Dengan wajah ketakutan Wen menghampiri tuan Rem itu. Wen harus menjelaskan kepadanya tentang terkait TGV Games yang kembali stabil.
"Selamat datang kembali tuan Rem, saya senang anda kembali dengan selamat dari dunia virtual kami!"
Ucap Wen basa basi kepada tuan Rem dengan penuh kehormatannya.
"Lama tidak bertemu Wen!"
Sapa balik Storm tahu siapa yang memanggilnya itu.
"Apa kita bisa berbicara empat mata kak?"
Arabels yang berada disampingnya memeluk lengan Rem dengan erat.
Lalu Arabels memelas agar dia mempunyai waktu bersamanya. Karena mereka cukup lama tidak berkencan ataupun pergi berlibur diakhir pekan.
Storm hanya menghembuskan nafas kasarnya saja.
"Ya, baiklah!"
Storm pasrah sebab apabila dia menolak maka itu akan berakibat fatal.
Bisa saja kekasihnya nekat melukai dirinya dan lalu dirinya yang menjadi tersangka atas terlukanya Arabels.
Strom tidak mau harus memperbanyak masalah. Satu masalah saja sudah membuatnya begitu pusing, apalagi selama didunia game dirinya tidak mempunyai waktu beristirahat yang cukup.
"Terima kasih kak Rem!"
Arabels tersenyum ceria dengan mata berbinar tidak sabar menantikan kebersamaan mereka berdua nanti.
"Uhuk, Uhuk!"
Wen sengaja batuk sebab mereka tampak asyik berbincang.
"Begini tuan Rem...
"Setelah anda berhasil mendamaikan kerajaan Wisteria dari dunia virtual TGV Games...
Lathering later!
Proses program devoloper Arts Seagames akhirnya berhasil menstabilkan kerusakan yang terjadi dan beberapa bug berbahaya.
Lozarthat god bersama dua dewa Stellar Glorys World berhasil tersegel, dalam bentuk pengurangan kekuatan secara signifikan.
Oleh karena itulah mengapa Rem dapat kembali sebab masalah didalam game telah diperbaiki.
Dia tidak perlu repot mengalahkan dewa didunia virtual, kalaupun dia menang itu karena kekuatannya telah dikurangi.
"Sekali lagi saya berterima kasih kepada anda tuan Rem! Berkat andalah kami bisa memperbaiki kesalahan game virtual kami!"...
Wen setengah menunduk sebagai ucapan terima kasihnya yang mana diikuti oleh semua karyawan Arts Seagames.
"Huh!"
Storm mengangkat bahunya dengan malas menanggapi penghormatan mereka.
Storm lega sebab dia bisa bebas dari dunia game. Itu berarti dia bisa kembali tidur dengan nyenyak didunia nyata terutama ditempat tinggal miliknya.
"Tidak perlu berterima kasih kepadaku!"
"Ini semua karena kerja keras kalian sendiri sedangkan diriku hanya membantu sebisaku saja!"...
Storm meminta mereka semua agar tidak perlu melakukan hal seperti itu.
Terlebih dia merasa dia tidak pantas dihormati begitu diagungkan. Bukan karena dia lemah namun Storm hanyalah manusia biasa yang hidup seorang diri.
Dirinya lebih senang saling membantu tanpa harus saling menganggapnya sebagai pahlawan sebenarnya.
"Terima kasih tuan Rem!"
Wen bangkit kembali diikuti oleh Elara bersama lainnya.
Setelah itu mereka mengadakan jamuan megah sebagai menyambut kembalinya tuan Rem dari dunia virtual/game.
Semua orang diberi tempat layanan terbaik digedung Arts Seagames Factory itu.
"Ini ayo muka mulutmu kak!"
Arabels memotong sepotong steak daging lalu menyodorkannya kedepan wajah tampan kekasihnya itu.
"Huh!"
Storm dengan terpaksa melahapnya dengan tatapan wajah bingung antara bahagia atau terharu.
"Sini aku bantu bersihkan kak!"
Arabels mengambil tissue didekat meja lalu dengan hati hati membersihkan sisa makanan yang menempel dibibir kekasihnya.
"A... a... aku bisa sendiri!"...
Storm merasa tidak enak dan memasang wajah malu karena tidak terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
"Tidak apa kak!"
Arabels yang melihat tingkah aneh kekasihnya itu terkekeh kecil karena terasa lucu jika dibayangkan baginya.
"Te... terima kasih!"
Storm hanya tersenyum kecut saja melihatnya tertawa bahagia dan tersenyum ceria.
Merasakan hal seperti ini dirinya teringat Lucy. Saat wanita pertama yang ada dihatinya meski perpisahan berakhir dengan perbedaan harapan.
"Kamu tetaplah cinta pertamaku Lucy, tetapi dihatiku saat ini hanya gadis cantikku seorang...
"Kekasihku Arabels!"
Storm menatap sendu kekasihnya itu yang tampak bahagia sekali jika bisa bersamanya.
Dia menyadari satu hal yaitu hargai seseorang yang menerimanya dengan baik. Meskipun terkesan enggan menanggapinya namun suatu saat nanti dirinya akan luluh juga.
Seperti saat ini dirinya kembali merasakan apa itu kebahagian walaupun Storm merasa bahwa kebahagian yang dia rasakan tidak akan bertahan lama.