WebNovelAnxienty!85.71%

Tujuan

Celis dan Hella jalan keluar dari gang kecil, berada di tempat tidak asing bagi Celis. Mereka berjalan di trotoar.

Celis bertanya ke Hella.

"dimana nyari makan?"

"kita nyarinya di inmart aja sekalian santai didepannya mumpung ada kursi, tapi nyari sebatnya di warung lain aja takut ga dibolehin kasirnya."

*note: inmart plesetan Indomaret, gtau biar apa:v

lalu Celis bertanya lagi sambil melihat kiri dan kanan, diseberang jalan raya terlihat pulau kecil yang penuh dengan pohon, menutupi daratan dan membuat Celis penasaran.

Celis bertanya lagi.

"di timbau kah?"

Mereka sampai di inmart dan masuk kedalam, mengambil beberapa krupuk dan kopi di dalam kulkas, lalu membayarnya.

seorang kasir perempuan menghitung jumlah harga.

"krupuknya 6 bungkus sama kopito 2 totalnya 89.500 Rupiah kak."

Celis terkejut mendengarnya, lalu berbisik-bisik ketelinga Hella.

"woi, siapa yang bayar?"

"aku, santai aja."

menyerahkan uangnya tapi hanya 24.000 Rupiah.

kasir menanggapinya dengan lembut.

"eee kak, maaf. uangnya kurang."

Hella dan Celis terdiam malu, kasirnya menegur kembali.

"Maaf, uangnya kurang nih."

Celis mendengar orang yang memasukkan pin sandi uang dari mesin bank, Celis teringat bahwa dia mempunyai banyak uang di Dana dan langsung menawar kepada kasir.

"Kak, boleh pake transfer ga soalnya kita gapunya uang tunai."

Kasirnya menjawab "yaudah" dengan senyum tapi di dalam hatinya dia mengeluh mengucapkan "huh".

Sesaat kemudian setelah melakukan transaksi, mereka duduk didepan Inmart.

Membuka Snack dan memakannya, mereka saling berbagi satu sama lain dan menikmati jalanan, setelahnya habis satu bungkus. Hella memulai topik bicara.

"Kenapa kamu mau jadi Antihero?"

Celis menjawab dengan suara lemah, perasaan mendalam selama ini yang dipendam.

"Entahlah."

Hella menunjukkan ekspresi wajahnya yang kepo akan hal itu.

"Begitu ya?"

Sambil minum lalu menyalakan rokok, menghembusnya—tersenyum tipis dan dia merasa pernah melaluinya. Dalam lubuk hatinya mengatakan.

"Dia pasti sudah melalui jalan yang sulit."

Hella menawarkan rokok kepada Celis dan dia membakarnya—menghembus, Celis ingin mengatakan sesuatu tapi menurutnya.

"Mengisahkan tentang masalaluku tidak akan bisa merubah apapun."

Hella menghembus dan menatap ke langit lalu dia menoleh pada Celis menanyakan hal penting baginya.

"Celis, aku mau tanya hal penting."

Hembusan terakhir rokok Celis, lalu membuangnya sembarangan.

"Apa itu?"

"Apa tujuanmu sekarang? Balas dendam? jadi pahlawan atau mungkin jadi kriminal?"

Celis tercengang mendengar banyak pilihan untuk tujuan hidupnya tapi dia memilih untuk.

"Aku cuma ingin bertemu dengan mantanku."

Dengan senyum lebar yang dilihat bahagia pada Hella menanyakan tujuannya, namun Hella merasa kasian dengan Celis yang terlihat dari sorot matanya penuh penyesalan dan penderitaan.

Hella dan Celis kembali melihat kejalanan.

Hella lemah lembut menjawabnya.

"Gamon kah? Aku mengerti."

"Entahlah, disisi lain sebenarnya gamau lagi mengingatnya tapi aku menginginkannya lagi kembali—huh... aku egois."

"Ohhh~~ begitu kahhh~~~, Dramatis sekali ya. Kalau begitu, bagaimana kita pergi kerumahnya sekarang?"

Celis dengan tegas mengatakan.

"Kagak. Sekarang kita gabisa pergi kerumahnya."

"Kenapa?"

"Karena Dia, tinggal di Blitar."

Hella terkejut mendengarnya.

"Jadi kamu mau pergi ke Jawa?"

"Ya, aku ingin itu. Tapi masalahnya aku kekurangan informasi menuju kesana."

Hella tersenyum tipis membisik sesuatu.

"Menarik!"

Meski Celis tidak mendengarnya dengan jelas tapi Celis penasaran kenapa dia tiba-tiba seperti bersemangat.

Hella bangun dari duduknya dan berhadapan dengan Celis.

"Aku akan mencari informasi untukmu!"

Penasaran Celis terjawab.

"Kenapa kamu mau?"

Hella tercengir lalu menjelaskan.

"Aku hanya orang yang mencari kesenangan, karena aku orangnya bosenan. Jadi—bagaimana tuan muda?"

Celis mempertimbangkan untuk hal ini, karena Celis belum berpengalaman. Walau aspek pengalaman dan pengetahuan adalah hal penting tapi Celis menganggap hanyalah kejanggalan biasa dan dia mempunyai rencana.

Dengan penuh ambisi menjawab Hella.

"Ya, aku akan menerimamu, tapi kamu harus duduk dulu dan dengarkan aku."

Hella menurutinya dan Celis tegas menjelaskan bahwa.

"Aku dan kau itu sepertinya memiliki kesamaan yaitu kecepatan, aku dengan kecepatanku dan kamu dengan kekuatan ruang waktumu yang bisa menghilangkan itu bisa dibilang itu adalah teleportasi. Itu sangat menguntungkanmu untuk menggali informasi, kamu bisa datang dan pergi seenaknya. Dan aku meski mempunyai kecepatan yang tinggi—tapi aku belum mempunyai pengalaman, maka dari itu langkah pertama kita adalah menjadi kuat terlebih dahulu. Kita hidup di Era yang baru tercipta, kita tidak tau musuh seperti apa dan punya kekuatan apa yang kita hadapi."

Hella membakar rokok dan sama dengannya Celis.

Hella menjawabnya dengan tenang.

"Aku setuju rencana itu, tapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya kita menjadi kuat, jalan apa yang lalui? Minta seseorang melatih? Atau Mungkin kita membunuh orang yang dikabarkan kuat?"

Celis menjawab tegas kembali.

"Mari kita menjadi Exorcist."

Hella terkejut mendengar, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya dan Celis kembali menjelaskan.

"Di komik, film, game, anime—Mereka memberiku jawabannya, meski terlihat bodoh mempatokkan kehidupan nyata dan fiksi tapi sekarang kita adalah fiksi itu karena dunia kita berubah menjadi fantasi yang mempunyai kekuatan supernatural. Asumsiku mungkin meleset tapi setidaknya ada benarnya bahwa ada orang yang punya kekuatan memanipulasi mayat, boneka, atau bahkan mereka mungkin bisa memanggil para hantu-hantu urban legenda yang pernah ada di Indonesia."

Hella merasa terkesan dengan pemikiran Celis, mengambil langkah tengah untuk menjadi kuat.

"Misalnya gitu, aku langsung cari habis ini."

Celis mengangguk kepala dan berkata

"Iya, lagipula ini dah sore."

Hella menanggapinya dengan senyuman tipis.

Keesokan harinya, Jam istirahat 10:35, bel berbunyi dan Hella mendatangi kelas Celis. Dia menanyakan ke teman kelasnya.

"Ada Celis ga?"

namun mereka menggelengkan kepala.

"Celis ga turun hari ini."

Hella pergi meninggalkannya, sesaatnya berjalan Hella berpapasan dengan Mitha, saling menatap satu sama lain dan Mitha berhenti, meng-ingat kapan dia bertemu dengan orang itu.

Kebetulan Mitha ingin bertemu dengan Celis, dan menanyakannya. Mitha mengejar Hella dan bertanya

"Apa kamu temannya Celis?"

Hella menjawabnya dengan lembut.

"Ada urusan apa kamu dengan tuan muda?"

Mitha kebingungan dengan kalimatnya.

"(Tuan muda?) Ga, aku cuma mau bertanya aja, dia menang atau kalah saat tanding kemarin."

Hella menanggapinya dengan poker face. Hella memegang tangan Mitha dan menyeretnya ke suatu tempat, disini sepi dan disini adalah jalan untuk anak-anak yang bolos pelajaran.

Mitha panik ketakutan tapi dengan sedikit keberanian memaksa untuk memberontak dan berhasil terlepas setelah beberapa kali mencoba.

Mitha dengan ketakutannya mencoba kabur tapi Hella muncul didepan Mitha sambil menodongkan pisau bayangan.

Hella bertanya dengan tegas.

"Kau ingin bertemu dengan Tuan Celis apa ga?"

Mitha hanya terdiam ketakutan, berpikir dia tidak bisa melepaskan dirinya kecuali mengikuti keinginannya.

Hella berputar balik dan mengayun pisau bayangan dari atas kebawah, membuka portal entah kemana.

Hella memegang tangan Mitha lagi dan berjalan berdua memasuki portal.

Sesampainya di portal, mereka melihat Celis bercermin menggunakan pakaian casual formal.

Celis melihat mereka di cermin dan menyapanya.

"Oi, kenapa tiba-tiba datang?"

Hella menunjuk Mitha.

"Dia mau bertemu denganmu."

Kebetulan Celis baru menyadarinya dan merasa tidak enak dengan firasatnya.

"Mitha? Ada apa denganmu?"

Mitha menjelaskan semuanya.

"—Lalu aku dibawa kesini."

Celis syok mendengarnya.

"Hella, jangan gitu lagi sama dia."

Hella menjawab.

"Jangan naif, banyak yang tertipu dengan sifat lemah lembut."

"Iya setidaknya dia cuma mau tanya doang malah dikasarin."

Hella terdiam, Celis menghela nafas dan Mitha bertanya.

"Dia sebenarnya siapa?"

"Dia musuhku tanding kemarin, sekarang kami temenan. Terus, yang kalah kemarin itu aku."

"Oh, jadi kenapa kakak ga turun sekolah?"

Hella tertawa kecil menghadap kebelakang.

"Kakak?hahaha..."

Mitha merasa risih.

"Biarkan aja dia. Aku ada urusan, makanya ga sekolah."

"Lagi sibuk ya? Yaudah aku pulang saja."

Dengan perasaan tidak enaknya Celis bilang

"Iya."

Tanpa sepatah kata, Hella melakukan hal sama seperti sebelumnya dan portal terbuka.

Mitha melambai tangannya dan Celis membalasnya, Mitha kemudian masuk dan portalnya tertutup.

Celis menghela nafas dan berbalik badan, melihat kebelakang dengan mata tajam.

"Sekarang, bagaimana menurutmu? Hella."