Perasaan Bahagia

Storm memasang wajah jelek diruangan pribadinya setelah kembalinya dia diHigh School Zirzota. Dirinya pusing bukan karena hal lain tetapi karena masalah pribadinya.

Akhir akhir ini dia menjadi sorotan dari berbagai media internasional. Semua itu tidak luput dari perannya sebagai manusia pertama yang berhasl keluar masuk kedunia game yakni TGV Games.

"Ah sial, kepalaku terasa pusing sekali?"...

Kepala Storm terbaring diatas meja dalam keadaan lelah.

Wajar saja dia disepanjang jalan dengan susah payah melewati media yang mengajaknya untuk wawancara didepan siaran televisi internasional.

Tak hanya itu saja, Storm juga diundang diacara televisi Praksglobal World. Akan tetapi Storm menolaknya secara halus dengan berbagai alasan lain.

"Tok, Tok!

Terdengar suara pintu yang diketuk dari arah luar ruangannya.

Storm mengernyitkan alisnya karena menduga pastinya akan ada penyampaian tamu dari orang penting lainnya.

"Masuk saja!"

Ucapnya jenuh sambil malas mendongakkan kepalanya.

"Kriet!"

Pintu terbuka dan dengan hati hati Jester memasuki ruangan itu.

Kedatangannya hanya memberikan lembaran surat yang berkisar puluhan lebih. Semua itu berasal dari media internasional yang ingin mengajak tuan Rem podcast didepan disiaran televisi.

"Saya membawa banyak sekali surat pesan dari berbagai orang penting terutama dikota besar, tuan Rem!"

Jester meletakkan satu buah box persegi didekat meja lalu menyampaikan pesan yang dititipkan mereka kepada dirinya.

Namun Storm tidak menjawabnya, dia terus bergulat dengan pikirannya sendiri. Seakan kepalanya hendak meledak, tidak cukup satu saja sudah membuatnya ingin menyerah.

"Hmm!"...

Storm hanya berdehem saja tanpa menoleh kearah bawahannya itu.

"Kalau begitu saya permisi tuan, mari!"

Jester yang tidak mau mengacau waktu istirahatnya segera beranjak dari sini dan tidak lupa kembali menutup pintunya.

Keadaan kembali hening!

"Drrrt"

Tidak lama berbunyi getaran ponsel yang terletak didekat meja.

"Brengsek, siapa yang berani mengangguku? Mengacau saja?"...

Storm bangkit dengan raut wajah kesal dan dengan gerakan cepat dia mengambil ponsel itu.

Seketika wajah marahnya berubah menjadi lega dan sedikit menyungging senyum. Storm segera meredakan kekesalannya lalu mengangkat teleponnya.

Arabels : Halo kak!

Storm : Ah ya, halo juga Ara!

Arabels : Bagaimana harimu setelah menjadi guru kembali? Apa menyenangkan seperti biasanya?

Storm : Tentu, aku sangat menikmatinya tetapi sangat disayangkan hari ini aku tidak mengajar dikelasmu!

Arabels : Tidak masalah kak, aku senang kalau kak Rem juga bahagia bisa kembali menjadi guru!

Dari balik telepon, pipi Arabels bersemu merah karena salah tingkah mendengarkan pacarnya seperti tidak sabar bertemu kembali.

Padahal mereka sangat sering bertemu tetapi mengapa keduanya terkesan tidak bisa terlalu jauh?

Arabels menundukkan kepalanya dengan perasaan bahagia dan rasa terharu mempunyai kekasih sebaik Rem.

Storm : Omong omong mengapa kau mengajukan kita bertunangan dibulan depan?

Storm sebenarnya ragu bertanya seperti itu sebab dia takut melukai hatinya.

Namun karena rasa penasarannya tidak bisa dibendung lagi. Storm berharap dia mendengar jawaban masuk akal dari kekasihnya.

Arabels : Sebenarnya... sebenarnya...

Arabels merasa gugup bahkan jantungnya berdegup kencang tidak bisa mengatakan seterusnya.

Setelah berperang melawan perasaannya sendiri akhirnya Arabels mengatakan hal yang sebenarnya kepada pacarnya itu.

Arabels : Sebenarnya itu ide ayah agar kita bisa bertunangan secepat mungkin!

Arabels : Ayah bilang dia ingin menjalin kerja sama kepada kakak, tetapi aku tidak mengerti maksud perkataan ayah!

Arabels memberitahukan bahwa itu semua ide gila dari ayahnya sendiri.

Dia sendiri masihlah ragu menerima pertunangan itu sebab Arabels sendiri masihlah berada disekolah Zirzota. 

Tetapi demi bisa lebih dekat lagi bersama kekasih pacarnya. Arabels tidak masalah akan hal itu asal bisa saling mengenal lebih jauh mengenai hubungan mereka berdua.

Storm : Apa?

Storm sontak berteriak kaget mendengar penjelasan Arabels.

"Pak tua sialan!"

Kutuk Storm didalam hati karena tahu maksud dan tujuan dari Robert.

Ya, Robert adalah salah satu orang penting dikota H27000. Tetapi Robert juga bekerja sebagai bawahan dari organisasi dunia yakni Praksglobal World sebagai sarana kerja sama.

Storm bisa mengetahui semua itu berkat Jester dan Napstylea yang telah menyelidiki Robert lebih lanjut.

"Keparat, ternyata dia antek antek para bajingan?"

Storm berfikir sejenak dan berusaha mencerna maksud semua itu.

Bisa saja pertunangan itu sebagai media untuk mencari bukti mendalam tentang identitas aslinya. Tentunya dibantu oleh orang yang bekerja kepada Praksglobal.

Namun jika dirinya menolak rencana pertunangan itu maka bisa saja menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"Aku tidak ingin Arabels bersedih karena menolak pertunangan itu? Tetapi aku juga harus mempersiapkan diri apabila jati diriku terbongkar kepada dunia?"...

Storm menghela nafas kasarnya, memikirkan semua itu hanya membuatnya pusing saja.

Arabels : Kak? Kak Rem?

Arabels : Apa yang terjadi kak?

Arabels gelisah karena pacarnya cukup lama diam dan tidak membalas panggilannya.

Storm : Baik Ara, jika semua itu demi kebaikan kita maka aku tidak bisa menolaknya!

Ucapnya dari seberang telepon ragu namun yakin pada pendiriannya.

Arabels : Wah terima kasih kak!

Arabels : Aku harap semua berjalan dengan baik terutama agar hubungan kita berdua menjadi lebih erat lagi!

Arabels menangis terharu mendengar penuturan dari sang pacarnya.

Hatinya tersentuh setelah dia menerima tentang rencana dari ayahnya. Meski ragu dan takut namun demi bisa terus bersama Rem maka Arabels akan melakukan apapun demi kebahagiannya dan hubungan mereka berdua.