beli sayur padanya. Mungkin kalau sore beliau menyiram sayur sekalian panen bila waktunya. Perjuangan yang luar biasa. Apakah ada anggota DPR yang rela mengabdi untuk bangsanya dengan sedemikian rupa.

Sementara sebagian guru-guru wanita berdagang dari kreditan hingga online. Semua agar tidak terasa kesulitan pengabdian ini.

Sebagian besar, memang tidak semua orang yang mencalonkan sebagai DPR baik daerah maupun pusat rata-rata karena tergiur oleh uangnya. Gajinya biasa aja, tapi tips dan mungkin tunjangan-tunjangan lain banyak. Mobil dipinjami, rumah dipinjami. Semua itu berbeda jauhhh dengan nasib guru.

"Apa yang di perjuangkan DPR ini? Sehingganya memuliakan hidupnya hanya dalam 5 tahun pengapdian kerja." Seloroh seorang guru terhadap rekannya.

Tidak kah terlihat atau hanya terpintas di pandangn atau mengkira-kira. Bagaimana suatu daearah menjadi maju. Atau pembangunan terlihat berbeda.

"Coba telusuri desa, telusuri pasa, dan telusuri kota. Diantara mereka alumni-alumni sekolah yang bekerja. Menggantikan karyawan-karyawan, pegawai-pegawai, majikan-majikan atau bahkan bos-bos itu adalah alumni-alumni sekolah yang pernah di didik guru." Lanjutnya.

"Iya, benar. Mereka bisa mengubah ekonomi. Mereka bisa membangun pangsa pasar. Mendirikan counter, minimarket , membangun warung-warung modern. Tak jarang itu terinspirasi dari bapak-ibu guru mereka yang keringatnya hanya dibalas dengan uang bensin tanpa harapan penganggkatan PNS ataupun hanya sekedar gaji sesuai UMR .

Bagaimana mereka menjawab murid-murid yang mungkin sepuluh tahun yang lalu di hadapannya masih berseragam di dalm kelas yang di ajarnya. Muridnya itu sudah menyetir mobil pribadi sementara pengapdiannya hanya sebagai kenangan. Dan hanya merasa puas cukup hanya dengan meluhat anak-anak didiknya sukses. Sementara hidupnya dan keluarganya ngenes….

Kenapa kalau DPR berhak mengajukan berbagai permintaan dan selalu di kabulkan. Padahal permintaan itu hanya menguntungkan mereka secara pribadi saja. Apakah pengeluaran itu tidak menguras uang negara. Semudah itu mereka mendapatkan uang negara. Sementara mereka sebagian adalah orang-orang yang pandai berkelit. Kalau mereka ingin untung kenapa menyulitkan banyak pihat. Peraturan-peraturan itu mereka yang menggodoknya. Sementara banyak di antara mereka yang hanya mengikut alur tanpa prestasi. Membekap honorer dari berbagai instansi dengan perundangan yang dibuatnya dengan sangat tidak manusiawi. Prisip semu menunjukkan kemampuan diri dengan permainan. Memainkan peranan membuat undang-undang. Undang-undang yang dengan prinsip-prinsip uji coba. Sekiranya dengan undang-undang A berhasil lanjut, sekiranya tidak diubah , diperbarui. Yang boleh jadi merusak rasa percaya diri terhadap kemampuan dan citra pemerintah.

Kepala sekolah menoleh kepada isternya yang meneteskan air mata. Prihatin. Bu Lasmi adalah pegawai di BKD. Sepanjang perjalanan kepala sekolah cerita mengenai keadaan sekolah yang kian memprihatinkan. Pembayaran gaji semakin tidak pasti. Setelah ngadat-ngadat, malah berhenti total. Dan ini merupakan nasib susah. Keterpurukan yang luar biasa. Seperti yang di alami Pak Nurdin ini.

*

"Hmmmm…"

"Kenapa Pak?" Tanya Pak Iqbal karena terlihat heran. Sekian detik kepala sekolah ini termenung tiba-tiba bersuara lirih.

"semogalah pak ya….kebijakan berikutnya merunut pada kepentingan bersama dan bisa mensejahterakan honorer." Lanju kepala sekolah.

Dari waktu ke waktu setiap berkunjung ke sekolah ini 2 orang pengawas ini sering membahas ini. Kabijakan demi kebijakan sudah ditindak lanjuti.

Guru-guru banyak mendengar cerita ini dari wakil-wakil kepala sekolah yang sering ikut member laporan kepada pengawas mengenai sekolah.

Kesulitan ini tidak hanya dirasakan oleh guru-guru honor melainkan semua pihak yang terkait. Dan lebih sulit lagi di lalui oleh para honor di SMK ini adalah kebijakan kepala sekolah yang kadang tidak pasti. Seolah-olah ada pihak-pihak yang menjadi anak emas dan beberapa golongan anak tiri.

Sesungguhnya terlihat wajar pada masa sulit ini,seperti yang dilakukan Pak Ali dengan menyambi mengolah sawah di tempat jauh agar tetap mengepul asap di dapur. Dan bisa ikut berkumpul ketika tetangga, kawan bahkan saudara menggelar hajat. Karena semua itu juga butuh biaya. Mungkinkan karena belum gajian di tunda dulu karena belum gajian. Tidak mungkin utang sana-sini tanpa kepastian kpan bisa bayar.

Bila waktu bertanam tiba Pak Ali pindah di sawahnya yang jauh itu. Makanya dia sering izin 3 hari bahkan 1 minggu. Kebetulan dalam seminggu itu Pak Ali mengajar 4 hari. Pelajaran PAI.

Kepala sekolah nampak tidak keberatan dengan izin-izin yang dilakukan Pak Ali ini. Namun ada guru lain yang Nampak dipersulit olehnya seperti Pak Joko sendiri. Tidak tahu apa dasarnya. Setiap mereka, orang-orang tertentu ini yang izin sering tidak di jawab dengan arti lain kepala sekolah tidak memperbolehkannya. Lalu kenapa kalau Pak Ali mudah?

Namun tak ada masalah bagi Joko sendiri karena dia menyadap bisa dilakukan sore hari. Atau pagi setelah Sholat Subuh. Tempatnya juga dekat. Selain itu keluarnya juga punya penghasilan cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.

Hanya beberapa guru yang suka iseng membincangakan masalah ini.

Tidak ada sesiapapun yang sempurna di mata orang lain. Pasti ada jeleknya. Pasti ada kurangnya. Dan ada sesuatu yang dirasanya kurang menyenangkan baginya. Baik hanya sekedar berbicara ataupun memang sampai di dalam hatinya.