Bab 3-Godaan Semakin Bertubi-tubi

Riuh rendah godaan maut

menghampiri seorang lelaki yang terperangkap kabut

ketika pagi menghampiri dalam diam

namun di antaranya membawa belati tajam

Raden Soca menghabiskan buah di tangannya. Pemuda itu sengaja tidak mau berdekatan dengan Sekar Wangi. Entah mengapa, gadis itu sepertinya mempunyai "bakat" luar biasa dalam hal memikat lelaki. Pikiran pemuda itu melayang ke Ratri Geni. Gadis yang pergi sambil membawa amarah di hati. Raden Soca merasa bersalah sampai gadis yang terus mengusik ketenangan hatinya itu pergi.

Dia tidak mau menyalahkan Sekar Wangi yang sebetulnya adalah biang perkara. Seharusnya dia bersikap tegas saat Sekar Wangi coba menggodanya. Dia tidak tahu apakah Ratri Geni jatuh hati kepadanya atau tidak, tapi setidaknya dia mesti menghargai gadis yang beberapa lama melakukan perjalanan bersamanya itu dengan bersikap tegas kepada Sekar Wangi.

Sekar Wangi menyelesaikan makannya. Semua buah yang dibawakan oleh Raden Soca habis dimakan. Dia lapar sekali. Angin semilir di hutan yang rimbun itu membawa suasana kantuk yang kuat. Sekar Wangi merebahkan dirinya di banir besar sebuah pohon raksasa yang banyak terdapat di situ. Karena memang berniat menggoda Raden Soca secara habis-habisan, Sekar Wangi tidak peduli jubah lebar itu tersingkap lebar dan memperlihatkan nyaris seluruh lekuk tubuhnya. Gadis itu memejamkan mata sambil menajamkan pendengaran. Ingin tahu seperti apa akibat pemandangan yang merangsang ini terhadap Raden Soca.

Pemuda sakti dari Lawa Agung itu melihat semua yang dilakukan Sekar Wangi. Tatapannya singgah sebentar pada pemandangan elok dan pasti akan membuat semua mata lelaki melotot dengan degup jantung tidak karuan. Tapi pemuda ini sudah menyiagakan batinnya. Kekuatannya bertambah saat wajah usil Ratri Geni lalu lalang di matanya. Tubuh molek Sekar Wangi tertutupi segera. Raden Soca tersenyum tipis dan memejamkan matanya. Tidur. Biarlah Sekar Wangi berusaha sekeras yang dia bisa. Dia yakin tidak akan tergoda. Bayangan wajah Ratri Geni adalah senjata utamanya. Raden Soca terlelap dengan senyum lebar di wajahnya.

Sekar Wangi mengeluh dalam hati. Suara dengkur halus Raden Soca menunjukkan tanda bahwa pemuda itu sama sekali tidak peduli dengan iming-iming tubuh moleknya. Sialan! Pemuda tak tahu kenikmatan! Sekar Wangi merutuk habis-habisan sambil mencoba tidur.

Gadis itu terbangun mendadak karena mendengar suara ribut-ribut orang beradu pukulan. Buru-buru Sekar Wangi hendak membenahi pakaiannya namun terlambat. Sepasang lengan yang kokoh telah menotok lalu merengkuh tubuhnya yang setengah telanjang. Sekar Wangi sempat melihat sekilas wajah penyergapnya. Tampan dan gagah dengan senyum yang mesum. Unduh Kusuma!

Sekar Wangi sama sekali tidak takut ataupun merasa ngeri. Apalagi dia sudah pernah bertemu Unduh Kusuma sebelumnya. Lelaki penjahat pemetik bunga itu bertubuh gagah dan berwajah tampan. Mungkin dari sinilah petualangannya di dunia kaum lelaki dimulai. Sekar Wangi tersenyum puas di balik punggung Unduh Kusuma.

Raden Soca geram bukan main dengan si kakek pendek yang matanya jelalatan ini. Apalagi setelah telinganya yang luar biasa tajam mendengar gerakan dari arah Sekar Wangi tidur. Dilihatnya Sekar Wangi yang setengah telanjang telah tertawan di punggung Unduh Kusuma. Raden Soca mengkhawatirkan keselamatan gadis genit itu. Dia meningkatkan serangan-serangannya untuk membuat Si Tua Aneh tak berdaya dan berencana untuk menyelamatkan Sekar Wangi yang telah dibawa lari oleh Unduh Kusuma.

Guru dan murid cabul itu rupanya sudah merencanakan semuanya semenjak mengintip Sekar Wangi yang sedang mandi di sungai. Penjahat penyuka perempuan mana yang tidak tergiur melihat seorang gadis cantik molek berjalan mondar-mandir tanpa busana di tengah hutan. Keduanya juga hanya saling tatap dan geleng-geleng kepala melihat Raden Soca bertahan begitu hebatnya dari rayuan nakal Sekar Wangi.

Si Tua Aneh akan membuat sibuk Raden Soca yang mereka tahu sangat lihai dan mempunyai kemampuan di atas mereka berdua untuk sementara waktu. Sementara Unduh Kusuma akan menyergap si gadis yang enak-enak tidur dengan tubuh telanjang.

Rencana mereka berhasil. Hanya satu hal sama sekali di luar perhitungan Unduh Kusuma dan gurunya. Raden Soca yang benar-benar khawatir dengan keselamatan Sekar Wangi yang berada dalam tanggung jawabnya, lupa mengukur tenaga sakti saat ingin segera menyudahi pertarungan dengan Si Tua Aneh.

Selarik cahaya besar berwarna keperakan menghantam tubuh Si Tua Aneh yang berusaha sebisa mungkin menahan dengan pukulan terbaiknya karena tahu pukulan yang dilepaskan Raden Soca adalah pukulan berbahaya yang sangat mematikan. Selain itu Si Tua Aneh mau tidak mau harus menangkis karena Pukulan Bayangan Matahari yang dilepaskan Raden Soca menutup semua jalan menghindar.

Bresssss! Brukkk! Hoeeegghh!

Tubuh Si Tua Aneh melayang ke udara kemudian terhempas keras ke tanah seperti layangan putus. Kakek yang pernah menghebohkan dunia persilatan dengan perbuatan biadabnya menculik dan memperkosa banyak gadis desa itu meregang nyawa saat itu juga. Hawa pukulan Bayangan Matahari telah menghanguskan dada dan jantungnya.

Raden Soca terperanjat sejenak. Namun pemuda itu menghela nafas panjang untuk meredam rasa bersalah karena telah menjatuhkan tangan maut kepada datuk sesat itu. Nasi telah menjadi bubur. Paling penting adalah keselamatan Sekar Wangi saat ini. Raden Soca melesat seperti bayangan hantu saat melakukan pengejaran ke arah Unduh Kusuma melarikan Sekar Wangi.

Raden Soca dengan lincah melompat dari dahan ke dahan serta tajuk pohon tertinggi untuk melacak jejak Unduh Kusuma. Kadangkala pemuda ini berlari secepat rusa di atas tanah agar segera bisa menyusul Unduh Kusuma. Setengah harian Raden Soca berputar-putar di hutan lereng utara Gunung Pangrango tanpa hasil. Unduh Kusuma seperti hilang ditelan bumi. Pendengarannya yang sangat tajam pun tidak mampu menangkap suara jeritan minta tolong dari Sekar Wangi. Dengan wajah pucat, Raden Soca memutuskan akan melanjutkan keesokan harinya. Jika sampai belum ketemu juga, dia akan pergi ke alamat yang disebutkan Sekar Wangi sebagai tempat tinggal orang tuanya. Dia harus mengabarkan kejadian ini kepada Pangeran Bunga dan Ayu Wulan di Sumedang Larang.

Duh! Tugas dari Ratu Laut Selatan mesti tertunda untuk urusan ini. Tapi Raden Soca tidak bisa berpangku tangan dan berdiam diri begitu saja. Pangeran Bunga adalah pangeran yang sangat berpengaruh di Sumedang Larang. Dia pasti bisa mengerahkan pencarian besar-besaran untuk menemukan keberadaan putrinya. Setelah melaporkan peristiwa penculikan Sekar Wangi, dia akan segera pergi ke Pulau Dewata melaksanakan tugas dari Ratu Gaib Laut Selatan. Yaitu mencari keberadaan Cupu Manik yang merupakan pusaka Kerajaan Laut Selatan.

Raden Soca sama sekali tidak tahu bahwa gadis yang hendak diselamatkannya saat ini sedang bersenang-senang dan berasyik masyuk dengan penculiknya di sebuah goa tidak jauh dari tempat semula Raden Soca bertarung dengan Si Tua Aneh. Sekar Wangi menyerahkan kehormatannya kepada Unduh Kusuma dengan sukarela. Namun jauh di lubuk hatinya, gadis yang berubah total sikapnya itu sudah mempunyai sebuah rencana besar.

***