Bab 18-Para Siluman Berlepasan

Ketika rahasia dibuka oleh langit

tak ada lagi rasa sakit yang sulit dirakit

pun tak ada musim yang mencederai hujan

dan tak ada keranda yang tak menemui batu nisan

Ario Langit yang biasanya mudah mengendalikan Siluman Masalembu dalam tubuhnya sampai terjengkang ke belakang saking kuatnya siluman itu ingin keluar mewujud. Ario Langit tahu, siluman dalam tubuhnya ini mengincar Galuh Lalita. Dia tidak mau itu terjadi. Karena itulah Ario Langit bertahan mati-matian agar Siluman Masalembu tidak keluar.

Siluman dari dua lautan yang terpisah daratan Jawa itu memang sejak lama tidak akur meski tidak sampai menimbulkan peperangan terbuka. Kedua ratu gaib yang berkuasa selalu berpesan kepada semua anak buah dan keluarganya bahwa tidak boleh ada pertempuran terbuka di antara keduanya. Itulah kenapa saat Siluman Karimun Jawa membuat ontran-ontran menculik cucu Ratu Laut Selatan, Ratu Laut Utara marah bukan main kepada putranya itu. Siluman Karimun Jawa dihukum tidak boleh menginjakkan kaki di daratan Jawa hingga seratus tahun.

Hukuman yang sangat menyiksa bagi Siluman Karimun Jawa yang suka mengembarai pesisir-pesisir utara Jawa. Itulah juga kenapa dia tidak bisa menyambangi tawanan kecilnya di Lembah Neraka. Begitu mendengar kekacauan di Lembah Neraka yang membuat tawanan kecilnya menghilang, Siluman Karimun Jawa akhirnya nekat melanggar hukuman dari Ibunya. Siluman itu pergi diam-diam ke daratan Jawa. Selain ingin melihat dan memberikan cincin kayu hitam kepada putra-putrinya, dia juga hendak menyelidiki kemana tawanan kecilnya yang sangat berharga itu dulu dilarikan orang.

Namun ternyata tidak semudah itu lari dari mata awas dan sakti Ratu Laut Utara. Setelah berhasil menemui Raden Soca dan Dewi Lastri serta memberikan cincin kayu hitam kepada putra-putrinya itu, Siluman Karimun Jawa terpaksa harus kembali ke pengasingan karena utusan Ibunya berhasil menemukan dirinya. Siluman Karimun Jawa tidak bisa melanjutkan niatnya dan harus kembali ke gugusan Pulau Karimun Jawa. Menetap selama seratus tahun lagi ke depan sebagai hukuman tambahan dari Ratu Laut Utara.

Panglima Amranutta semakin jerih hatinya melihat mata merah itu semakin menyala. Benar-benar menyala. Api keluar dari mata gadis cantik itu! Galuh Lalita sendiri tidak menyadari telah terjadi perubahan hebat pada dirinya. Gadis itu hanya semakin marah karena pertanyaannya tidak dijawab. Panglima Amranutta dan kedua pembantunya itu malah terbengong-bengong menatap dirinya.

"Hei Panglima, kenapa sampai ada serangan mengerikan itu terhadap kami? Bukankah kau bilang akan menjamin keselamatan kami selama menjadi tawanan Lawa Agung?" Mata Galuh Lalita bahkan sekarang mengeluarkan percikan-percikan api. Gadis itu melompat mundur saking kagetnya saat melihat api bepercikan ke sana kemari dari matanya. Galuh Lalita kaget bukan kepalang. Menyadari ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Galuh Lalita berlari ke arah cermin besar yang terdapat di sudut ruangan penjara tempat para penjaga biasanya mengawasi situasi dalam penjara.

Gadis itu langsung menjerit keras. Begitu lantangnya suara jeritan itu sampai-sampai semua orang termasuk Ario Langit harus mengerahkan hawa sakti menutupi gendang telinga. Suara jeritan itu memang luar biasa. Menggema berulang-ulang di Lembah Mandalawangi. Mengakibatkan para prajurit yang berkepandaian rendah seketika jatuh pingsan.

Panglima Amranutta mengangkat kedua tangannya. Memberikan isyarat agar Galuh lalita menghentikan jeritan mengerikan itu.

"Tuan Putri, mohon maaf. Kami memang akan selalu melindungi kalian. Tapi serangan Siluman Puncak Pangrango mendadak sekali dan kami memang tidak pernah bersiap untuk serangan semacam ini. Prajurit Lawa Agung yang tewas mencapai puluhan orang atau bahkan mungkin ratusan. Asap hitam beracun itu memang ditujukan ke Andika berduka namun apapun yang dilewatinya menjadi terpanggang hangus."

Galuh Lalita menghentikan jeritannya. Dia sendiri merasa ngeri mendengar jeritannya sendiri. Ini seperti suara seribu kuntilanak yang menjerit bersama-sama. Galuh Lalita bergidik. Wajahnya sudah berubah normal. Begitu pula rambutnya telah hitam berkilau kembali.

Semua orang di ruangan itu melengak kaget. Terdengar gemuruh menakutkan dari luar. Seperti suara derap kaki ribuan kuda sedang berlari kencang. Mereka segera berlompatan keluar dari penjara bawah tanah dan berdiri di halaman luas istana. Menyaksikan dari kejauhan. Tepatnya dari puncak gunung. Ribuan kuda berwarna hitam berlari kencang ke arah Lembah Mandalawangi. Ribuan kuda itu semuanya bermata merah dan berlari kencang namun tidak menapak tanah.

Suara jeritan siluman yang dikeluarkan Galuh Lalita tadi rupanya memancing kemarahan Siluman Puncak Pangrango. Raja siluman gunung itu mengirimkan ribuan siluman kuda menyerbu Lembah Mandalawangi. Siluman Puncak Pangrango tahu bahwa Lawa Agung adalah kerajaan yang dilindungi oleh Ratu Gaib Laut Selatan. Tapi dia tidak takut. Karena Ratu gaib yang sakti itu sama sekali tidak bisa merambah ke tengah daratan Jawa.

Siluman yang tak kalah aneh dengan Siluman Lembah Neraka itu sebetulnya tidak mempermasalahkan kehadiran Lawa Agung dengan pasukan besarnya di Lembah Mandalawangi. Namun semenjak kehadiran Ario Langit dengan Siluman Masalembunya, Dewi Lastri dengan Siluman Karimatanya, dan sekarang Galuh Lalita yang merupakan siluman murni dari laut selatan, raja siluman gunung itu tersinggung harga dirinya.

Pada prinsipnya, tidak boleh ada satu silumanpun yang boleh menjarah wilayah kekuasaannya di Gunung Pangrango tanpa seizinnya. Semenjak beberapa saat yang lalu bahkan bukan hanya satu siluman yang berada dalam wilayah Gunung Pangrango. Siluman-siluman hebat dengan kepandaian dahsyat bermunculan di wilayah kekuasaannya. Dan semuanya siluman dari lautan! Karena itulah kemarahan Siluman Puncak Pangrango tidak terbendung lagi.

Ribuan kuda siluman semakin dekat. Panglima Amranutta tahu bahwa percuma saja menyuruh anak buahnya menutup pintu gerbang. Mereka yang datang ini bangsa siluman. Panglima tua itu memberikan isyarat kepada semua orang untuk bersiaga. Dia, Putri Anila dan Putri Aruna bisa bertarung melawan siluman. Tapi para prajuritnya tidak. Untuk berjaga-jaga, Panglima Amranutta memberikan perintah agar semua orang menyalakan obor masing-masing di tangan mereka. Api akan sedikit memberikan perlindungan kepada mereka.

Awalnya Galuh Lalita memandang ngeri melihat kedatangan ribuan siluman kuda yang meringkik-ringkik dahsyat bersama-sama. Hatinya dicekam rasa ketakutan teramat sangat. Tapi secepat ketakutan itu datang, secepat itu pula perubahan terjadi pada diri gadis cantik dari Maung Leuweung itu. Matanya kembali mengeluarkan api, rambutnya berubah keperakan, dan tubuhnya melayang di atas tanah. Galuh Lalita menjelma sepenuhnya menjadi siluman yang merupakan kodrat lahirnya.

Gadis itu membuka mulut setelah memberi isyarat kepada semua orang agar menutup telinga mereka. Sebuah jeritan luar biasa dahsyat kembali meraungi lembah. Jeritan yang membuat rombongan kuda terdepan jatuh lintang pukang dan tewas seketika. Galuh Lalita tidak mengerti bahwa dirinya sedang mengeluarkan kemampuan siluman yang dimilikinya. Jeritan Siluman.

Panglima Amranutta dan semua yang bersiaga di halaman istana terbelalak. Saking dahsyatnya hawa yang terkandung dalam Jeritan Siluman, Galuh Lalita mampu membuat formasi rombongan mengerikan kuda-kuda siluman itu hancur berantakan.

-********