Bab 7-Siluman Lembah Neraka

Jika kau ingin membenciku

kumpulkan duri-duri paling tajam di dunia

lalu anyamlah dalam rendaman tuba

tusukkan di hulu jantungku

aku tetap akan memberimu seribu rindu

Bidadari Darah menjerit marah. Nyaris saja percikan tanah panas menyambar mukanya. Pukulan Bayangan Matahari Raden Soca memang luar biasa. Meski belum sedahsyat Arya Dahana, namun percikan tanah panas itu berhasil membuat para pengeroyok Jaka Umbara berloncatan jauh menghindar.

Jeritan marah Bidadari Darah terhenti saat melihat siapa orang yang telah membuat mereka mundur. Matanya terbelalak dan nampak sekali terpesona. Gadis cantik yang ganas dan kejam itu sampai lupa bahwa dia harus meluapkan kemarahan seperti biasanya. Pemuda sakti itu sangat tampan dan terlihat berwibawa. Hati Bidadari Darah nyaris terjatuh dari tempatnya. Gadis pemarah dan telengas luar biasa itu memutuskan bahwa kali ini dia jatuh cinta pada pandangan pertama!

Malaikat Darah dan dua panglimanya, serta Chandra Abimana melotot marah kepada Raden Soca. Beberapa orang mengenali pemuda ini. Terdengar desis lirih putra Panglima Kelelawar di antara mereka. Chandra Abimana maju ke depan sambil menudingkan telunjuknya.

"Keparat! Apakah kau pikir kau sudah sedemikian lihai sehingga berani ikut campur urusan kami?!"

Raden Soca tersenyum dibuat-buat dengan mulut sedikit dimiringkan. Dia ingin membuat senyum seperti Ratri Geni yang terlihat mengejek. Tidak berhasil. Mulutnya bahkan terlihat monyong dan aneh. Bidadari Darah sampai tertawa kecil melihat senyum Raden Soca. Entah mengapa, senyum jelek itupun terlihat menyenangkan baginya. Malaikat Darah berdehem pendek menegur. Buru-buru Bidadari Darah memasang wajah kejamnya lagi.

Raden Soca menghela nafas panjang. Menyabarkan hatinya yang masgul. Orang-orang seperti mereka ini adalah golongan yang selalu bertindak sewenang-wenang karena mempunyai kelebihan. Entah karena kekayaan, kekuasaan atau kepandaian. Pemuda dari Lawa Agung itu menyahut pendek.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun berbuat sewenang-wenang di hadapanku. Itu saja!"

Abimana semakin marah. Nada pemuda ini menantang sekali. Putra Hantu Berjubah itu mengibaskan kedua lengan jubah mewahnya yang bertambalan. Terdengar deru angin besar menghantam arah tubuh Raden Soca. Pukulan yang berbahaya karena Abimana mengerahkan hampir seluruh tenaga saktinya dalam pukulan Badai Gunung Perak.

Malaikat Darah tidak mau kalah. Wanita tua renta yang berangasan itu juga mengayunkan kedua tangannya ke depan. Selarik cahaya kemerahan berbau amis menerjang Raden Soca dengan kecepatan tinggi. Pukulan Angin Darah yang mengerikan dalam hitungan sepersekian detik akan mengenai tubuh Raden Soca yang kembali menghela nafas panjang. Pemuda itu menyambut kedua pukulan dari arah yang berbeda dari Abimana dan Malaikat Darah dengan Pukulan Bayangan Matahari. Hawa sakti Inti Bumi di dalam tubuhnya bergetar hebat.

Dessss! Dessss!

Terdengar benturan dahsyat hasil pertemuan Pukulan Bayangan Matahari dengan Angin Darah dan Badai Gunung Perak. Tubuh Raden Soca bergoyang hebat seperti nyiur di pantai diterjang badai. Namun akibat yang lebih hebat harus dialami oleh Abimana yang terlempar jauh ke belakang dengan dada sesak dan Malaikat Darah yang langsung jatuh terduduk muntah darah segar. Jelas sekali terlihat tenaga mereka berdua tidak cukup kuat melawan hawa sakti Inti Bumi Raden Soca. Selain itu pukulan Badai Gunung Perak dan Angin Darah tidak bisa menandingi kekuatan Amurti Arundaya.

Jaka Umbara menyentuh lengan Raden Soca dan berbisik lirih.

"Kau hebat sekali Raden! Untunglah kau datang, jika tidak mungkin aku sudah berkalang tanah di tempat ini."

Raden Soca hanya tersenyum tipis. Dia memang unggul kali ini. Tapi pihak lawan masih mempunyai banyak orang lihai termasuk Bidadari Darah dan Dua Panglima Darah serta puluhan orang Perkumpulan Malaikat Darah dan Pengemis Tongkat Perak. Belum lagi pasukan Jipang Panolan yang juga sudah bersiaga tempur kembali.

Pasukan Pajang yang tersisa rupanya bukan orang-orang yang mudah kecut nyalinya. Belasan orang prajurit itu membentuk barisan di belakang Jaka Umbara dan Raden Soca. Kalaupun harus mati, mereka akan mati sebagai orang-orang gagah!

Malaikat Darah sudah bangkit kembali. Begitu pula Abimana. Pertempuran besar sepertinya tidak akan terelakkan lagi. Kedua belah pihak saling bersiaga dan memasang kuda-kuda. Keadaan tegang itu dipecahkan dengan suara lengkingan nyaring luar biasa yang memekakkan telinga. Bukan lengking pertempuran karena suara itu berasal dari udara!

Seekor elang dengan ukuran yang tidak lumrah menyambar turun dari atas. Kepak sayapnya yang lebar dan kuat membawa serta deru angin ketika hewan perkasa itu turun ke pohon dan hinggap di salah dahannya yang besar. Elang aneh itu seperti sedang meneliti satu persatu orang-orang di bawahnya yang bersiap adu nyawa.

Belum lagi keheranan orang-orang hilang, terdengar lengking nyaring lagi yang tak kalah dari lengkingan si Elang. Kali ini tidak berasal dari udara, namun menyeruak di antara rimbun pepohonan. Disusul berkelebatnya sesosok bayangan tinggi kurus yang tiba-tiba muncul di gelanggang. Nampak sesosok manusia tidak biasa berdiri mematung dengan mata jelalatan memperhatikan semua orang satu persatu. Persis seperti apa yang dilakukan Elang raksasa itu.

"Siluman Lembah Neraka!" terdengar bisikan keras dari mulut Malaikat Darah yang memandang kaget dengan mata jerih.

Semua orang ikut terperanjat dan ketakutan mendengar nama itu disebut oleh Malaikat Darah. Siapa yang tidak mengenal tokoh aneh dan misterius namun sakti bukan main itu. Siluman Lembah Neraka memang bukan orang seutuhnya. Tokoh ini adalah keturunan siluman kuno yang sama sekali tidak mau keluar dari Lembah Neraka di daerah Pegunungan Wilis.

Karena tidak pernah keluar dari Lembah Neraka itulah Siluman Lembah Neraka jarang sekali bertemu dengan orang-orang dunia persilatan yang sesungguhnya lebih memilih untuk menghindari wilayah Lembah Neraka daripada harus berurusan dengan tokoh sakti angin-anginan yang tidak jelas pendiriannya itu.

Siluman Lembah Neraka yang tidak diketahui sudah berapa ratus tahun usianya itu memang tidak memilih apakah golongan putih atau kaum hitam, apabila ada yang berani menerobos wilayah Lembah Neraka maka sudah bisa dipastikan orang-orang itu hanya akan pulang nama. Siluman satu ini sangat sakti. Bahkan kabarnya bisa menandingi kesaktian Si Bungkuk Misteri yang merupakan legenda dunia persilatan.

Satu hal yang menjadi ciri khas Siluman Lembah Neraka adalah dia mempunyai peliharaan seekor hewan setengah siluman juga berwujud elang raksasa. Elang bernama Siluman Wulung ini juga seganas pemiliknya. Tidak segan-segan membunuh atau melukai siapa saja yang berani menginjakkan kaki di Lembah Neraka yang betul-betul sesuai dengan namanya. Neraka bagi siapapun yang telah berani datang ke sini.

*******