Patah Hati

"Ngapain mereka berkumpul?... "Storm yang tidak sengaja jalan melihat ada kerumunan orang didepan sana.

Lantas Storm mengjampiri banyak orang disana lalu menanyakan kepada salah satu orang yang ada disampingnya. Sambil berusaha melihat kedepan apa yang mereka lihat saat ini.

"Pak, ada apa ya didepan kalau boleh tau?... "Tanya Storm ramah pada pria tua disampingnya.

"Didepan sana ada acara pertunangan nak!... "Jawab pria tau itu.

"Makasih pak!...

"Saya permisi dulu!... "Storm pamit setelah berterima kasih lalu bergegas menerobos kerumunan.

"Silvi... " Storm tidak menduga ternyata teman sekaligus orang yang dicintainya berada dihadapannya bersama seorang laki laki.

"Storm kau juga ada disini?... "Tanya Silvi dan lelaki itu bernama Yoga bergandengan tangan dengan mesranya.

"Iya!... "Jawab Storm singkat.

"Siapa dia sayang?... "Yoga bertanya pada kekasihnya Silvia.

"Dia teman masa kecilku, dan aku menganggapnya adik saja, "Silvia menjawab sambil memandang Storm yang penuh luka.

"Jadi kamu ternyata orang yang sering Silvia ceritakan!...

"Silvia bilang kalau kamu itu sering mengemis dijalanan dan sekarang lancang sekali kau datang kesini!... " Yoga meninggikan suaranya menrendahkan Storm.

"Kasihan orang itu, sepertinya minta belas kasih untuk makan!... "Semua mata tertuju pada Storm memandanginya dengan jijik.

"Maaf jika aku membuat kesalahan, "Storm meminta maaf pada Yoga meski dirinya tidak bersalah.

"Kau sama seperti dulu Storm!...

"Tidak ada yang mau berteman denganmu, apalagi ada yang suka sama kamu!... "Ejek Silvia pada Storm.

Menahan rasa malunya Storm menundukkan kepalanya saja benar apa yang dikatakan Silvia barusan. Meski mulut Silvia begitu kasar tapi saat mereka berteman Silvia mau membantunya walau harus menahan amarahnya karena direndahkan terus.

"Hahaha,

"Orang hina sepertimu lebih baik mati saja, Yoga melayangkan pukulannya tepat kearag kepala Storm dengan cepat.

"Tertawa diatas penderitaan orang lain, kalian tidak lebih dari iblis, "Lucy menahan tinju Yoga dengan tangannya sambil marah melihat Storm direndahkan.

"Lucy, "Storm terkejut kedatangan Lucy yang menolongnya padahal dia tadi sudah bersiap membunuh semua orang disini karena hampir saja menjadi monster.

Beruntungnya itu tidak terjadi setelah melihat Lucy entah mengapa setiap melihatnya Storm ingin menjauh saja darinya. Yoga kaget ada seorang wanita cantik menahan serangannya dan lebih kagetnya lagi. Ternyata itu adalah Lucy Vaxley yang datang bersama ayahnya dan juga banyak pengawal robot polisi yang berjajar didepan.

"Maafkan saya non Lucy, "Yoga lantas langsung berlutut pada Lucy agar memaafkan sikapnya barusan.

"Iya, tolong maafkan kami atas perilaku kami tadi, "Silvia juga meminta maaf dengan Lucy.

"Kali ini aku memaafkan, tapi jika sekali lagi membuat gara gara, kau tahu sendiri akibatnya, "Ancam Lucy pada Yoga yang gemetar ketakutan.

"Baik non saya tidak akan mengulanginya lagi, "Yoga sangat lega akhirnya bisa terlepas dari bahaya jika bersikeras menyerang Storm.

Semua orang yang hadir tidak berani berbuat macam macam setelah kedatangan Johan dan anak buahnya yang sedari tadi diam saja. Tapi tetap saja mereka penasaran mengapa bisa Storm bisa memikat hati wanita tercantik dikota Nirvana ada yang beranggapan negatif pada Storm.

"Jangan jangan non Lucy kena guna guna oleh pengemis itu, "Bisik salah satu orang berpakaian mewah kebeberapa teman dekatnya.

Mereka tidak percaya jika Storm mempunyai kelebihan khusus pasti dia menggunakan cara curang mendapatkan hati Lucy. Johan yang sedari tadi diam bisa mendengar perkataan mereka didalam dirinya bergumam.

"Jadi anak ini yang sering diceritakan Lucy, "Johan memandangi Storm karena Lucy sering menceritakannya padanya.

"Storm kau baik baik saja?... "Lucy melihat banyak luka ditubuh Storm terutama wajahnya.

"Tidak, "Jawab Storm singkat.

"Silvi selamat atas kebahagian kalian, maaf jika aku mengganggu kalian, "Storm mengucapkan selamat kepada teman masa kecilnya.

"Makasih Storm!... "Silvi sangat senang Storm memberinya selamat.

"Kalau begitu aku permisi dulu, "Storm bergegas keluar dari sini merasa tak pantas bersanding dengan Lucy.

"Storm, "Lucy ingin mengejar tapi dihentikan ayahnya.

"Biarkan saja dia pergi!... "Ayah Lucy melarang mengejarnya.

Lucy hanya memandangi kepergian Storm yang perlahan lahan mulai hilang dari pandangan matanya. Johan yang melihat putrinya sedih setelah Storm pergi merasa bersalah. Tapi Johan menginginkan putrinya hidup bahagia bersama orang yang pantas tidak seperti Storm orang jalanan yang tidak jelas asal usulnya.

"Huh, terima kasih sudah menjadi temanku, "Storm bersandar disebuah pohon sambil mengingat masa lalunya.

"Silvi apa aku bisa meminjam buku ini?... "Tanya Storm kecil yang ingin memegang buku milik Silvi.

"Tidak, jangan disentuh nanti kotor!... "Silvi kecil tak mengizinkannya meminjam bukunya.

Meski tidak bisa meminjam buku itu Storm tetap tersenyum namun hatinya terluka sebab dia tidak bisa menulis dan membaca. Setelah itu mereka berdua duduk dipinggir pantai memandangi langit langit yang begitu indah.

"Aku janji kita akan terus bersama, "Silvi mengacungkan kelingking kecilnya kearah Storm.

"Baiklah, kita akan tetap bersama!... "Storm juga mengacungkan kelingkingnya sambil tersenyum kearah Silvi sebagai janji mereka berdua.

Tapi semua sudah berakhir dia yang berjanji dia juga yang mengingkarinya Storm kini mengikhlaskan Silvi yang sudah bahagia. Storm masih bersandar dipohon dengan kedua tangannya sebagai penghalang kepalanya. Tak lama dari itu Stom berdiri lalu beranjak kembali pulang dengan perasaan hampa.