Tidak Tahu Harus Berbuat Apa

Dipagi hari yang cerah Storm pamit pada Jessica lalu pergi keluar rumah hendak kekantor pak Robert.

"Kamu saya pecat, "Pak Robert langsung memecat Storm setelah tahu jika dia anak penjahat gila.

"Tapi pak!... "Belum juga selesai berbicara Storm digiring petugas keamanan lalu menyuruhnya pergi.

Baru juga tiba Storm langsung dipecat tanpa alasan mengkin pak Robert sangat membenci penjahat gila. Storm yang murung tetap melanjutkan jalannya bingung harus bagaimana lagi.

"Apa aku melamar kerja dikantor saja?...

"Tidak, tidak!... "Storm mengurungkan niatnya hendak melamar dikantor meski dia anak Olivia yang terkenal dikota Nirvana akan kekayaannya.

Storm yang putus asa berhenti dipembatas pagar dimana dibawahnya ada air laut yang dalam.

"Takk, "Storm melempar batu kelaut dengan kencang.

"Huh, gimana ini?... "Storm memandangi air laut yang dalam tidak tahu harus berbuat apa.

"Itukan Storm!... "Lucy bersama temannya bernama Caroline tak sengaja melihat Storm saat ingin pergi kemall ingin belanja.

"Kau tahu siapa dia?... "Tanya Caroline pada Lucy.

"Lagi ngapain Storm?... "Tanya Lucy mendekati Storm menghiraukan Caroline.

Storm diam saja tidak menjawabnya sibuk dengan pikirannya sampai sampai tidak menyadari ada Lucy disampingnya. Lucy memperhatikan Storm seperti ada masalah saat ingin memanggilnya lagi.

"Berisik!...

"Eee.. maaf!... "Storm terkejut hampir saja dia menghajarnya mengira ada orang jahat yang ingin menyerangnya.

"Hmm, "Caroline berhem yang baru saja tiba mengejar Lucy yang meninggalkannya tadi.

"Lucy, jangan jangan kalian?... "Carolone ingin mengatakannya tapi.

"Tidak, tidak kami cuma teman saja!...

"Lagian kau siapa?... "Storm tak terima dengan tuduhan teman Lucy.

"Itu benar Caroline, aku dan Storm adalah sepasang kekasih, "Lucy langsung menempel pada Storm dengan mesranya.

Caroline yang melihat itu hanya bisa cemburu saja karena dia tidak punya pasangan dan bersikap seperti tidak menghiraukannya padahal dia cemburu melihat temannya bersama laki laki yang tampan yakni Storm. Sedangkan hidung Storm mimisan tak menyangka Lucy berbohong dengan temannya.

"Apa kabur saja?... "Storm ingin kabur namun dia dicegah Lucy agar menemaninya belanja bersama Caroline.

"Kak Storm, temani aku dan Caroline belanja!... "Pinta Lucy dengan manjanya.

"I..iya!... "Meski dirinya ingin menolak tapi akhirnya Storm mengalah saja.

Mereka bertiga masuk kedalam mobil dimana Caroline yang menyetir sedangkan Storm dan Lucy duduk belakang. Ditengah jalan Storm bingung dengan sikap Lucy seperti itu tak mau mikir aneh aneh Storm menganggap Lucy cuma memanasmanasi temannya saja. Lucy yang disamping Storm duduk juga merasa malu dengan sikapnya tadi karena memang dia menyukai Storm.

"Bukannya temanmu itu sibuk dengan urusan masing masing?... "Tanya Storm pada Lucy.

"Caroline tadi menemuiku kerumah!...

"Lalu mengajak belanja dimall!...

"Kebetulan juga aku sudah lama tidak bertemu dengannya jadi aku menyetujuinya, "Jawab Lucy yang masih malu dengan sikapnya tadi.

"Jadi gitu, "Storm hanya mengangguk paham.

Sampai dimall mereka bertiga berjalan mencari barang barang yang akan dibelinya tidak dengan Storm. Dia cuma berdiri dibawah AC saja mendinginkan tubuhnya meski malu dilihat orang yang lalu lalang.

"Dingin juga ACnya, "Storm yang berdiri dibawah AC tidak menghiraukan orang lain.

Setelah selesai belanja barang barang keperluan mereka kembali kedalam mobil dan ketempat dimana bertemu Storm tadi. Storm hanya geleng geleng kepala melihat barang barang yang dibeli dua wanita itu berupa alat rias.

"Mengganggu saja!... "Storm kembali ketempatnya tadi sambil melempar kembali batu kelaut.

"Maafkan sikapku tadi Storm!... "Lucy merasa tidak enak dengan Storm.

"Lupakan saja!... "Storm tahu itu cuma pura pura saja.

"Sadar diri itu lebih baik bocah, "Kata kata Rangga kemarin membuat Storm sadar jika untuk bersama Lucy itu terasa tidak mungkin.

Meski menyukainya sejak kali bertemu Storm hanya pura pura tidak peduli padahal nyatanya dirinya menyukai Lucy. Hanya saja sadar diri itu lebih baik daripada bermimpi mendapatkannya, tidak ada yang tidak mungkin dari dunia ini.

"Aku pulang dulu Storm, dah!... "Lucy yang selesai belanja memasuki mobil lalu Caroline menjalankan mobilnya mengantarkan Lucy pulang kerumah.

"Tuan, saya merasakan dipulau seberang itu ada sesuatu yang aneh, "Karl menyadarkan Storm yang merenung.

"Gaskan, "Storm tanpa pikir panjang melompat kebawah dimana ada air laut yang dalam. Storm mengaktifkan armor Scarletnya menuju pulau seberang penasaran apa yang dirasakan Karl.