Bab 9

 Benar saja ketika masuk aku dapat langsung melihat ada sebuah koleseum raksasa dengan langit langit sungai sungguh pemandangan yang indah dan mengerikan, bayak ikan yang melewati kubah juga adabananyak darah yang tumpah, nyawa yang melayang, dan suara tertawa para penonton yang melihat semua kengerian ini. Aku tak tahan melihat semua kekejaman ini, aku langsung berlari menuju tengah arena koleseum dan menyatakan perang pada orang orang di sana. Aku dapat melihat penguasa tempat ini di sampingnya aku dapat melihat Hana yang terkurung dalam jeruji kecil seperti untuk hewan aku tak dapat membiarkannya aku menantang penguasa itu untuk melawan ku 1 vs 1 jika aku menang aku akan membawa Hana pergi dan membebaskan semua budak budak di sini, jika dia menang dia boleh menjadikanku budak atau apapun yang dia inginkan. Penguasa tersebut setuju dia mengambil 5 pedangnya 3 pedang kecil, 2 pedang besar.

 Dia turun dengan keren, seperti super hero. Sudah pasti ini akan menjadi pertarungan yang seru, tetapi sebelum kami mulai suasana di sini seakan seperti makam tak ada seorang pun yang suara, sang penguasa itu menyebutkan namanya dia adalah kura, kami akn bertarung saat koin yang di lempar menyentuh tanah. Suara koin terjatuh kami memulai pertarungan kami, kura memulai dengan 2 pedang besar sisa pedangnya di tanjapkan ke tanah, aku tak dapat menahan serangannya karena terlalu beresiko di menggunakan 2 pedang besar sedangkan aku 1 pedang besar, aku menghindarinya saat dia menebas akan ku tebas balik dia tetapi dia selalu bisa menahannya dengan pedang satunnya aku memiliki keunggulan dalam kecepatan, akan ku manfaatkan itu, kami terus bertarung karena kau memanfaatkan kecepatanku sekarang aku unggu, siapa sangka Kura mengganti senjatanya dengan pedang kecil, sekarang ia sama cepatnya.

 Aku semakin terpojok dia ungul dalam kecepatan dan ketahannan dia selalu bersembunyi di belakang pedang besarnya dia menancapkan pedang besarnya di posisi , Bodohnya aku, mengapa aku tak mengambil pedannya. Kami bertarung dengan cara yang sama terus menerus mengganti senjata, semakin banyak goresan yang kami terima semakin banyak juga darah yang tumpah, kami terus menerus bertarung hingga siapa yang dapat berdiri terakhir. Pertarungan yang semakin cepat kami berdua imbang Hingga aku menemukan celah pedang yang ia gunakan patah aku dapat memberikan luka sayatan besar pada perutnya yang menandakan berakhirnya pertandingan ini.

 Sesuai kesepakatan tak ada yang menyerang mereka menyerahkan Hana dengan suka rela, sebenarnya aku mulai melemah dan memiliki banyak luka, bisa saja mereka menyerang. Aku mengendong Hana keluar dari tempat ini meninggal kan semua orang yang ada di sana, hingga aku pergi tak ada yang bersuara, para penjahat itu pun hanya mengurusi mayat Kura, sungguh Kura memiliki bawahan yang loyal. Di saat aku ingin keluar tiba tiba ada seseorang yang menghampiri kami dia mengaku dia adalah wakil Kura dia memberikanku sebuah pedang katana, aku curiga mengapa ia memberikanku pedang ini padalah aku baru saja membunuh Kura. Dengan muka yang tenang ia bilang Kura pernah bilang padanya, jika nanti ada seseorang yang dapat membunuhku, berikanlah pedang ini padanya, karena pedang ini harus ada di tangan orang yang kuat.