Bab 8-Bara di Lembah Neraka

Jika kau ingin tahu seperti apa aku mencintaimu

kumpulkan bunga-bunga paling indah di dunia

lalu anyamlah dalam spektrum warna bianglala

tusukkan di iris mataku

aku akan tetap memberimu rindu seribu dari seribu rinduku

dan tidak satupun untuk bunga-bunga itu

Siluman Lembah Neraka menghentikan tatapannya pada Raden Soca. Dari mulutnya yang berbentuk mirip paruh keluar lengkingan luar biasa aneh. Entah apa artinya tapi sepertinya lengkingan itu menunjukkan siluman itu marah hebat!

Raden Soca sedikit tercekat hatinya. Dia tidak pernah mendengar nama Siluman Lembah Neraka. Tapi apa yang dihadapinya sekarang ini benar-benar mengerikan. Tanpa sadar Raden Soca meraih cincin dari saku bajunya lalu mengenakannya di jari manis tangan kiri. Kalaupun harus bertarung melawan siluman mengerikan ini, dia harus bertarung mati-matian hingga titik darah terakhir. Walaupun harus menggunakan ilmu terlarang yang selama ini sangat dia hindari untuk dipergunakan.

Siluman Lembah Neraka semakin meninggikan lengkingan dahsyat dari mulutnya. Beberapa orang yang tidak memiliki hawa sakti memadai langsung saja terjengkang ke tanah dengan darah mengalir dari mata, hidung, dan telinga. Lengkingan itu ternyata serangan maut yang ditujukan kepada semua orang yang berada di situ.

Malaikat Darah dan kawan-kawannya segera mengerahkan hawa sakti untuk melindungi telinga mereka yang serasa ditusuk-tusuk oleh besi panas. Semua orang kecuali Raden Soca duduk bersila melindungi diri masing-masing agar tidak terkena pengaruh lengkingan dahsyat yang mematikan itu.

Raden Soca mengaliri sekujur tubuhnya dengan hawa sakti Inti Bumi sepenuhnya. Pemuda itu sadar sebetulnya serangan terdahsyat lengkingan maut itu ditujukan kepada dirinya. Seluruh lubang yang ada di tubuhnya seolah-olah hendak meledak. Namun hawa sakti dari Ki Ageng Waskita memang luar biasa. Hawa sakti yang sudah mendekati tingkat kesempurnaan. Raden Soca hanya perlu melatihnya secara tekun agar bisa mencapai tingkat paling sempurna. Hawa sakti itu melindungi seluruh tubuhnya yang hendak meledakkan darah dari pori-pori, hidung, mata dan telinga.

Siluman Lembah Neraka menatap dengan pandangan tak percaya lalu menghentikan lengkingan mautnya. Kali ini orang tua aneh itu melambai ke arah Siluman Wulung yang mengerti isyarat majikannya dan langsung menyambar ke bawah dengan cakar-cakar setajam pisau cukur yang mampu memenggal kepala Raden Soca dalam sekali tebas.

Raden Soca melompat ke samping menghindar dari serangan berbahaya Siluman Wulung. Tapi elang raksasa itu tidak mau berhenti setelah buruannya berhasil mengelak. Kali ini sambarannya tidak hanya berupa cakar tajam yang siap merajam tubuh Raden Soca namun juga disertai dengan lengkingan nyaring berhawa maut yang sama dengan Siluman Lembah Neraka. Belum lagi ditambah dengan kibasan sayap besarnya yang menimbulkan angin menderu-deru saking dahsyatnya. Lebih dahsyat dibanding Abimana saat melepaskan Badai Gunung Peraknya.

Raden Soca tidak mau bermain-main. Serangan Siluman Wulung luar biasa berbahaya. Lengkingan itu bisa membuatnya terpaku dan mematung sehingga dengan mudah cakar-cakar tajam itu mengoyaknya habis-habisan. Angin kibasan sayap Siluman Wulung juga ternyata merupakan pukulan maut. Raden Soca bisa merasakan angin pukulan itu setajam pedang.

Pemuda itu kembali melesat berkali-kali menghindar. Tubuhnya yang ditopang oleh hawa sakti Inti Bumi tidak tersentuh sama sekali oleh berbagai macam serangan yang dilakukan Siluman Wulung. Saking cepatnya gerakan siluman sakti bersayap itu dan juga Raden Soca, yang terlihat hanya kelebatan-kelebatan warna hitam saling kejar dan serang.

Siluman Wulung rupanya sangat penasaran karena serangannya berkali-kali gagal dan tidak menemui sasaran. Elang raksasa itu menjeritkan kemarahan luar biasa dan kali ini sepertinya hendak mengadu nyawa. Bahkan Siluman Lembah Neraka sendiri terperanjat. Peliharaannya itu berada dalam puncak kemarahan, yang jarang sekali terjadi, terhadap pemuda dari laut selatan itu. Terdengar kaokan keras luar biasa ketika terjadi benturan adu pukulan antara Siluman Wulung dan Raden Soca.

Elang siluman itu jatuh ke tanah dengan debum keras sedangkan Raden Soca terpental tinggi ke belakang. Pemuda dari Lawa Agung yang cerdik itu memanfaatkan daya lenting saat dirinya terpental dengan melakukan jungkir bulik untuk mematahkan dorongan lalu melesat seperti kilat ke arah Siluman Wulung yang sedang mencoba berdiri tegak kembali.

Elang siluman raksasa itu kembali berkaok keras lalu menjeritkan lengking berulang-ulang bernada marah saat mengetahui Raden Soca sudah nangkring di punggungnya sambil memegangi bulu di lehernya. Siluman Wulung meluncur cepat ke angkasa, terbang ke kanan dan kiri kemudian menukik tajam ke bawah. Membawa serta Raden Soca di punggungnya. Harapan Siluman Wulung, pemuda itu akan terjatuh dan lepas dari tempelan erat di punggungnya itu. Tapi Raden Soca lengket seperti getah karet. Pemuda itu masih berada di punggung Siluman Wulung. Elang raksasa itu menjeritkan lengking putus asa dan kembali membuat gerakan-gerakan kacau di udara agar pemuda itu terjatuh.

Raden Soca memejamkan mata. Memusatkan perhatian pada Palung Misteri. Cincin emas hitam di jarinya berpendar mengeluarkan cahaya berwarna ungu. Raden Soca menundukkan kepalanya. Berbisik dengan suara lirih tapi terdengar mengguntur di telinga Siluman Wulung.

"Aku adalah penguasamu. Kau berada dalam kuasaku. Aku adalah majikanmu. Kau lepas dari tuanmu terdahulu."

Semua orang di bawah melihat gerakan terbang Siluman Wulung tak lagi kacau. Elang raksasa itu meluncur turun dengan tenang ke tanah dengan Raden Soca berdiri gagah di atas punggungnya.

Siluman Lembah Tengkorak menyipitkan matanya yang sudah sangat sipit. Apa ini? Elang siluman peliharaannya tunduk kepada pemuda dari laut selatan itu?! Kemarahan datuk setengah siluman itu memuncak. Sedari tadi dia memang tahu bahwa di antara para pelanggar wilayah Lembah Tengkorak, pemuda ini lah yang berilmu paling tinggi dengan hawa sakti yang nyaris sempurna. Selain itu Siluman Lembah Tengkorak juga tahu bahwa pemuda ini pasti utusan dari Ratu Laut Selatan. Cincin emas hitam di jari tangannya itu menguarkan aroma karang dari laut selatan.

Siluman Lembah Tengkorak teringat betul bagaimana pesan Siluman Karimum Jawa pada suatu waktu dahulu.

"Guru, suatu saat pasti akan ada utusan dari Ratu Laut Selatan yang ditugaskan untuk mencari gadis kecil cucunya ini." Siluman Karimun Jawa mengelus rambut seorang gadis kecil berambut panjang dengan wajah yang sangat cantik di sampingnya.

"Aku menitipkan gadis kecil ini, Guru. Mereka tidak akan mengutus siluman laut selatan hingga ke sini karena tempat ini termasuk wilayah Siluman Daratan Jawa. Utusan mereka pasti seorang manusia."

Siluman Lembah Neraka menatap murid yang sangat dibanggakannya itu. Seorang pangeran putra dari Ratu Laut Utara. Dia sudah terpisah cukup lama dengan muridnya itu saat Siluman Karimun Jawa tiba-tiba mengunjunginya sambil membawa seorang gadis kecil cantik yang entah darimana. Siluman Lembah Neraka sangat menyayangi murid semata wayangnya itu. Ratu Laut Utara yang sangat dicintainya menitipkan putranya sejak dia masih kecil. Karena itu apapun yang diminta oleh Siluman Karimun Jawa pasti selalu dituruti oleh Siluman Lembah Neraka.

Dia tahu kenapa Siluman Karimun Jawa tidak membawa gadis kecil yang didapat dari menculik atau apa itu ke laut utara. Terlalu berbahaya bagi kedamaian antara laut utara dan laut selatan. Siluman Lembah Neraka bisa membaui aroma siluman laut selatan dari diri gadis kecil itu.

Siluman Lembah Neraka menjaga dan merawat gadis kecil yang tidak bernama itu dengan baik. Tiap harinya gadis kecil titipan Siluman Karimun Jawa itu tidak pernah lepas dari pengawasan. Siluman Wulung nyaris setiap saat berada di sekitar si gadis kecil. Namun pada suatu ketika Siluman Wulung lengah karena sedang asik makan buruannya. Gadis kecil itu lepas dari pengawasan. Siluman Lembah Neraka tahu bahwa gadis titipan muridnya itu hilang setelah mendengar jeritan berulang-ulang dari Siluman Wulung. Berhari-hari kedua siluman itu mencari di seluruh wilayah Pegunungan Wilis. Namun gadis kecil itu seolah lenyap ditelan bumi.

Siluman Lembah Neraka dan Siluman Wulung tidak berani keluar dari wilayah Pegunungan Wilis. Siluman itu sudah saling berjanji dengan Si Bungkuk Misteri bahwa dirinya tidak akan pernah pergi dari wilayah Pegunungan Wilis dengan timbal balik Si Bungkuk Misteri sama sekali tidak akan mencampuri urusannya.

Pencarian tanpa hasil itu membuat Siluman Lembah Neraka was-was dan cemas. Siluman Karimun Jawa pasti akan sangat marah jika sampai mengetahui titipannya hilang. Dia terlalu menyayangi siluman dari laut utara itu. Untunglah selama bertahun-tahun muridnya itu tidak lagi datang berkunjung.

Semenjak hilangnya gadis kecil itu, Siluman Lembah Neraka menjadi sangat pemarah dalam melindungi wilayah Lembah Neraka yang merupakan bagian dari Pegunungan Wilis. Siluman itu tidak segan-segan menjatuhkan tangan maut bagi siapapun yang berani mendatangi Lembah Neraka. Siluman itu menduga gadis kecil itu dibawa atau diculik oleh orang-orang yang melintas di wilayah Lembah Neraka saat Siluman Wulung lengah dalam menjaganya.

********