Rencana Pencegahan

Keesokan Harinya

Aku merenung dan mulai mencoba membuat rencana.

"Aku harus membuat sebuah rencana untuk mencegah kerajaan-kerajaan tetangga membunuhku," ucapku dalam pikiranku.

"Pelayan!" panggilku dengan nada memerintah.

"Ya, Yang Mulia?"

"Panggil semua orang di istana untuk berkumpul di Ruangan Takhta," perintahku.

"Baiklah, Yang Mulia," jawabnya patuh.

Aku segera menuju Ruang Takhta dan menunggu semua orang.

Tak berlangsung lama, semua orang di istana berkumpul di sana. Mereka berbicara satu sama lain dengan wajah penuh kebingungan.

Seorang pria paruh baya bertanya kepada yang duduk di sebelahnya, "Apakah kamu tahu kenapa Yang Mulia memanggil kita?"

"Aku juga tidak tahu. Aku sedang duduk santai, tiba-tiba pelayan memberitahuku bahwa Yang Mulia mencari kita semua," jawab salah seorang bangsawan.

"Huh, kau tidak bisa diandalkan," ucap pria paruh baya itu.

Aku memandang mereka semua dan menyuruh mereka diam.

"Bisakah kalian semua berhenti berbicara?" kataku dengan nada tenang.

Tentu saja, mereka semua langsung diam.

"Aku memanggil kalian semua ke sini karena ada urusan penting," kataku, sambil memeriksa loyalitas mereka.

Rata-rata loyalitas mereka berkisar antara 60-70, ada juga beberapa orang yang di atas itu.

"Baiklah, aku memanggil kalian semua karena aku mendapatkan informasi bahwa kerajaan-kerajaan tetangga berencana melancarkan serangan terhadap kita," ucapku dengan tenang.

"Apakah itu benar?" tanya salah seorang bangsawan.

"Huh, aku sudah menduga. Pantas saja mereka berdiam diri," sahut seorang bangsawan lainnya.

"Kerajaan-kerajaan tercela itu beraninya. Mereka berpikir ingin menyerang kita," ujar salah satu bangsawan.

"Yang Mulia, mari kita melancarkan serangan terhadap mereka terlebih dahulu dan memberi tahu mereka bahwa Kekaisaran kita bukanlah target yang mudah," usul seorang bangsawan.

"Cukup, kalian diam," tegasku.

"Baik, Yang Mulia," mereka semua diam.

"Menurutmu, apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu?" tanyaku.

"Yang Mulia, menurut saya kita harus mempersiapkan pasukan dan menyerang mereka sebelum mereka sadar," usul seorang bangsawan.

"Tidak, itu rencana yang bodoh. Kerajaan yang ingin menyerang kita bukan hanya satu, tapi tiga," tegasku, memandangnya dengan serius.

"Ah, Yang Mulia, saya minta maaf," ucap bangsawan yang memberi usul tadi.

"Apakah ada rencana lain?" tanyaku.

"Yang Mulia, seberapa akurat informasi yang Anda dapatkan?" tanya seorang pria paruh baya yang tampak sangat berpengalaman.

"Hmm? Oh, Ahli Strategi Militer, bukan?" pandangku ke arah pria paruh baya itu.

Nama:Levioras Lavety

Pekerjaan/Gelar:Count, Ahli Strategi Militer, Ksatria

Loyalitas:85

Kepribadian/Sifat:Cerdik, Tenang, Bijaksana

[Cerdik: Seseorang yang mempunyai banyak pengetahuan dan keterampilan, mempunyai bakat untuk menjadi pengusaha,penasihat, adminstrasi dll.]

[Tenang: Individu yang selalu tenang dalam kondisi apapun bahkan dihadapan kematian selalu punya solusi dalam keadaan apaoun.]

[Bijaksana: Individu yang mempunyai berbagai pengetahuan tentang perang bahkan bisa memprediksi apa yang ingin direncanakan musuh].

"Informasi yang aku dapatkan dipastikan akurat," jawabku.

"Bolehkah saya bertanya, Yang Mulia?" lanjutnya.

"Tentu saja, Tanyakan yang ingin kamu tanyakan."

"Informasi yang Anda dapat, apakah hanya mengenai rencana musuh untuk menyerang Kekaisaran atau ada informasi lain, Yang Mulia?"

"Pertanyaan yang bagus. Informasi yang aku dapat memang tidak hanya sebatas rencana musuh. Ada hal lain yang perlu kita ketahui," jelasku.

"Bisakah Anda berbagi informasinya dengan kami, Yang Mulia?" tanyanya lagi.

"Mudah saja, kerajaan tetangga akan menyerang Kekaisaran kita dalam 52 hari ke depan, dari empat arah berbeda: timur, barat, utara, dan selatan," ungkapku.

"Apakah informasi ini membantu?" tanyanya lagi.

"Sangat membantu, Yang Mulia," jawabnya.

"Baiklah, aku akan menyerahkan tugas ini kepadamu. Apakah kamu bisa menangani ini?" pinta ku dengan harap.

"Tentu saja, Yang Mulia, saya pastikan akan memukul mundur mereka semua," jawabnya dengan tekad.

"Baiklah, karena permasalahan ini bisa diselesaikan oleh ahli strategi militer kita, kalian bisa kembali bekerja, kecuali administrator," perintahku.

Mereka semua segera meninggalkan ruang takhta.

"Apakah kamu tahu kenapa yang mulia menahan Vazer?" tanya seorang bangsawan kepada orang sebelahnya.

"Tidak tahu. Itu bukan urusan kita. Mari kita fokus pada pekerjaan kita," jawab orang yang ditanya.

"Aku rasa kamu benar," sahut bangsawan yang pertama.

Aku memandang Vazer de Arzhel, seorang administrator istana dengan cermat.

Nama:Vazer de Arzhel

Pekerjaan/Gelar: Viscount, Administrator

Loyalitas: 78

Kepribadian/Sifat: Cerdik, Berhati-hati, Rasional

[Cerdik: Individu berbakat yang bisa menjadi Administrator di suatu wilayah bisa meningkatkan pendapatan suatu negara.]

[Berhati-hati: Seseorang yang suka hati hati dalam tindakannya mau itu makan sekalipun individu berbakat yang bisa membuat negara menjadi makmur.]

[Rasional: Seseorang yang mengambil keputusan berdasarkan logika dan fakta, lebih bersifat analisis.]

"Siapa namamu?" tanyaku.

"Nama saya Vazer de Arzhel, Yang Mulia," jawabnya.

"Aku ingin tahu keadaan Kekaisaran kita sekarang," kataku.

"Keadaan Kekaisaran kita cukup baik, Yang Mulia. Rakyat memiliki cukup makanan, beberapa bangsawan korupsi sudah dihukum, dan masih banyak kemajuan lainnya," jelaskannya.

"Tapi ada sesuatu yang belum terselesaikan, Yang Mulia," lanjutnya.

"Apa itu?" tanyaku dengan rasa ingin tahu.

"Monster sering muncul, membuat rakyat gelisah. Beberapa desa bahkan sudah dihancurkan oleh monster-monster tersebut," ungkapnya.

"Apakah para ksatria sudah menjalankan tugas mereka?" tanyaku lagi.

"Mereka sudah melakukannya, Yang Mulia. Tetapi jumlah monster terus bertambah setelah mereka dimusnahkan," jawab Vazer.

"Hmm, baiklah. Kamu bisa kembali ke tugasmu sekarang," kataku.

"Baik, Yang Mulia. Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, silakan panggil saya," ucap Vazer sambil membungkuk hormat dan pergi.

Aku memikirkan masalah monster yang muncul di kerajaanku. Aku memanggil seorang jendral militer untuk membicarakan masalah ini.

"Pelayan!" panggilku.

"Ya, Yang Mulia?" jawab pelayan.

"Panggil Jenderal Militer," perintahku.

"Baik, Yang Mulia," jawab pelayan itu dan pergi.

Beberapa saat kemudian, jenderal itu memasuki ruanganku. Wajahnya tegar mencerminkan keberanian dan kebijaksanaan, sementara matanya yang tajam memancarkan kecerdasan dan ketajaman analisisnya. Tubuhnya yang tegap dan penuh luka-luka menandakan hasilnya dalam berperang.

Nama:Graham

Pekerjaan/Gelar:Duke, Jendral Militer, Ksatria.

Loyalitas:89

Kepribadian/Sifat: Kuat, Setia, Disiplin, Berani, Jenius.

[Kuat: Seseorang yang terlahir dengan kekuatan yang kuat ditubuhnya.]

[Setia: Seseorang yang setia sampai ajal menjemputnya atau orang yang disumpahinya mati.]

[Disiplin: Individu yang selalu disiplin dalam hal apapun].

[Berani: Seseorang yang berani dan tidak takut apapun bahkan dalam kondisi kematian menghampirinya]

[Jenius: Individu berbakat yang ada 100 tahun sekali].

"Ada apa, Anda memanggil saya?" tanya jendral dengan hormat.

"Saya memanggilmu. Saya memiliki tugas untukmu," kataku.

"Tugas apa itu, Yang Mulia? Saya siap melaksanakannya," jawab jendral dengan tegas.

"Musnahkan semua monster yang membuat rakyat gelisah," perintahku.

"Baik, Yang Mulia. Saya akan melaksanakan tugas tersebut dengan segera," jawab jendral itu dengan hormat.

"Kamu bisa kembali sekarang," ucapku, membiarkannya pergi.

Aku memandang punggung jendral yang pergi, bersyukur memiliki seorang pemimpin militer yang kuat dan setia.

Aku bangkit dari singgasanaku dan mulai berjalan-jalan di sekitar istana.

Para pelayan dan beberapa ksatria memberi salam kepadaku saat aku melewati mereka.

"Saya akan pergi ke ibukota sejenak," gumamku dalam hati.

Aku kembali ke kamarku dan menukar pakaian resmi dengan pakaian biasa. Pelayan membantuku mengganti bajuku.

"Nampaknya ada perubahan sedikit dalam statusku," gumamku sambil melihat jendela status.

~Jendela Status~

Nama: Luke Von August

Umur: 17

Ras: Transeden

Pekerjaan/Gelar: Kaisar, Penyihir, Ksatria, Dewa Kegelapan

Kepribadian/Sifat: Cerdik, Licik, Dosa Kesombongan, Jenius

Aku bertanya-tanya, apa itu Transeden? Mungkin ini merupakan sesuatu yang baru muncul setelah mendapatkan warisan Dewa Kegelapan.

Aku akan mencari tahu lebih banyak tentang ras ini nanti.