Bab 9 Kericuhan Asmara

Aku tidak pernah mengabaikanmu

kau adalah secercah matahari pagi saat aku baru terbangun

sebelum mencicipi sepotong roti manis bertabur gula pasir

dan segelas kopi

yang kau seduh melalui kerling mata

dan kau aduk dengan senyuman berlapis cinta

Dari mulut Siluman Lembah Neraka terdengar lagi jeritan panjang. Kali ini sangat menyayat hati. Dia tahu persis bahwa Siluman Wulung sudah tidak lagi berada dalam pengaruh maupun perintahnya. Burung Elang raksasa itu berdiri gagah di samping Raden Soca yang sedang mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan wajah dingin dan bermata keseluruhan berwarna hitam!

Palung Misteri memang mempunyai misteri terdalam yang mengerikan. Ilmu langka dan aneh itu membawa pemiliknya ke sebuah proses tiwikrama kecil yang menakutkan. Jiwa maupun wadagnya. Raut muka Raden Soca berubah bengis. Manik matanya membesar dan putih matanya hilang total. Tubuh dan perawakan tetap namun jiwanya memunculkan sisi tergelap yang selama ini tersembunyi.

Siluman Lembah Neraka menggereng keras. Tubuhnya yang jangkung kurus melesat ke depan. Menerjang Raden Soca dengan hebat. Dari kedua tangannya yang panjang, keluar larikan-larikan berwarna hitam pekat. Tidak berbau amis namun racun yang terkandung dalam pukulan itu adalah racun terkuat yang pernah ada di dunia. Raden Soca mendehem pendek. Tubuhnya bergerak maju menyambut. Dari tangannya keluar juga larikan berwarna hitam pekat. Sama pekat dengan pukulan Siluman Lembah Neraka yang bernama Pukulan Abu Neraka. Raden Soca mengeluarkan Ilmu Pukulan Kala Hitam yang jarang sekali dikeluarkannya.

Benturan dahsyat dua pukulan membahana. Menghancurkan tanah hingga berlubang besar. Menimbulkan guncangan yang membuat beberapa pohon besar tumbang terkena angin pukulan yang lari menyamping.

Raden Soca jatuh terduduk dengan sudut mulut mengalirkan darah segar. Pemuda itu terluka dalam. Tapi Siluman Lembah Neraka juga kurang lebih sama. Siluman itu terjengkang ke belakang dengan bagian dalam rongga dadanya terguncang hebat. Darah berwarna hitam mengalir tipis di bibirnya yang pencong. Adu ilmu pukulan itu cukup seimbang. Raden Soca tidak kalah dari Siluman Lembah Neraka karena selain memiliki hawa sakti Inti Bumi, pemuda itu juga dibantu kekuatan cincin emas hitam yang memang senyawa dengan Ilmu Pukulan Kala Hitam. Gabungan dari tiga unsur itu membuat Raden Soca mampu mengimbangi kekuatan Siluman Lembah Neraka yang sebenarnya sudah tak terukur dalamnya.

Malaikat Darah dan kawan-kawan sudah sejak tadi minggir. Menjauh dari arena pertarungan luar biasa dahsyat itu. Mereka tahu persis bahwa angin pukulan dari dua orang itu saja bisa sangat melukai. Abimana juga berkumpul dengan anggota perkumpulannya cukup jauh dari gelanggang. Pemuda itu menjadi jerih hatinya melihat saktinya dua orang yang sedang bertanding mati-matian menggunakan ilmu-ilmu ganas yang sangat mematikan. Dia tidak menyangka ternyata di dunia persilatan banyak sekali tokoh-tokoh hebat yang pandai menyembunyikan diri namun sangat sakti. Abimana bertekad untuk menjadi murid dari Siluman Lembah Neraka yang luar biasa itu.

Bidadari Darah mengusap dadanya untuk meredakan debar jantung yang terus menghentak-hentak. Pesona Raden Soca semakin memikat gadis cantik berwatak kejam ini. Hatinya perlahan-lahan runtuh ke dalam kungkungan asmara yang tiba-tiba membuatnya menjadi sangat lemas.

Jaka Umbara tetap bersiaga di tempatnya. Pemuda itu tidak mau menjauh karena berjaga-jaga jika Raden Soca memerlukan bantuan. Dia tahu betapa saktinya lawan Raden Soca. Tapi Jaka Umbara juga sadar sekarang betapa luar biasanya teman seperguruannya itu.

Pertempuran seru itu terus berlangsung. Siluman Lembah Neraka yang penasaran karena selama ini dia jarang menemukan lawan setanding, kecuali Si Bungkuk Misteri tentu saja. Pemuda ini punya ilmu aliran hitam yang sangat dahsyat. Selain itu hawa saktinya juga tidak berselisih jauh dengan dirinya yang sudah ratusan tahun menempa diri dan mendalami berbagai ilmu gaib dan kanuragan.

Siluman Wulung sejak pertarungan dimulai sudah terbang dan hinggap di pohon tinggi. Elang siluman raksasa itu menunggu perintah dari Raden Soca. Tapi burung sakti itu juga dalam posisi siaga. Berjaga-jaga jika tuan barunya dalam bahaya.

Raden Soca mulai sedikit kewalahan. Siluman Lembah Neraka semakin menekan melalui ilmu-ilmu langkanya yang aneh-aneh. Salah satunya yang sekarang dimainkan adalah pukulan Api Raja yang membuat tangannya berkobar-kobar. Panas dari Api Raja bahkan membuat orang-orang sekelas Malaikat Darah lompat menjauh. Daun-daun yang berada di sekitar gelanggang mulai melayu dan mengering. Banyak juga yang sudah rontok. Pohon terdekat bahkan sudah mulai terbakar batangnya.

Raden Soca semakin terdesak hebat. Pemuda itu sudah mengerahkan Ilmu Pukulan Kala Hitam dan Amurti Arundaya. Tapi tetap saja dia hanya sanggup bertahan tanpa bisa membalas menyerang. Beruntunglah Raden Soca diwarisi hawa sakti Inti Bumi dari Ki Ageng Waskita. Jika tidak, mungkin sudah sedari tadi pemuda itu tewas atau terluka parah.

Jaka Umbara bersiap-siap. Melihat situasi yang tepat untuk ikut terjun ke dalam pertempuran membantu Raden Soca. Namun sebelum pemuda itu bergerak, terdengar teriakan keras saat sosok Bidadari Darah terjun ke dalam pertempuran membantu Raden Soca.

Gadis itu berbuat nekat karena sangat khawatir dengan keselamatan pemuda yang telah menekuk hatinya itu. Bidadari Darah tidak peduli dengan keselamatan dirinya. Dia tidak tega melihat Raden Soca terdesak hebat seperti itu. Dia harus membantunya. Malaikat Darah menjeritkan kemarahan begitu muridnya memutuskan terjun ke dalam pertempuran. Tentu saja dia sangat mengkawatirkan keselamatan Bidadari Darah. Meskipun berwatak kejam, Malaikat Darah sangat menyayangi murid semata wayangnya itu. Tapi sudah terlambat. Muridnya sudah terlanjur menyerbu dan menyerang Siluman Lembah Neraka dengan melepaskan pukulan-pukulan Angin Darah.

Raden Soca kelabakan dengan masuknya Bidadari Darah. Bukannya terbantu, pemuda itu justru semakin sibuk bertahan sambil berusaha sedapat mungkin melindungi gadis nekat itu dari serangan-serangan Siluman Lembah Neraka. Raden Soca sangat mencemaskan keselamatan gadis kejam yang tiba-tiba saja membantunya itu.

Kejadian berikutnya sudah bisa diduga oleh Raden Soca. Saat untuk kesekian kalinya terjadi adu pukulan Bayangan Matahari yang dipadukan dengan Kala Hitam bertemu dengan pukulan Api Raja Siluman Lembah Neraka. Daya ledak ketiga pukulan itu mengakibatkan Bidadari Darah yang sedang melayangkan pukulan ke dada Siluman Lembah Neraka terkena imbas daya ledak tersebut. Gadis itu terpental jauh dan jatuh bergulingan. Beberapa kali gadis itu memuntahkan darah segar sebelumnya akhirnya pingsan dalam keadaan sekarat.

Raden Soca terhenyak kaget melihat kejadian tragis itu. Tubuhnya melesat meninggalkan arena pertempuran untuk memeriksa Bidadari Darah yang nafasnya terlihat tinggal satu-satu. Siluman Lembah Neraka hendak mengejar tapi Jaka Umbara mencegatnya sambil memainkan jurus-jurus Lafadz Sejati. Dia harus menahan siluman ini agar tidak lanjut menyerang Raden Soca.

Raden Soca berjongkok dan mengangkat tubuh Bidadari Darah. Gadis ini harus segera diobati. Luka dalamnya terlalu parah. Nyawanya tinggal tak lama lagi. Malaikat Darah yang berniat mendekat menghentikan langkahnya. Tatap mata hitam Raden Soca sangat mengerikan untuk ditentang.

Tubuh pemuda Lawa Agung itu melesat tinggi sambil membopong Bidadari Darah. Dia berseru kepada Jaka Umbara yang sedang terdesak hebat oleh serangan Siluman Lembah Neraka.

"Jaka! Kita pergi!" Raden Soca juga melambaikan tangan ke arah sisa prajurit Pajang yang buru-buru mematuhi isyarat Raden Soca untuk meninggalkan tempat itu.

Tapi semua tidak berjalan mudah bagi Raden Soca dan Jaka Umbara. Siluman Lembah Neraka sama sekali tidak mau melepaskan mereka begitu saja. Kakek tinggi kurus itu mengejar sambil melepaskan pukulan maut ke arah Raden Soca yang kerepotan mengelak karena sambil membopong tubuh Bidadari Darah.

Sambaran angin besar menyadarkan Raden Soca. Siluman Wulung yang tahu tuannya dalam bahaya terbang rendah dan melengking rendah. Entah mengapa, Raden Soca paham apa yang dimaksud si elang raksasa. Pemuda itu melemparkan tubuh dingin Bidadari Darah yang langsung disambut oleh Siluman Wulung yang menerima tubuh Bidadari Darah di punggungnya dan terbang tinggi untuk menghindar dari serangan berikutnya.

Raden Soca berbalik untuk menghadapi Siluman Lembah Neraka yang tidak mau melepaskan mereka. Dia berniat beradu nyawa dengan si siluman tua. Meski hatinya sangat mengkhawatirkan gadis yang membelanya itu. Dia bisa menyelamatkan gadis itu dengan hawa sakti Inti Bumi tapi tentu tidak bisa dilakukannya karena serangan-serangan dahsyat Siluman Lembah Neraka. Dalam keadaan terdesak dan kebingungan, sesosok bayangan masuk ke dalam pertempuran sambil berteriak nyaring.

"Pergilah! Selamatkan gadis itu! Aku akan menahan siluman tua ini!"

Ratri Geni menatapnya dengan sorot mata yang sulit dimengerti oleh Raden Soca. Tapi gadis itu segera berbalik dan menghantamkan kedua tangannya yang telah berisi pukulan Bayangan Matahari dan Busur Bintang ke arah Siluman Lembah Neraka yang terus berusaha mencecar Raden Soca.

*********