Bingung Melakukan Apa

Keesokan harinya Storm bangun dari tidurnya dikamar yang disediakan dalam pesawat sambil mengucak matanya Storm melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

"Kalian ingin kemana?... "Storm melihat ketiga temannya ingin keluar.

"Kami pergi kesekolah!...

"Apa kau tidak sekolah?... "Ferdi bertanya balik sama Storm.

Storm terdiam lalu mengangguk jika dia tidak sekolah padahal seharusnya saat ini Storm sudah dijenjang SMA.

"Maafkan kami Storm!...

"Kami tidak tahu jika kamu tidak sekolah!...

Mereka bertiga meminta maaf dengan perasaan bersalah sekaligus merasa iba melihat Storm tidak sekolah. Storm tidak mempermasalahkannya tapi Storm bingung karena mereka tidak menggunakan baju sekolah.

"Sebenarnya kami ingin kembali kepanti asuhan mengambil semua barang untuk dibawa kesini kebetulan juga baju sekolah tertinggal disana jadi kami bisa memakainya disana.

Setelah mereka berpamitan pergi sekolah takut kesiangan sementara Storm duduk dikursi kemudi pesawat melamun meratapi nasipnya. Storm tidak tahu keberadaan orang tuanya entah masih hidup atau sudah meninggal karena dia hidup bersama neneknya dulu tapi sayangnya meninggal saat Storm berusia sepuluh tahun.

"Kenapa murung sekali Storm?... "Sky menghampiri Storm melamun dengan sayap kecilnya melayang layang diatas kepala Storm.

"Entahlah aku tidak sekolah sama seperti mereka padahal aku ingin belajar!... "Storm menjawab dengan suara lesu.

"Aku bisa membantumu Storm!...

"Huh! "Bagaimana caranya?... " Storm tampak senang mendengar jika Sky bisa membantunya.

"Mulai sekarang aku gurumu!...

"Apa maksudmu?...

"Aku diprogram agar bisa membantu orang lain yang kesulitan dengan dibuat dari alien yang sangat cerdas diplanet yang jauh.

"Tapi bukannya kau cuma bisa mengajariku bahasa alien?...

"Hahaha! "Kau meremehkanku Storm!

"Asal kau tahu Storm aku juga bisa mengajar pelajaran yang ada disekolah karena aku lebih cerdas dari semua guru dibumi ini!...

Sky membanggakan dirinya karena memang dia dibuat dari seorang alien diplanet yang lebih maju dari planet lain kecanggihannya melebihi AI yang ada dibumi ini. Storm yang tadinya murung kini hatinya berbunga bunga karena bisa dijelaskan langsung pelajaran sekolah yang diterangkan Sky dengan jelas dan membuat Storm bersemangat mencatat semua materi yang disampaikan Sky dengan giat belajar setiap harinya.

Tak terasa tiga tahun telah berlalu dengan sangat cepat saat ini Storm membaca buku diruangan perpustakaan pesawat karena semenjak Sky menjadi gurunya Storm menghabiskan waktunya mendengar penjelasan Sky soal pelajaran dan juga sering membaca banyak buku diperpustakaan untuk menambah ilmunya meski Storm tidak sekolah tapi tidak membuatnya berkecil hati dan memilih jalan hidupnya sendiri.

"Bukkk!

"Aduh, "Storm memegang kepalanya yang sakit dijatuhi satu buku lumayan besar.

"Buku apa ini?... "Storm mengambil buku yang jatuh menimpanya tadi.

"Bahasa ini!... "Storm tidak bisa membaca buku yang dipegangnya karena bertuliskan seperti bahasa yang aneh menurutnya.

"Mungkin aku tanya saja sama guru!... "Storm mengambil buku itu lalu membawanya ruang kemudi pesawat untuk bertanya sama Sky.

"Guru apa guru tahu buku apa ini?... "Storm memberikan buku yang dipegangnya kepada Sky.

"Ini buku tentang multiverse!... "Jawab Sky yang membaca judul bukunya memang berkaitan tentang multiverse.

"Multiverse?... "Storm tidak mengerti maksud gurunya.

"Singkatnya multiverse itu alam semesta lain yang sangat jauh dan kemungkinan ada kehidupan atau tidak aku juga tidak tahu, "Balas Sky kembali memberikan bukunya untuk dipelajari mungkin saja berguna nanti.

"Aku paham guru, "Storm mengambil kembali bukunya dan menuju kamar karena sudah lelah membaca buku diperpustakaan. Sky kembali ketempat Saber berada membantunya memperbaiki pesawat.

"Kujual saja jam tangan ini daripada disimpan lama lama!

Storm berniat menjual jam tangan yang pernah dicurinya dulu besok saja Storm yang kelelahan ingin tidur tak lama Storm tertidur pulas.

"Storm bangunlah! "Suara terdengar dengan malas Storm membuka matannya ternyata yang membangunkannya Tatsuya.

"Ada apa Tatsuya?... "Storm berdiri dari kasurnya dengan malas.

"Ayo ikuti aku!... "Cepatlah!

Dengan malas Storm mengikuti Tatsuya dari belakang sambil berjalan sempoyongan setelah sampai ruangan kemudi pesawat.

"Storm kita akan pergi kerestoran untuk merayakan ulang tahunku, "Tenang saja aku yang membayarnya kebetulan aku punya banyak uang, "Ferdi mengajak mereka pergi kerestoran untuk merayakan ulang tahunnya.

"Cuma ini, "Storm jengkel jauh jauh bangun dan menemuinya malah mengajaknya pergi kerestoran.

Tidak ingin mengecewakan teman baiknya Storm mengiyakannya saja padahal dia juga ingin menjual jam tangan curiannya. Saber dan Sky menyuruh mereka berhati hati jika ada bahaya mereka berempat mengangguk mengerti lalu keluar menuju restoran terdekat.