WebNovelAMALTHEA33.33%

penyambutan

Pagi ini Amalthea begitu sibuk dengan urusan pack, yah ia di tugaskan untuk mempersiapkan kedatangan para pemimpin pack dan yang terlebih penting bahwa calon pewaris tahta kerajaan wolf juga akan hadir.

Konon katanya pewaris wolf adalah pria yang kejam dan sering berganti Pasangan itu membuat Amalthea ngeri memikirkan Anabelle yang begitu menginginkan pria itu.

"Thea" panggil Anabelle, gadis itu berjalan dengan anggunnya dress berwarna kuning yang ia gunakan begitu cantik dan seksi, ah dia selalu menggunakan pakaian yang cukup terbuka untuk gadis seusianya.

"Yah" jawab Thea yang masih sibuk merangkai bunga di aula pertemuan bisa ia lihat para maid yang juga sama sibuknya dengannya.

"Bolehkah kamu membantuku?" Tanya Anabelle, bagi Thea Anabelle adalah saudarinya. Usia mereka tidak terlalu jauh Thea lebih tua satu tahun dari Anabelle itulah yang membuat Thea selalu mengalah untuk Anabelle.

"Bantuan apa yang kamu butuhkan?"

Thea heran dengan Anabelle yang selalu menyuruhnya padahal gadis itu selalu di kelilingi oleh maid yang selalu siap membantunya.

"Buatkan aku mahkota bunga" pinta Anabelle, Anabelle tahu bahwa Amalthea begitu pandai merangkai bunga jadi ia ingin Amalthea membuatkannya sebuah mahkota bunga yang indah yang bisa ia gunakan saat penyambutan para alpha.

Amalthea menghela nafas, baginya merangkai bunga bukanlah sesuatu yang sulit namun untuk saat ini ia akan begitu sibuk dengan urusan pack apalagi Luna Catlin ibu dari Anabelle sedang sakit yang membuatnya tidak bisa mengurus pack.

"Sepertinya aku tidak bisa, pekerjaanku begitu banyak" ujar Amalthea menatap Anabelle dengan pandangan menyesal..

"Ckck. Thea tolonglah kau bisa menyuruh para maid mengerjakan pekerjaanmu, disini kita tidak kekurangan pekerja" ujar kesal Anabelle membuat Thea memutar matanya, selalu saja seperti itu jika keinginannya tidak terpenuhi dia akan selalu merengek atau tetap memaksakan kehendaknya.

"Baiklah" Amalthea memilih pasrah daripada ia harus mendengar rengekan dari Anabelle yang pastinya akan membuatnya pusing.

Mendengar jawaban dari Amalthea membuat Anabelle tersenyum senang sepertinya dia harus meninggalkan Amalthea yang masih sibuk merangkai bunga mawar putih dan merah.

"Kau akan pergi?" Tanya Amalthea saat melihat Anabelle yang beranjak meninggalkannya.

"Iya, tidak ada lagi yang ingin ku sampaikan" ucap Anabelle santai.

"Tetaplah disini dan bantu aku"

Amalthea dengan lembut meminta Anabelle untuk membantunya sekalian ia ingin Anabelle belajar mengurus pack.

Anabelle mengerutkan dahinya tidak suka, tatapannya menatap tajam ke arah Amalthea yang menatapnya tersenyum.

"Tidak, aku ingin berlatih memanah dan berpedang" ujar ketus Anabelle walaupun ia terlihat begitu feminim namun Anabelle diharuskan untuk menguasai bela diri baik berpedang maupun memanah apalagi ia adalah keturunan seorang alpha.

Ujaran penuh nada ketus itu membuat semua aktifitas didalam ruangan pertemuan itu terhenti mereka semua menatap Amalthea yang terlihat santai dan tenang sedangkan Anabelle terlihat menatap tidak suka kepada Amalthea.

Bagi mereka Amalthea bukan siapa-siapa jika ia bukanlah ponakan dari sang alpha, Amalthea yang lemah dan tidak memiliki sisi wolf membuat beberapa dari mereka menatapnya rendah walau tidak terang-terangan namun mereka juga dapat melihat bahwa Anabelle selalu merasa ingin selalu menang dari Amalthea padahal Amalthea tidak dalam level yang sama dengannya.

"Baiklah, selamat berlatih Belle"

Tidak ingin membuat masalah Amalthea membiarkan Anabelle meninggalkan ruangan pertemuan.

"Ckck" Anabelle berjalan meninggalkan ruangan pertemuan pack.

Melihat kepergian Anabelle membuat Amalthea mengusap dadanya untuk bersabar dengan tingkah Anabelle yang selalu ingin menang sendiri, dari pada pusing memikirkan Anabelle, Amalthea dengan cepat menaruh bunga yang sudah selesai ia rangkai ke atas meja bundar yang panjangnya sekitar lima belas meter di mana meja tersebut di lengkapi dua puluh kursi untuk para alpha.

Ia memperhatikan hasil rangkain bunganya yang terlihat begitu rapi dan cantik, perpaduan warna merah dan putih terlihat begitu indah ah ini sungguh memanjakan mata yang melihatnya.

"Nona Thea, menu makanan apa yang harus kita siapkan untuk besok?" Tanya seorang maid lebih tepatnya dia adalah kepala maid yang sedari tadi membantunya menyiapkan ruangan pertemuan pack.

"Bibi Ale, biar Thea tanyakan dulu pada Luna Catlin" ujarnya menatap wanita parubayah yang terlihat masih begitu kuat, ekspresi bibi Ale selalu terlihat datar hal itu kadang membuat Amalthea merasa bibi Ale tidak menyukainya.

"Baiklah nona" ujar bibi Ale langsung meninggalkan Amalthea .

"Disini sudah beres, sekarang aku harus menghadap Luna Catlin untuk melapor"

Amalthea cukup bersemangat untuk melaporkan hasil kerjanya dan berharap ia bisa beristirahat setelah bertemu dengan Luna Catlin yaitu bibinya.

Langkah kakinya berhenti tepat di depan kamar sang Luna ia mengetuk pintu sebelum ia mendengar seseorang dari dalam menyuruhnya masuk.

"Masuk" suara itu tampak terdengar lemah, sudah beberapa hari ini kondisi Luna Catlin tidaklah baik ia cukup kelelahan mengerjakan tugasnya sebagai Luna yang mengurus pack bersama dengan alpha, itu yang membuatnya melakukan semua tugas sang Luna

"Luna, bagaimana keadaanmu?" Tanya Amalthea saat melihat wajah lunannya yang sedikit pucat membuatnya khawatir dengan kondisi sang Luna. Luna Catlin yang melihat wajah khawatir sang ponakan membuatnya tersenyum senang karna di khawatirkan.

"Lebih baik dari pada kemarin" ujarnya menarik tangan Amalthea untuk duduk disamping kasurnya saat ini Luna Catlin sedang berbaring di kasurnya.

"Ah syukurlah, Luna harus segera sembuh aku berjanji akan membantu semua pekerjaan Luna" ujar Amalthea dengan senyumannya yang terlihat begitu indah.

Luna Catlin tertawa mendengar perkataan Amalthea yang menyemangatinya untuk cepat sembuh, melihat Amalthea yang sudah tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik membuat Luna Catlin mengingat mendiang adik iparnya yaitu ibu dari Amalthea dia sama seperti Amalthea begitu lembut dan menenangkan.

"Baiklah aku akan segera sembuh" ucap Luna Catlin menyakinkannya.

"Thea, kamu terlihat begitu cantik dan sangat mirip dengan ibumu"

Mendengar itu membuat Amalthea tersenyum lirih.

"Luna"

"Kau tahu ibumu memiliki mata yang sama denganmu mata berwarna abu-abu dan warna rambutmu yang berwarna merah itu kau dapatkan dari ayahmu, nak mereka berdua adalah orang yang hebat dan aku yakin kamu juga adalah orang yang hebat"

Ucapan Luna Catlin tentang kedua orangtuanya membuat Amalthea tersenyum ia sangat senang jika ada yang menceritakan tentang ibu dan ayahnya namun di pack ini hanya Luna Catlin yang selalu menceritakan tentang kedua orang tuanya.

"Terimakasih Luna" Amalthea memeluk Luna Catlin.

"Jadi apa yang ingin kau laporkan padaku Thea" tanya Luna Catlin sembari merapikan rambut panjang Amalthea yang sedikit berantakan.

"Semua persiapan sudah selesai Luna, hanya saja saya ingin bertanya soal jamuan seperti apa yang harus saya siapkan"

Amalthea menjelaskan alasannya untuk datang menemui Luna Catlin yaitu untuk membicarakan jamuan yang harus ia siapkan.

"Siapkan saja steak dari daging domba terbaik serta beberapa anggur merah jangan lupakan makanan pencuci mulut yang segar" jelas Luna Catlin yang di angguki oleh Amalthea. Cukup lama keduanya membicarakan tentang jamuan makan yang harus di siapkan untuk pertemuan para alpha.

"Baiklah Luna, kalau begitu saya undur diri"

Sudah cukup lama ia menggangu waktu istirahat sang Luna jadi ia memutuskan untuk menyudahi perbincangannya dengan Luna Catlin.

"Baiklah, datang padaku jika ada yang tidak kau mengerti" ujar Luna Catlin lembut

"Siap Luna" balas Amalthea penuh semangat menatap Luna Catlin lalu menundukkan kepalanya tanda hormatnya sebelum ia meninggalkan kamar lunanya.

Ia harus bergegas karna masih banyak hal yang harus ia kerjakan sedangkan besok pagi para alpha dari setiap pack akan tiba disini dan itu membuatnya frustasi belum lagi ia harus membuatkan Anabelle mahkota bunga.

"Ahh aku harus ke hutan" Amalthea bergegas mengambil jubahnya yang berwarna hitam padahal hari sudah sore dan ia yakin ia akan tiba di ladang bunga di malam hari.

"Aku harus bergegas" ucapnya berlari memasuki hutan baginya tidak sulit untuk keluar masuk hutan karna ia sudah biasa memasuki hutan.