5. *****Seni Dari Dirinya

"Jiwa-jiwa yang rapuh akan bersuara bahwa kehidupan tidak seperti yang kita inginkan. Namun jiwa yang kuat akan terus berjuang menakhlukan rintangan yang menjadi alur perjalanan dalam hidupnya."

AKU DI ANTARA RASA

bagaimana aku tawar rasa ini

simpati masih mendesak hati berbagi

bagaimana kuukur perjalanan ini

sementara waktu tak menjadi skala

panjang dan pendek bukan patokan

bagaimana selaraskan rasa dan jiwa kalut berbuntut ini

sedangkan belut tersirat tujuan rupa

aku di antara rasa

mencurahkan tak mungkin menyimpan tak sanggup

berdamai dengan rasa

mengakui sepenuh hati "iya benar adanya"

diam tanpa ucap tanpa gerak

angin tak terasa menyapa

aku masih diantara rasa

bukan menunggu waktu yang tepat

hanya bingung antara mungkin dan tak mungkin

namun rasa benar adanya

Aku di Antara Rasa Halaman 1 - Kompasiana.com

Dalam sela-sela kesibukannya Pak Joko menyempatkan diri mengikuti kegiatan keagamaan seperti Legian, istilah kegiatan giliran pertemuan jemaah antar kaum-kaum masjid dalam satu desa yang diadakan tiap Jum'at Legi selain itu dia juga aktif menggerakkan muda-mudi untuk mengadakan latihan Berjanjen/Robanaan/ solawatan tiap malam Minggu. Remaja masjid menamakan kelompok mereka Syehker Mania. Ini merupakan wadah pecinta Sholawat di negri ini. Bila ada kegiatan Maulid Nabi dan sebagainya diadakan lomba solawatan dari tingkat desa sampai kecamatan. Dia sudah berkeliling dari masjid ke masjid untuk mengajar Robanaan. Banyaklah gadis melirik penampilannya tapi belum ada yang berkenan di hatinya. Secara hobinya itu adalah kesenian yang sedang menjamur di darah ini maka tak ayalah bahwa dia disebut artis Berjanjen oleh gadis-gadis disana. Tidak tua tidak muda semua suka pada kesenian bernuansa Islami ini. Bagusnya di sini ya itu, tapi herannya rumah border juga marak dikunjungi orang seperti pasar saja. Pak Joko tidak suka pada hobi lain dari masyarakat ini. Bila ada pertikaian antar pemuda karena berebut gadis dia berusaha mendamaikannya. Hampir semua pemuda desa itu gemar jalan-jalan berburu gadis istilah mereka pemuda-pemuda iseng itu, lalu berlomba-lomba untuk mendapatkan gadis yang baik, cantik, menarik dan kalau bisa lumayan kaya. Dah…lajulah mereka berlomba menggait hati si gadis. Ada saja cara mereka, mulai dari mendekati keluarga tidak bapaknya, ibuknya atau sekedar tetangga yang penting bisa lihat si gadis dulu baru beraksi dengan cara mereka. Lain lagi dengan Pak Joko ini.

Di sekolah yang di hadapi hanya siswa dan siswa sehingga telah terbiasa dengan wanita, mungkin itu penyebab dia enggan membuka hati untuk gadis-gadis cantik ini. Banyak ibu-ibu yang berusaha mendekatkan anak gadisnya kepada Pak Joko ini tapi belum ada yang berhasil. Disekolah tempatnya bekerja ada guru yang masih gadis tapi tak juga tertarik.

"Apalah yang kau cari mas?" Tanya Salamah, adik perempuan satu-satunya itu.

"Apalah aku ini dik, cuma manusia biasa. Namanya juga jodoh kita tak tau. Kamu sabar saja. Wong aku yang menjalani aja sabar gini kok!" jawabnya santai

"Tapi kak….gimana kalau nanti kakak keburu tua? Kasihan lah…."

"Ha..ha…ha…siap hidup ya siap sakit, siap tua, dan siap mati, adikku sayang!" sambil tertawa dielusnya rambut Salamah yang masih tertegun merasa kurang puas. Dan tampak sangat tidak puas. Salamah memang begitu anaknya dia suka sok menggurui siapa saja tak perduli ayah, ibu, maupun kakaknya itu pada orang lain juga begitu. Pengennya didengerin dan dilaksanakan apa yang jadi ucapan dan perintahnya. Bila kata-katanya tidak dihiraukan pasti dia tidak akan mundur, ada dibelakang kiat-kiat lain sampai lawan bicara menurut. Kurasa dia sedang mencari ide untuk membuat kakaknya menurut atau jangan-jangan dia sedang ada rencana tersendiri atau ini salah satu adengan saja.

Sambil tersenyum kakaknya yang begitu paham pada perilaku adiknya itu melangkah pergi perlahan. Pastinya dengan sikap tenang dan siap mendapat akibat dari tingkah laku si adik.

Beberapa hari kemudian Pak Joko pergi menyadap menggantikan ayahnya yang pergi ke rumah saudara di Pematang agak jauh perjalananya dengan Muara Burnai. Sejak kecil dia juga sudah terbiasa membantu orang tua menyadap karet jadi tidak heran berkeringat mengelilingi pohon-pohon karet yang rimbun musim hujan. Tanpa menghiraukan lelah dia terus melakukan pekerjaannya itu. Rupanya di seberang ladangnya ada mata-mata yang mengawasinya. Mereka adalah gerombolan pemuda desa ini, Topo sapaan akrap salah satu pemuda yang disegani dari kelompok itu membeberkan banyak rencana pada teman-temanya. Sepertinya mereka punya rencana jahat pada Pak Guru Joko. Dengan menunjukkan wajah garang mereka menghampiri Joko yang sedang sibuk menyadap getah karet. Awalnya Joko tidak menyadari kedatangan mereka tapi begitu jarak 10 meter baru dia terhenyak dan segera bersiap karena merasa aneh dengan kehadiran mereka. Joko punya firasat buruk pada perilaku mereka dia berfikir panjang agar tidak terjadi keributan karena posisi dia sendirian di ladang itu.

"Joko….. jangan berani melawan denganku!" sergah Topo dengan langsung menarik krah kaos Joko yang berupaya tenang untuk menetralisir suasana.

"Ada apa Topo? Kita langsung bicara saja tidak perlu seperti ini….!" Tandas Joko tanpa perlawanan.

" Hah dasar pemuda letoy…..sudah Topo dia itu banci...!" seru salah satu rombongan Topo itu tak sabar melihat adengan tak seimbang. Memang Joko tampak tidak menunjukkan kelelakiannya dengan hanya diam tanpa melawan dan nampak tak punya jiwa pendekar seperti pemuda-pemuda itu.

"Ini peringatanku jangan lagi kamu ganggu Ita anak Muhaimin itu! Atau tak penggal kepalamu…." Hardik Topo berapi-api. Mahmud salah satu geng itu menghantamkan tinjunya dengan sekuat tenaga ke perut Joko…

"Aaaughh...hhhhhhhh…." Dia meringis kesakitan. Hanya dengan ketenangan dan berserah kepada Robbnya Joko melafalkan dalam hati" Salamun qoulamirrobbirrohim" dapat dilumpuhkan tenaga lawan. Subhanalloh….Alloh melindunginya.

" Genjik liar (anak harimau#) …. Apa yang kau lakukan pada temanku….?" Sampai mendelik mata Topo memelototi Joko yang masih tenang.

" Dia ikut pencak silat apa?" salah satu dari geng itu bergumam

Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara orang ngobrol dan deru sepada motor mendekat.

"Bro, ayo kita pergi ada beberapa orang datang, sepertinya kearah sini!" Abdul anggota geng yang ditugaskan mengawasi keadaan sekeliling bergegas mengambil motornya dan diikuti yang lain.

"Awas kita belum selesai…!"sambil berlari Topo mengacungkan jarinya menunjuk Joko penuh dendam.

"Alhamdulillah…selamat" Sambil menghela nafas kecil Joko membenahi bajunya. Tak dipikirkannya masalah dengan Topo sebagai hal yang serius. Dia tau betul watak teman-teman ngaji waktu kecil itu. Mungkin perlu waktu untuk menjelaskannya, atau biarkan saja nanti juga jera.Ah… perduli amat yang terpenting sekarang menyelesaikan pekerjaan ini lalu pulang, ibu pasti sudah menunggu.

Walau dia terus mengerjakan tugasnya, dalam benaknya masih terngiang nama "Ita" yang disebut Topo tadi. "Siapalah…yang pacaran dengan Ita. Awak ni orang kecik, mana kelihatan di mata gadis tu…." Gumamnya dalam hati. Joko sendiri merasa tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Pak Muhaimin adalah orang kaya di desa itu, terkenal pekerja keras tapi kikir dan menang sendiri terhadap orang-orang sekitarnya. Anak gadisnya itu memang cantik tapi sebelas dua belas dengannya. Dulu waktu dia masih kecil, Pak Joko sering diajak bermain oleh kakak sepupu untuk apel ke rumah Mbak Rani. Rani adalah kakak Ita, mereka keturunan Jawa tapi gaya dan sikapnya ala-ala Komering dan termasuk keluarga yang disegani karena tanahnya luas. Setelah sepupunya siap melamar dengan cicin emas sesuku, Pak Muhaimin menolaknya alasannya tidak cukup cincin saja untuk bisa menikahi anaknya. Dia juga meminta semua perlengkapan pernikahan. Dia meminta semua perlengkapan pernikahan dibiayai. Akhirnya Pak De-nya Joko meminta anaknya untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.

Itu memang adat suku Komering dan penduduk asli baik Onyi, Palembang maupun yang lain. Mahar atau mas kawin yang dimaksud harus sesuai dengan kedudukan, jabatan, kekayaan, kecantikan, kepandaian, dan juga perjuangan orang tua membesarkannya. Jadi banyak banyak orang tua ataupun si anak gadis sendiri yang akhirnya berlomba untuk mendapatkan menantu atau suami yang kaya, berjabatan dan mau membayar tinggi. Semakin tinggi mas kawinnya tinggi pula nilai si gadis.

Maka tak heran sebelum perkembangan Lempuing-Lempuing Jaya ini pesat, dulu penduduk asli yang sudah menikah istrinya disuruh bekerja keladang. Beban mengurus anak, bekerja dan mengurus kebutuhan keluarga ditanggung oleh sang Istri. Sementara Sang Suami asik bermain judi, bagi mereka itu sebanding dengan harta yang telah mereka keluarkan waktu menikahi istrinya. Berbeda dengan penduduk asli yang ingin maju,mereka berlomba bekerja keras agar anak-anaknya dapat menempuh pendidikan tinggi yang "wong kito" kata mereka menamai diri sebagai penduduk asli yang menunjukkan identitas mereka. Mereka sangat menjaga eksistensi dan kehormatan dari segala bidang. Bisa dikatakan kalau orang Jawa mempertahankan posisi priyayi dengan menjaga keseimbangan "bibit bebet dan bobot". Ketiga kualitas itu akan mempertahankan kelangsungan keluarga.

Keteguhan hati untuk mendapatkan jodoh sebobot dengannya menyebabkan banyak gadis dan bujang menunggu hingga lebih dari batas usia dewasa, ibaratnya sudah lebih dari usia matang untuk menikah. Bahkan pada usia itu tak jarang wanita dan pria Jawa yang seumuran sudah memiliki anak usia SMP sederajat. Walaupun semua itu kembali pada hakikat yang dinamakan jodoh. Tapi dengan keyakinan dan percaya Allah akan mengabulkan do'a mereka dengan tabah dan sabar mereka tunggu jodoh yang sesuai keinginan mereka itu. Sungguh perjuangan yang luar biasa dan patut di apresiasi.

*

Sementara bagi Pak Joko sendiri tenang dalam do'a. Artinya ada harapan tertentu yang dia maksud akan datang kekasih pujaan yang dikirim Allah kepadanya. Karena dalam keburukan seorang wanita ada ribuan kebaikan yang lebih dari keburukannya itu. Jadi lelaki memang harus menyiapkan diri untuk mampu menerima kekurangan dan kelemahan seorang wanita. Memiliki wanita cantik hati dan wajah adalah idaman setiap lelaki. Namun pada hakikatnya setiap wanita itu cantik, tergantung perawatan dan kepandaian wanita itu berhias. Kadang gadisnya cantik tapi setelah menikah dia menjadi jelek karena dia tak sempat berdandan bisa jadi karena banyak pikiran atau tak punya modal.

Alasan klasik modal dari suami tidak cukup. Secantik apapun wanita kalau tidak pandai merawat diri pasti memudar cantiknya. Kalah dengan yang melukis wajahnya dengan warna. Dan ada kalanya pewarna bibir serta kulit muka lainnya bisa jadi lebih mahal dari harga sembako. Apalagi yang bermerek

"Biarlah cinta ini di tanganmu Ya Robb…. Hanya keyakinan yang bisa hamba tanamkan di jiwa ini, bahwa kekasihku itu memang sudah Engkau persiapkan…."dengan lirih do'anya terucap mantap setiap waktu sholat.

"Cinta adalah anugrah darimu Ya Alloh….jangan sesatkan hatiku dengan mencoba bepacaran atau yang seperti itu dengan wanita manapun. Hamba berlindung kepada-Mu Ya Alloh…."

"Kirimkanlah kepada hamba kekasih pujaan yang mulia hatinya dan menerima hamba dengan segala kekurangan hamba. Menyayangi dan mengasihi hamba setulus hatinya. Di dunia hingga akhirat kami."

Tiap malam bagian dari rutinitasnya adalah sholat Taubat dan Tahajjud.

Bermunajat kepada Illahi Robbi. Kepadanyalah memohon, kepadanyalah berserah, kepadanyalah dikembalikan.

Setiap insan pasti menghendaki cinta. Kedatangan cinta dalam hidup manusia bagaikan siraman hujan pada ilalang kering yang daunnya hampir roboh ke tanah menjadi semi seketika . Manakala datang cinta kepadanya hidup akan berubah. Namun cinta diiringi kejahatan yaitu nafsu. Dan ini yang paling berbahaya. Maka sungguh benar seorang muslim dilarang berpacaran karena bahaya nafsunya itu, baik nafsu birahi maupun nafsu ingin memiliki. Bila memang belum siap zahir dan batinya mending bersabar, terus mencari ilmu dan pengalaman. Cinta bagaikan ujung langit semakin diarungi kian tak bertepi. Cinta yang sesungguhnya bersumber pada cahaya Robb yang suci. Tulus ikhlas tak memandang. Hati bergetar ketika memanggil namanya. Subhanalloh.

*

Suatu hari datanglah seorang teman yang mengenalkan calon istrinya kepada Pak Joko.

"Joko kenalin ini tunanganku, Fatma. Dia bidan ngabdi di puskes kecamatan Teluk Gelam…" dengan bangga Rofik mengenalkan calon istrinya pada Joko.

Sementara Joko sambil tersenyum manggut-manggut menyalami Fatma yang juga membalas senyum Joko. Fatma gadis yang biasa walau dia keturunan Mbelong istilah penduduk suku asli sini. Tidak selalu di memenuhi jari-jarinya dengan kunyit. Sebutan mereka terhadap perhiasan-perhiasan emas. Karena dengan penampilan yang mencolok sangat berbahya untuk bepergian jauh. Apalagi dia bidan.

"Berhasil juga akhirnya engkau mendahuluiku…"sambil tertawa lebar Joko menarik tangan Rofik.

"Hmmm…gue gitu lho…" dengan mecibir Rofik berusaha melepaskan rasa kemenangannya terhadap Joko…

"Kalah ganteng kau…"kalimat itu diucapkan Rofik tepat di telinga Joko.

"Idihhh…"sahut Fatma "Apaan sih Kak Rofik ini…"

Rupanya Fatma dengar apa yang barusan dibisikan Rofik pada Joko. Lalu kompaklah mereka tertawa.

Fatma adalah gadis keturunan Komering yang patuh mengikuti norma adat dan budayanya yang menselaraskan dengan nilai ilmiah dan pendidikan. Dia termasuk keluarga terhormat walaupun tidak terlalu kaya. Ayahnya keturunan Komering yang menjadi UPTD di Kecamatan Teluk Gelam. Ibunya Komering asli juga seorang guru SD di desanya.

Seperti gadis-gadis Komering lainnya yang terdidik pada keluarga berperadapan, mereka harus pandai masak, membuat kue dan berhias yang benar. Bersikap manis dan pandai mengambil hati orang, tapi tegas dan berjiwa kuat. Begitulah Fatma. Jadi patut bersyukur Rofik bisa memenangkan hatinya.

Selang beberapa saat mereka ngobrol, dari hanya sekedar berkenalan, hingga sampai saling mengejek untuk meruntuhkan hati temannya. Mereka seumuran. Dan dudah paham watak masing-masing. Persahabatan merekapun juga sudah lama, sejak SMP. Dulu sekolah mereka di SMP N 1 Lubuk Seberuk. Sering naik angkot bersama. Kadang bersepeda. Karena zaman dulu jarang orang yang punya kendaraan bermotor. Kalaupun dia bisa beli sudah pasti sangat kaya, pejabat atau tuan tanah.

Sebelum tahun 2000, warga pergi ke desa tetangga atau kondangan atau kemana saja, mereka bersepeda. Fasilitas sangat minim. Jalan lintas timur ini masih berupa tanah merah. Bila musim hujan susah untuk melintas. Dari Jamantras ini yang pada masa tahun 1990an sebagian besar masih hutan. Wilayah yang sekarang menjadi area pemakaman itu baru di buka dan ditanami buah, pada umumnya buah jeruk atau buah musiman lainnya. baru di akhir 1990an banyak penduduk yang pindah ke sini. Dan ladang-ladang itu ditanami karet.

Pada masa SMP Joko pindah ke Jamantras ini. Kalau ingin melihat acara dan siaran televise mereka harus pergi ke rumah pak Kades. Yang waktu itu orang Kampung sebagai Kadesnya. Tanpa ada pemilihan seperti sekarang. Dia ditunjuk oleh Camat menjadi Kades berkali-kali masa jabatan.

Meskipun sekarang Rofik sudah sarjana dan bergawe, tapi persahabatan mereka tetap seperti dulu. Persahabatan yang sederhana. Tanpa sesuatu yang dibuat-buat. Apa adanya mereka. Tak terlintas wajah jaim karena sudah bergelar di hadapan kawan sepermainan dulu.

Karena persahabatan adalah kecocokan yang timbul karena alam. Menerima satu sama lain karena merasa cocok. Saling menutupi kekurangan kawan karena rasa simpati dan empati, yang tidak ingin kawanya tersakiti karena perbuatannya. Memahami apa yang dirasa kawan. Jikasahabatmu tempatmu bercengkrama bertukar rasa, baik di depanmu namun dibelakangmu suka membicarakan kejelekanmu alam artian menggunjing. Dia bukan sahabat, dia hanya sekedar kenalan. Namun kalau ada kawan yang membicarakanmu di belakang dengan maksud mendiskusikan sikapmu yang kurang benar. Mungkin dia ingin membantumu agar lebih baik. Walaupun belum tentu dia lebih baik darimu.

*

Joko memandang wajah kawannya dengan senyum.

"Agaklah jaim sedikit…kau ni nak segera nikah!" seloroh Joko sambil menepuk bahu Rofik.

"Ishh….."Rofik menghalau tangan Joko yang masih nyengir. "Aku itu dari sononya memang sudah cool…gak perlu pura-pura." Imbuhnya.

Rofik malah semakin ngakak.

"Aidah kak, mari kita balik sudah sore ni…"

Fatma mengajaknya segera pulang. Namun sepertinya Rofik belum berfikir untuk pamitan. Malah Rofik melanjutkan ceritanya dulu waktu masih suka 'Mbolang' dengan Joko. Membantu orang tua mengarak sapi-sapi piaraan ke sawah atau ladang yang sedang tidak digarap. Menjaga ternak-ternak itu sambil berenang bebas di sungai. Mencuri singkong-singkong di ladang orang. Bla..bla..bla…panjang sekali

***

Zainab adalah guru TK Pembina di Lubuk Seberuk. Yang baru 4 tahun ini berdiri. Tapi Zainab baru masuk mengajar satu semester ini karena kekurangan tenaga guru. Ada guru yang keluar karena mengikuti suami pindah ke daerah asal suaminya.

Baru tahun 2014 ini pemerintah daerah serius menggalakkan menggalakkan satu desa satu PAUD. PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini adalah sekolah atau pendidikan terendah termasuk TK (Taman Kanak-kanak). Sekolah ini juga dicanangkan sebagai wadah anak pra sekolah agar mendapat pendidikan untuk mempersiapkan dan mematangkan usia anak serta mampu menghadapi pendidikan dasar. Mengembangbangkan pola piker dengan berbagai permaianan dan kegiata. Mulai dari pendidikan anak yang disebut Play Group (kelompok bermain) yang usianya mulai dari anak-anak yang sudah bisa bermain mandiri yaitu 2 tahun sampai 4 tahun. Usia 4 tahun sedah mulai dikenalkan angka dan huruf dan usia ini bisa masuk PAUD. Usia 5 tahun ke atas bisa masuk pada tingkat pendidikan TK sampai dengan 6 tahun lebih.

Di daerah yang sudah maju dantertata peraturannya, boleh masuk SD kalau usia sudah mencapai minimal 6.5 tahun. Ini dilakukan agar tidak terjadi perebutan siswa.

Dan pada tahun 2016 pemerintah daerah menyatakan keberhasilannya mensukseskan pendirian satu desa satu PAUD di seluruh OKI ini.

Dukungan dan apresiasi masyarakat juga luar biasa bagus. Terbukti PAUD yang baru berdiri bisa merekrut siswa antara 15-30 siswa. Walaupun tak jarang wali murud enggan memasukkan sekolah anaknya ke PAUD, dan langsung menyekolahkan anaknya ke SD atau MI.

Sebagian masyarakat mengeluhkan tidak sangup untuk membayar biaya administrasi di PAUD. Iuran bulananya dulu rata-rata masih 20 ribu rupiah. Di tahun 2017 sudah ada PAUD-PAUD yang meningkatkan kegiatannya dengan berbagai metode pengajaran yang relevan dengan kurikulum PAUD. Sehingga iurannya bisa mencapai 50-60 ribu rupiah. Sebagian besar dana itu untukkesejahteraan guru PAUD.

Sebenarnya selain dari dana itu, guru PAUD juga mendapat dana semacam BOS yang disebut BOP (biaya operasional PAUD). Juga mendapat perhatian dari pemerintah daerah yang langsung masuk rekening yang bersangkutan. Yang sekarang diubah suai melalui dana ADD di desa. Dan pemberiannya tergantung kebijakan kepala desa.

Itu semua jauh lebih baik dari pengapdian guru-guru honor di tingkat SMK. Yang notabene sudah menginduk kepada DINAS Provinsi. Provinsi belum siap anggaran untuk membayar gaji guru. Sehungga administrasinya saja yang menginduk .