Setelah berganti ke pakaian biasa, aku memandang diriku di depan cermin.
Aku rasa aku mempunyai sosok yang lumayan menurutku.
Rambut berwarna perak, mata berwarna keemasan, dan wajah yang penuh kesombongan itu.
Yah, kurasa wajah sombong ini dikarenakan karakternya.
Ngomong-ngomong, jika kalian bertanya-tanya bagaimana aku naik takhta dan ibuku di mana, aku akan menjawab pertanyaan kalian.
Ya, walaupun aku tidak ingin mengatakan ini karena ini sedikit memalukan.
Ibuku meninggal tepat setelah aku lahir.
Dan entah kenapa Ayahku tidak menikah lagi walaupun dipaksa oleh para bangsawan dan menteri serta penasihatnya.
Kau bertanya, bagaimana dia mati? Menurut novel yang aku baca, dia mati karena minum anggur beracun.
Bukan karena dia diracuni, itu disebabkan oleh dirinya sendiri.
Waktu itu dia mengadakan pertemuan dengan salah satu bangsawan di Ruang Makan Kekaisaran dan dia, ayahku, ingin meracuni bangsawan itu karena dia adalah bangsawan korup.
Bangsawan itu dengan mudah meminum anggur beracun itu. Entah kenapa, Ayahku melihat ini malah bersulang dengan bangsawan itu dan tentu saja mereka berdua mati.
Untuk itulah, kenapa aku mengatakan ini memalukan.
Mati karena minum anggur beracun yang dia rencanakan sendiri itu adalah hal yang konyol yang bisa dicatat dalam sejarah.
Tentu saja, kematiannya diungkapkan ke publik bahwa dia mati karena penyakit jantung.
Dan saat itulah aku naik takhta.
Sekarang aku akan menuju ibukota Kekaisaran yang aku pimpin.
Yah, bagaimana perasaanku saat berinkarnasi, aku rasa sekarang aku sedikit menyukai kehidupan menjadi Kaisar ini sekarang.
Walaupun, aku sedikit takut dengan kematian, tetapi dengan sifat dosa kesombongan ini menunjukkan mukaku yang berbeda.
Maksudmu bagaimana? Jadi begini, misalnya aku gugup saat bertemu orang kuat, tetapi dengan sifat dosa kesombongan ini, wajahku penuh dengan ketenangan. Tidak hanya itu, matanya menunjukkan bahwa "kau adalah orang yang lemah" itu terpampang di wajahnya, tetapi hatiku berkata lain, seperti itulah.
Apakah kalian paham? Jika tidak, maka kalian bodoh.
Oke, sudah cukup perkenalannya, sekarang mari ke ibukota berjalan-jalan.
Di perjalanan menuju ibukota, aku terpesona oleh keramaian pasar yang ramai dengan pedagang yang menjajakan barang-barang unik, mulai dari perhiasan magis hingga artefak kuno. Aku melintasi guild petualang yang sibuk dengan penjelajah yang berdiskusi tentang rahasia tersembunyi dan pencapaian epik mereka.
Selain itu, aku melihat kelompok musisi jalanan yang memainkan melodi-melodi ajaib, menciptakan suasana magis di udara. Anak-anak kecil berlarian di antara orang-orang dewasa sambil memegang balon berbentuk makhluk-makhluk fantasi yang mengambang di udara.
Tak jauh dari situ, sekelompok tukang sihir sedang memperagakan sulap-sulap spektakuler, memikat penonton dengan trik-trik sulap yang tak terduga. Di sudut pasar, para ahli alkimia mencampur ramuan-ramuan mistis, menghasilkan asap yang berkilauan dan memancarkan aroma ajaib.
Semua elemen ini bersatu dalam harmoni, menciptakan pemandangan yang luar biasa di ibukota ini, di mana keajaiban dan petualangan bertemu dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, inikah Kekaisaran yang aku pimpin? Aku sedikit bangga.
Tentu saja aku tidak melupakan untuk mencari individu berbakat.
Aku berjalan-jalan sepanjang ibukota.
Ngomong-ngomong, aku tidak diawasi pengawal karena aku merasa diriku kuat dan sifat dosa kesombonganku juga tidak menginginkan itu, yang membuatku hanya bisa berjalan sendiri.
Aku memeriksa semua orang yang aku temui dan melihat status mereka, dan tidak ada individu berbakat.
Ahhh, apakah aku kurang beruntung?
Aku rasa aku kembali ke istana saja.
Waktu aku ingin kembali ke istana, aku mendengar suara di gang-gang sempit seolah-olah ada orang yang dipukul.
Karena penasaran, aku mendekati sumber suara itu.
Aku menemukan tiga orang pemuda yang seperti preman memukuli seorang gadis mungkin?
Tentu saja aku ingin menghentikan mereka.
"Hentikan itu sekarang atau mati."
Ahhh, kacau sudah, aku hanya ingin mengatakan hentikan saja, kenapa kau menambahkannya?
"Hmm? Hey, lihat ada seseorang yang ingin menjadi pahlawan, menyelamatkan kecantikan," ucap salah satu dari pemuda itu.
"Hahahah, lihat itu, dia mengatakan hentikan atau mati, bukankah itu lelucon?" timpal salah satu pemuda itu sambil tertawa.
"Hentikan sudah, mari kita bunuh saja dia." Orang seperti pemimpin itu berkata dengan nada memerintah.
Tiba-tiba tubuhku menuju ke tiga pemuda itu, lalu muncul sebuah pedang di tanganku yang sepertinya terbentuk dari bayangan.
Tanpa basa-basi, pedang itu langsung memenggal kepala salah satu pemuda itu.
"Ahhh, apa apaan itu," teriak pemuda yang melihat kepala temannya terpenggal.
"M-mari kita kabur," pemuda yang tampak pemimpin itu ketakutan ingin kabur.
Tentu saja aku tidak membiarkan itu dan langsung mengejar mereka, tetapi anehnya gerakannya dibuat seolah olah itu adalah seni. Apakah ini juga sifat dosa kesombongan? Brengsek, sifat apa ini?
Tak berlangsung lama, dua pemuda itu tentu saja mati di bawah pedang bayanganku, dan pedang bayanganku pun menghilang.
"Hahhh," aku menghela napas.
Ngomong-ngomong, aku ingin muntah, baru kali ini aku membunuh manusia.
Tetapi sifat kesombonganku tidak mengijinkannya. F*CK.
Oke, mari kita tenangkan diri kita, tenang, tenang, tenang, tenang, tenang.
Setelah mengucapkan mantra, aku mulai tenang.
Lalu aku menuju gadis (sepertinya), lalu memeriksa statusnya.
Nama: Cherie Lavette.
Pekerjaan/Gelar: Pengemis.
Kepribadian/Sifat: Dingin, Pedang, Jenius, Pesona, Cerdas.
[Dingin: Seseorang yang memiliki sifat acuh tak acuh terhadap apapun. Jika menatap matanya, akan merasakan dingin yang menusuk.]
[Pedang: Individu berbakat yang selalu di atas semua makhluk dalam hal pedang.]
[Jenius: Individu berbakat yang serba bisa dalam hal apapun dan memiliki hasil usaha dua kali lipat dari orang biasa.]
[Pesona: Memiliki pesona tak tertandingi dengan sifat dinginnya, membuatnya ingin ditaklukan. (Kecantikan bencana bagi negara adalah ungkapan yang cocok dengannya).]
[Cerdas: Seseorang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.]
Wow, brengs*k, apakah aku mendapat jackpot.
Ngomong-ngomong, statistik apaan ini? Apakah dia salah satu karakter utama atau apa?
Tapi, penulis, bisakah kau menambahkan umur di tampilan itu? Kenapa hanya aku yang mempunyai informasi umur? F*CK, penulis.
"Berapa umurmu? Ah, tidak, siapa namamu?" aku memandangnya.
"16, Cherie Lavette," jawabnya dengan singkat.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku.
"Mengemis."
Aku memandangnya dengan aneh.
"Lupakan, bagaimana kamu bisa dipukuli oleh mereka?" Aku menunjuk ketiga mayat itu.
"Aku mencuri uang mereka," jawabnya.
Ah, apakah aku menyelamatkan orang yang salah? Brengs*k, aku membunuh orang tak bersalah.
Aku menghela napas.
"Di mana kamu tinggal?" Aku bertanya.
"Di gang-gang seperti ini."
"Hmm, di mana orang tuamu?"
"Sudah meninggal," dengan nada dingin dia menjawab.
Lalu dia menatapku.
"Apa urusanmu menanyakan hal itu?" Dia memandangku.
"Ah, tidak ada," aku berkeringat dingin dengan tatapannya, tetapi sifatku mendorong untuk tetap tenang.
"Apakah kamu ingin ikut menjadi bawahanku?" Aku bertanya kepadanya.
"Menjadi bawahanmu?" Tanyanya.
"Ya, aku cukup berkuasa," nadaku penuh dengan kesombongan.
"Apa pekerjaanku?"
"Hmm, kurasa tidak ada untuk sekarang. Jadi, apakah kamu mau ikut denganku?"
Dia mengerutkan keningnya lalu menghela napas, seolah-olah merasa ini lebih baik daripada tinggal di sini.
"Aku ikut denganmu," katanya.
"Baiklah, ikuti aku menuju kediamanku."
Lalu kami berdua menuju ke istana kediamanku.
Saat di pintu gerbang istana, dia memandangku seakan-akan bertanya, apa maksudku berkuasa seperti ini?
Aku hanya menatapnya lalu menyuruh pelayan memberinya sesuatu untuk dilakukan.
Waktu kembali pulang, malam telah tiba. Saya memandang langit yang gelap dan penuh misteri.
Bintang-bintang berkilauan seperti permata di kain hitam, dan bulan menggantung tinggi dengan cahayanya yang lembut. Suara angin malam berbisik pelan, menciptakan suasana tenang dan magis.
Langit malam selalu memukau, kurasa itulah yang kurasakan.
Aku berkeliaran di malam hari dan menuju ke taman Kekaisaran.
Dalam perjalanan menuju taman Kekaisaran, langit cerah menyambut langkah-langkahku.
Aku melangkah dengan penuh antusiasme, diiringi oleh suara gemericik air mancur. Aroma bunga-bunga yang mekar menguar di udara, mengisi hatiku dengan keharuman yang mempesona. Setiap langkah membawa ketenangan dan kegembiraan.
Inilah hidup, menikmati pemandangan yang ada di taman Kekaisaran. Aku memejamkan mataku, merasakan angin yang menyentuh kulitku dan merasakan kedinginan. Tetapi itu adalah rasa nikmat, kurasa.
---
Silahkan untuk mengkritik, dan cobalah untuk berkomentar.