Bab.6

" Tidaaaak, jangan pergi hiks.." tangisnya pecah .

Setelah beberapa saat mobil ambulans datang. Stevan langsung menggendong Rayyan untuk masuk.

Tangan Stevan langsung mengusap air mata nya dengan kasar, lalu berdiri dengan mata berkilat kilat menahan amarah nya yang sudah meledak ledak di dalam.

Matanya sibuk mencari pelaku yang telah membuat sahabat nya celaka.

Mata Stevan berhenti pada salah satu musuh nya. Ya dia adalah Regan, seorang yang telah membuat emosi nya meledak ledak.

Stevan langsung berlari ke arah berdirinya Regan, dan langsung menghajar nya membabi buta. Regan yang tak siap pun hanya pasrah dan berulang kali menyilangkan kedua tangannya di depan kepalanya guna untuk menghindari pukulan Stevan.

Bugh

Plak

Krak

Bugh

Kretek

Stevan yang melihat wajah Regan babak belur dan hidung nya mengeluarkan darah yang deras tak membuat Stevan merasa impas.

Mata tajam nya melihat tergeletak belati kecil yang telah mencicipi darah sahabat nya pun mengambil nya.

" Bersiap lah untuk masuk neraka hahaha" Stevan menyeringai bak iblis.

" To- tolong ja- ngan bunuh gu- gue " mohon nya tersendat sendat.

Stevan yang sudah berubah mode iblis menjadi semangat untuk menyiksa Regan yang sudah sekarat. Dan

Jleb

Jleb

Jleb

Belati itu telah menembus perut Regan sebanyak tiga kali.

" Hahaha ketua kalian telah mati di tangan gue hahaha" tawa Stevan menggelegar terdengar sangat mengerikan.

Semua anggota Genk Allegra memusatkan perhatian pada suara tersebut.

Kesempatan tak disia siakan, Genk Arlos langsung meluluh lantakkan semua anggota Genk Allegra yang lengah. Hingga tawuran kali ini dimenangkan oleh Genk Arlos.

" Kita adalah" teriak Stevan lantang.

" Teman "

" Kita adalah "

" Genk Arlos"

" Genk Arlos"

" Memberantas kejahatan" pekik mereka bersamaan.

" Van gimana keadaan Rayyan" tanya Nicho dengan raut wajah khawatir.

" Gue juga gak tau " jawab Stevan.

" Udah, mending kita langsung aja ke rumah sakit " saran Satria.

" Oke. Lo kabarin dulu anggota lain nya "

" Ok "

" Perhatian, wakil ketua Genk Arlos terkena beberapa tusukan dan saat ini telah di larikan ke rumah sakit cempaka, jadwal menjaga akan segera diedarkan, dan segera pergi dari sini sebelum polisi datang. Terimakasih" ucap Satria mengumumkan lewat air phone.

" Baik "

" Cabut " perintah Stevan kepada teman teman nya untuk segera menuju ke rumah sakit cempaka.

30 menit kemudian

Mereka telah sampai di lokasi rumah sakit, dan segera memarkirkan motor mereka.

" Sus, pasien korban yang terkena tusukan tadi berada di kamar nomor berapa " tanya Satria to the point.

" Di kamar no.27 lantai 2" jawab resepsionis tersebut.

Tanpa mengucapkan terimakasih mereka langsung berlari ke lantai 2 dan mencari kamar no.27 dan terlihat dari jauh Bastian tengah terduduk lemah di atas kursi tunggu.

" Bas, gimana keadaan Rayyan" tanya Stevan setelah sampai di hadapan Bastian.

" Gue gak tau Van. Dari tadi dokternya belum keluar juga" jawab Bastian lirih.

3 jam kemudian

Dokter keluar dengan keringat bercucuran di dahi nya dan dengan wajah masam nya.

" Dok, gimana keadan teman saya dok. Tolong sembuhkan teman saya berapa pun bayaran akan saya bayar" ucap Stevan to the point.

" Huft. Luka tusukan yang di alami oleh pasien telah menembus jantung pasien dan dengan berat hati kami mengucapkan pasien telah meninggal dunia" jelasnya lirih.

*Jeder*

Bagai bak di sambar petir disiang bolong. tubuh Stevan luruh di atas lantai dan menangis sejadi jadinya.

Bagaikan kaset rusak berputar putar atas kenangan terindah bersama sahabat kecil nya, Rayyan sekarang telah meninggalkan Stevan selamanya.

Stevan yang terkenal kejam, dingin, hati keras. Sekarang dirinya menjadi lemah tak berdaya dan menangis meratapi kepergian sahabat dari kecil nya yang sangat dia sayangi bak saudara kandung.

---00---