Keramaian yang tak lagi kehabisan vokal dan konsonan
merangkai sekian banyak pembicaraan
salah satunya adalah mengenai langit
yang telah berusaha keras menghilangkan rasa sakit
setelah mengunyah biji maja yang paling pahit
sisanya adalah perbincangan tentang cinta
beserta padang kurusetra yang menjadi tempat pemakamannya
Ketiga bayangan berkelebatan seperti gerakan hantu. Menembus hutan-hutan lebat dan wingit menuju Lembah Mandalawangi. Arawinda kagum sekali dengan ilmu meringankan tubuh putranya. Ario Langit mengalami banyak sekali kemajuan. Apalagi sekarang di dalam dirinya terdapat kekuatan Siluman Masalembu yang ganas dan perkasa. Arawinda tidak yakin bahwa dia saat ini bisa mengimbangi putranya yang terkenal di dunia persilatan sebagai Pendekar Langit.
Diam-diam Arawinda juga terkaget-kaget melihat betapa Galuh Lalita bisa mengimbangi kecepatan mereka berdua. Dia sama sekali tidak menyangka gadis putri Padepokan Maung Leuweung ternyata mempunyai kepandaian setinggi ini. Arawinda tidak tahu bahwa kekuatan dan kecepatan Galuh Lalita meningkat tajam karena perlahan-lahan darah silumannya mulai muncul dan mengisi tubuhnya dengan ilmu yang juga belum disadari sepenuhnya oleh gadis itu.
Perjalanan dari Merbabu ke Pangrango tidak membutuhkan waktu lama karena mereka hanya berhenti untuk makan dan minum saja. Ketiganya bahkan memutuskan tidak tidur. Galuh Lalita merasakan sebuah firasat Lawa Agung sedang dalam bahaya dan gadis itu menyampaikannya kepada Ario Langit. Arawinda hanya ikut apa keputusan putranya. Meskipun masih dalam keadaan ragu, tapi harus diakui bahwa dirinya sedang sangat bergairah untuk mempersiapkan pernikahan putranya dengan Galuh Lalita. Naluri keibuannya bangkit. Putra asuh satu-satunya itu harus berbahagia dan acara pernikahan itu harus megah serta sangat berkesan. Arawinda tak lepas dari senyum sepanjang perjalanan berkecepatan tinggi itu.
Menjelang siang ketiganya memasuki Lembah Mandalawangi. Disambut oleh riuh rendah suara pertempuran hebat. Prajurit Lawa Agung diserbu secara bergelombang oleh pasukan besar berseragam warna putih. Jumlahnya ribuan dan dipimpin oleh beberapa tokoh silat yang sudah sangat mereka kenal. Nampak Nyai Sembilang, Dewi Lastri, Matamaha Mada, dan Ayu Kinasih mendampingi seorang lelaki berusia setengah baya yang gagah dan berilmu tinggi, Pangeran Bunga. Rupanya pasukan penyerang ini berasal dari Sumedang Larang.
Bagaimana ceritanya pasukan besar itu datang menyerbu markas Lawa Agung di Lembah Mandala Wangi dan malah dipimpin oleh para datuk sesat yang sebelumnya bersekutu dengan Lawa Agung?
Memang pendirian para datuk sesat itu mudah sekali berubah. Tergantung seberapa menguntungkan bagi mereka. Setelah beberapa waktu lalu pergi dari Lembah Mandalawangi dalam keadaan terluka karena kalah bertarung melawan rombongan Ratri Geni, Raden Soca dan Arya Dahana, tanpa disengaja ke empat orang itu malah bertemu dengan para telik sandi Sumedang Larang yang dipimpin oleh Pengeran Bunga. Pangeran Bunga memang diutus langsung oleh Raja Sumedang Larang untuk menyelidiki desas-desus adanya markas Lawa Agung di sekitar Gunung Pangrango. Selain berkepandaian tinggi, Pangeran Bunga juga dikenal mudah bergaul dengan penduduk desa sehingga akan lebih mudah berbaur mendapatkan informasi.
Pangeran Bunga yang sudah mengumpulkan banyak informasi akhirnya mengetahui bahwa Lawa Agung memiliki markas rahasia di Lembah Mandalawangi. Ayah dari Sekar Wangi itu kemudian hendak kembali ke Sumedang Larang untuk melaporkan temuannya. Namun di tengah jalan mereka bertemu dengan rombongan Nyai Sembilang dan kawan-kawan yang sedang dalam keadaan terbuka. Awalnya Pangeran Bunga hendak menyerang Nyai Sembilang beserta rombongannya. Namun niatnya diurungkan karena terbersit dalam pikirannya bahwa mereka bisa digunakan untuk membantu Sumedang Larang menyerang Lawa Agung, karena jelas sekali mereka berjalan terhuyung-huyung sambil menyumpahi Lawa Agung yang tidak membantu mereka bertarung menghadapi Arya Dahana dan kawan-kawannya.
Pangeran Bunga yang pada dasarnya memang cerdik berhasil membujuk mereka untuk ikut ke Sumedang Larang. Memperkenalkan kepada Sang Raja dan menjamu dengan hidangan lezat, bantuan tabib istana untuk membantu menyembuhkan luka, dan juga janji dari Sang Raja sendiri bahwa jika mereka sepakat membantu, maka Sang Raja akan memberikan hadiah tanah perdikan yang luas berikut semua kelengkapannya.
Tawaran menggiurkan itu langsung disambut dengan gembira oleh Nyai Sembilang dan Dewi Lastri. Mereka memang mempunyai ambisi untuk bisa memiliki pasukan sendiri sehingga tidak terlalu tergantung kepada orang lain. Dunia persilatan saat ini banyak mengandalkan pasukan dalam jumlah besar untuk menancapkan pengaruh. Dan jalan terbuka lebar jika mereka bersedia membantu Sumedang Larang.
Ayu Kinasih juga mengatakan iya karena teringat betul betapa pemuda yang sangat dibencinya, ayah dari bayi yang dikandungnya, berada di markas Lawa Agung dan dalam perlindungan mereka. Dia akan mati-matian mendukung siapapun yang berlawanan pihak dengan Ario Langit. Matamaha Mada tentu saja mengikuti apa keputusan muridnya.
Ayu Wulan sebenarnya tidak setuju dengan tindakan Pangeran Bunga membawa para dedengkot hitam itu. Namun setelah dijelaskan bahwa Sumedang Larang saat ini sangat membutuhkan bantuan orang-orang sakti dalam menghadapi Lawa Agung, akhirnya Ayu Wulan bisa dibujuk untuk mengerti.
Apalagi tak lama kemudian Sekar Wangi datang. Bersama seorang lelaki tampan dan gagah yang sepertinya sangat patuh kepada putri mereka itu. Sekar Wangi mendukung tindakan Ayahnya dan bersedia pula membantu memperkuat Sumedang Larang saat nantinya menyerang Lembah Mandalawangi. Ini adalah kesempatan untuk memberi hukuman kepada Pangeran Arya Batara dan dua gundiknya itu!
Dikisahkan, setelah belajar beberapa ilmu tingkat tinggi yang merupakan ilmu simpanan Siluman Lembah Neraka, tentu saja dengan imbalan tubuh moleknya, Sekar Wangi berhasil menguasainya dengan baik meski belum sempurna karena memang hawa sakti yang dimilikinya belum cukup memadai. Merasa sudah cukup, Sekar Wangi berpamitan kepada gurunya untuk pergi ke Sumedang Larang. Selain rindu kepada Ayah dan Ibunya, Gadis ini juga penasaran kenapa Unduh Kusuma belum juga kembali dari Pajang. Gadis ini sama sekali tidak mengkhawatirkan Unduh Kusuma. Dia hanya mau budak cintanya itu berhasil mencuri gelang Kebo Lanang di gudang pusaka Pajang.
Gelang sakti yang pernah dimiliki tokoh zaman dahulu yang terkenal sebagai penakluk lelaki-lelaki hebat. Nyai Jagat Asih. Gelang inilah yang dulu menjadi penambah kekuatan magis Nyai Jagat Asih dalam menaklukkan setiap lelaki yang disukainya. Dari prajurit biasa sampai raja yang berkuasa pernah jatuh dalam pelukan wanita cantik luar biasa itu. Sekar Wangi sangat berkeinginan untuk mengulang kejayaan Nyai Jagat Asih. Gadis yang mengalami perubahan dahsyat ini punya cita-cita tinggi untuk berkuasa, banyak harta, dan selalu terpuaskan nafsu berahinya. Dia sangat membutuhkan Gelang Kebo Lanang agar punya kekuatan magis seperti Nyai Jagat Asih. Tidak hanya mengandalkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya saja. Namun juga pengaruh magis dari Kebo Lanang dapat membuat daya tariknya berlipat-lipat kali besarnya.
Begitu keluar dari wilayah Pegunungan Wilis, Sekar Wangi langsung ditemui oleh Unduh Kusuma yang ternyata sudah menunggunya untuk beberapa lama di sana. Lelaki itu tidak berani memunculkan diri ke Lembah Neraka karena tahu akan akibatnya jika dia gagal mendapatkan apa yang diminta oleh Sekar Wangi. Dia sangat jerih sekali dengan ancaman Siluman Lembah Neraka, karena itu lebih memilih menunggu di luar Gunung Wilis sampai Sekar Wangi keluar dari tempat mengerikan itu.
Meskipun sangat kecewa karena Unduh Kusuma tidak berhasil mencuri Kebo Lanang, namun Sekar Wangi tetap mengajaknya menuju Sumedang Larang. Gadis itu masih membutuhkan Unduh Kusuma. Untuk saat ini. Tapi rasanya tidak untuk beberapa saat lagi ke depan.
--*******