Putri Anna Lestarius

Dialun alun kota Rossarios kehebohan sebelumnya kini kembali mereda.

Putri Anna yang baru saja tiba harus menelan kekecewaan dikarenakan dia tidak menemukan pria asing yang sebelumnya diceritakan prajurit kepadanya.

"Maaf nyonya, apa pria asing yang ditahan pergi kemana? Apa dia sudah dibawa oleh para prajurit Warrior?"...

Tidak mau menyerah Anna bertanya kepada salah satu pedagang penjual pakaian ditepi jalan.

Jalan perkotaan menuju istana tidaklah megah seperti mempunyai aspal maupun bahan dasar bagi pengendara.

Melainkan batu persegi biasa namun ditata rapi sedemikian rupa. Maka bisa dipastikan jalanan terasa nyaman meski tidak semewah jalanan lain.

"Maksud nona si pangeran tampan itu?"

Wanita paruh baya penjual pakaian itu seketika mengingat sosok pangeran yang ditahan sebelumnya.

"Pangeran? Apa nyonya serius?"

Mendengar kata pangeran, Anna bertambah semangat dan mendesaknya berkata jujur.

Bagaimana tidak selama ini selalu bermimpi akan ada seorang pangeran tampan rupawan dari negeri lain melamarnya. Seperti adegan difilm Princes Cinderella, dongeng sebelum tidur yang sering diceritakan ayahandanya.

"Jika benar dia seorang pangeran lalu mengapa ayahanda tidak memberitahuku kedatangannya? Dan mengapa dia justru ditahan?"...

Anna sontak marah dan tidak rela jika pangeran tersebut ditahan sesuka hati oleh para Warrior.

Sebab Anna yakin sekali pangeran itu pastinya jauh jauh datang dari negerinya yang jauh berniat melamarnya.

Namun karena pangeran itu ditahan maka Anna tidak bisa melihatnya secara langsung seberapa tampan pesonanya sebagai pangeran yang selalu hadir disetiap mimpinya.

"Benar nona, dia sangat tampan sekali bahkan beberapa gadis lain jatuh pingsan dan dirawat ketempat perawatan!"...

Wanita paruh baya itu yang tidak menyadari jika dihadapannya seorang putri kerajaan, dia berbicara leluasa tanpa harus ketakutan sama sekali.

"Apa anda serius nyonya?"

Anna bertambah semangat mendengarnya dan dari balik penutup wajahnya tersenyum sumringah.

"Jika saya berbohong silahkan ambil saja dagangan saya nona! Mana mungkin saya berbohong?"...

Wanita paruh baya itu mendengus dan mencoba mencari cara membuktikan perkataannya.

Setelah basa basi sejenak, Anna bergegas meninggalkan tempat ini. Anna berjalan dengan ceria setelah mendengarkan perkataan wanita penjual pakaian itu yang memuji ketampanan pria asing sebagai pangeran itu.

"Aku harus pulang dan menemui ayahanda meminta penjelasan mengapa pangeran itu datang tanpa semberitahuku?"

Anna kembali memutar arah lalu menuju istana.

Setelah yakin jika pangeran itu pastinya akan melamarnya sebagai permaisuri atau pasangannya. Anna membayangkan bahwa dia akan berdansa romantis bersama pangeran yang selalu dibayangkan.

Gadis mana yang tidak membayangkan berdansa dan bergenggaman tangan bersama pangeran tampan rupawan?

Kalaupun ada itu pasti bukan seorang gadis tetapi wanita tua, haha.

"Putri Anna, anda darimana saja? Kami mengkhawatirkan anda!"...

Salah satu Maid istana sekaligus orang yang merawatnya sejak kecil.

Dialah Nirta, seorang wanita tua yang usianya hampir genap 100 tahun. Nirta seperti seorang nenek bagi Anna, namun karena usianya saat ini sangatlah renta.

Maka Anna terkadang melupakannya sebab dia hanya Maid saja bukan ibu kandungnya sendiri.

"Nenek? Mengapa nenek keluar dari kamar nek?"

Anna khawatir dan gelisah melihat neneknya sudah menunggunya pulang dipintu halaman istana.

Anna khawatir sebab nenek Nirta dipercaya oleh ayahandanya menjaga sikapnya dari kenakalan apalagi usianya yang hampir dewasa itu.

Namun dikarenakan dia gadis cantik tetapi selalu menyukai hal yang baru. 

Maka Anna harus berhati hati dikarenakan nenek Nirta bisa saja melaporkan kepada ayahandanya jika dia terkadang keluar dari istana tanpa sepengetahuannya.

"Kalian, bawa nenek kekamarnya!"

Anna memerintah para Maid lainnya membaawa kembali nenek tua itu kekamarnya.

"Baik putri Anna!"

Semua Maid mengangguk hormat lalu menuntun kembali nenek tua itu meninggalkan tempat ini.

"Menganggu saja nenek tua itu!"

Anna yang masih terbayangkan seorang pangeran menemui dan melamarnya.

Lantas berlari kecil memasuki istana menuju aula istana dimana singasana sang ayahanda berdiri tegas.

Anna berlari kecil sambil mengangkat sedikit gaunnya yang panjang. Dia akan meminta penjelasan lebih lanjut agar ayahandanya mengatakan kejutan yang dia siapkan kepadanya.