Kami pun pergi dari istana untuk pergi ke Dungeon Hamen di perjalanan biasanya aku akan berjalan di belakang tetapi kali ini aku berjalan di depan karena kalo di belakang pasti pemandangannya panas. Kami telah siap dengan perlengkapan kami dan sekarang kami ada di depan Dungeon Hamen udara yang keluar dari gua ini seperti bau gosong, saat kami masuk pun kami terasa di panggang aku curiga dengan apa yang ada di dalam, sebelum kami masuk lebih dalam kami bertemu dengan satu monster perawakannya seperti kera punk, dengan rambut seperti duri yang terbuat dari api. Kami tentu akan melawannya tetapi kera ini sangat lincah, sulit sekali mengenainya, di tambah ada sebuah asap yang menggangu penglihatan kami, walaupun kami kesulitan kami tetap bisa mengalahkannya dengan sedikit usaha tambahan.
Masuk lebih dalam gua ini semakin sempit saja semakin sulit untuk di lewati hingga kami harus merangkak untuk bisa lewat, setelah perjalanan yang tidak enak itu kami akhirnya sampai di tempat yang luas dengan lagit lagit yang tinggi dan dengan beberapa lahar yang tumpah dari atas. Kami berjalan dan semakin terasa panas, setelah sekian lama akhirnya ada seekor moster yang menghampiri kami, itu hanya seekor kera punk. Ketika kami ingin melawannya tiba tiba kera itu berteriak dengan suara yang keras hingga membengkakan telinga kami, seketika datang banyak sekali kera api dan di antaranya ada 3 kera raksasa. Sial kami benar benar sial dengan suasana yang panas dan pergerakan mereka yang sangat cepat membuat kami sangat kesulitan walaupun kami cukup mendominasi dalam pertarungan ini.
Ternyata setelah setoran, masing masing dari kita bunuh berapa banyak ternyata hanya ada sekitar 5o kera dan 3 kera raksasa, kami berjalan berpura putar untuk mencari ajalan selanjutnya, tetapi kami malah bertemu sarang kera, di dalamnya hanya terlihat kera raksasa tak ada kera kecil, kami tak tau harus kamana jadi kami menyerang sarang itu, seperti biasa kami memulai dengan satu serangan raksasa dari pangeran, cara ini sangat efektif untuk mengurangi jumlah musuh dan melemahkan mereka, jami menjadi lebih mudah untuk mengalahkannya tetapi, setelah serangan raksasa itu pangeran akn beristirahat sebentar untuk mengisi energi. Kami heran mengapa hanya ada monster kera saja disini Kami tak terlalu memikirkannya, kami terus melanjutkan perjalanan kami, di sarang kami hanya menemukan sebuah tumpukan tulang manusia, sepertinya ini tulang dari orang orang yang masuk ke sini.
Kami melihat ada sebuah batu yang sepertinya itu sebuah kunci unntuk membuka pintu karenanya kami pun membayanya ukurannya hanya 1 genggam tak terlalu besar. Kami terus berjalan, bertemu sarang, bertarung, tetapi sepertinya kami tersesat karena semua jalan jumlah monster sama dengan apa yang telah kami lalui, karena terheranan kami pun kembali berjalan dengan meninggalkan batu yang kami temukan di sana, semua berjalan sama tak ada yang berubah tetapi batu itu pun tetap pada tempatnya, jika terus begini kita akan mati terpanggang dan kelelahan, kami berpikir apa yang harus kami lakukan dengan apa yang terjadi pada kami, kami mencoba berbagai hal termasuk kembali ke awal tetap tak ada perubahan di tambah jalan kami masuk hilang entah kemana. Di tengah kebingungan kami di ganggu dengan gempa yang tiba tiba terjadi, batu batu di atas kami berjatuhan, kami berlari untuk menghindarinnya. Setidaknya setelah gempa selesai tak ada yang mati.