Di pagi hari yang indah ini, seperti biasa gadis cantik berambut merah itu selalu bangun pagi-pagi untuk memulai pekerjaannya, Amalthea dengan segera membersihkan dirinya. Sudah dua tahun ini ia akan membantu bibi Ale kepala maid untuk mempersiapkan sarapan dan makan malam, mengingat masih ada para alpha yang sedang menginap untuk beberapa hari kedepan.
Amalthea menatap ke luar jendela, hari ini akan ada rapat penting di pack yang Amalthea yakini akan memakan waktu yang cukup lama, jadi ia pun akan sangat sibuk bersama para maid. Mengingat hal itu Amalthea berlalu menuju ke arah lantai tiga yang dimana menjadi tempat penginapan bagi para alpha.
Amalthea berjalan dengan angun menuju sebuah kamar, di tangannya ada serangkai bunga tulip berwarna merah, Amalthea tersenyum menatap bunga tulip merah yang ia pegang.
Tok
Tok
Krek
Setelah mengetuk pintu kamar itu Amalthea membukanya secara perlahan-lahan menjaga agar suara pintu tidak menggangu seorang yang terbaring dengan nyaman di atas kasurnya.
Berjalan mendekati kasur, Amalthea dengan senyum manis menatap kagum pria yang tertidur pulas Tampa tergangu oleh kehadirannya, lekas setelah menatap cukup lama pada sang pria, Amalthea dengan segera menaruh bunga tulip merah yang ia bawah tadi ke dalam vas bunga dimeja samping tempat tidur.
"Sedang apa kau dikamar ku" suara serak pria membuat Amalthea mengerjap kaget, matanya membulat saat melihat pria yang bersandar pada sandaran kasur itu menatapnya datar.
Menghela nafas gugup sembari menatap ke sembarang arah saat menyadari bahwa pria didepannya sedang tidak menggunakan bajunya, hanya meninggalkan kain yang menutupi bagian pinggang kebawah dan hal itu membuat Amalthea melihat tubuh bagian atas yang terlihat sangat menggoda.
"Ak-u hanya membawakan mu bunga" jawab Amalthea gugup.
Jantung Amalthea berdetak cepat, tangan mungilnya saling bertaut menatap tepat pada manik merah dominik yang terus menatapnya datar.
Dominik menatap datar pada Amalthea.
"Lain kali jangan datang ke kamarku lagi"
"Tapi mengapa?" Lirih Amalthea membuat Geraman keluar dari bibir dominik.
"Jangan bertanya dan jangan membantahku, ikuti saja perintahku" ujar dominik dingin. Auranya begitu kuat mampu membuat Amalthea menundukkan kepalanya.
"Baik domi-"
"Tuan, panggil aku tuan" lagi dominik mengeluarkan perintahnya membuat Amalthea tersentak menatapnya tak percaya. Manik mata abu-abu Amalthea menelisik menatap ke arah dominik gelisah
Menghela nafas panjang "Baik tua-n" balas Amalthea menatap sedih pada sang mate.
Dasarnya Amalthea memanglah gadis penurut walau ia merasa terluka namun ia selalu menerima semuanya Tampa membantah.
Dengan cepat Amalthea beranjak meninggalkan kamar dominik yang masih menatapnya tajam, ada rasa terluka dalam hati Amalthea mendengar perintah dari dominik.
Dominik mengalihkan tatapannya pada meja yang diatasnya terdapat bunga tulip berwarna merah yang masih terlihat segar di rangkai dengan begitu indahnya, melihat itu membuat dominik mendengus dingin ada seringai meremehkan saat menatap bunga tulip merah itu..
Dominik tahu arti dari bunga tulip merah yang menggambarkan cinta yang begitu dalam dan tulus, sayangnya ia tidak membutuhkannya untuk saat ini walau sisi wolf nya begitu senang namun dirinya merasa itu tidaklah penting terlalu menggelikan untuknya.
"Ckck kau seperti anjing bodoh" maki dominik saat mendengar sisi serigalanya yang terus menggaung penuh kebahagian.
Grrr
Memutar matanya kesal saat mendengar sisi wolfnya menggeram marah padanya, inilah salah satu hal yang membuatnya tidak ingin Amalthea berada di kamarnya saat pagi hari sisi wolf nya ini akan sangat aktif apalagi jika bersama matenya.
"Berhentilah bodoh" ujar dominik sambil berdiri membuka jendela kamarnya menatap pemandangan pagi hari dengan pandangan datar.
Bentuk tubuhnya yang begitu berotot, semakin terlihat seksi saat disinari cahaya matahari pagi membuat siapapun yang melihatnya akan begitu tergila-gila, ah pesona pewaris tahta memanglah tidak bisa di kalahkan.
Tok
Tok
Tok
"Tuan saya Bastian, apakah anda sudah bangun" tanya Sebastian dari luar
"Masuklah"
Sebastian melangkah memasuki kamar dominik, ia dapat melihat tuannya yang sedang menatap ke arah luar tidak terusik dengan kedatangannya.
"Tuan, saya mendapat kabar dari alpha king bahwa hampir semua pack di serang oleh sekelompok Rouge, alpha king ingin anda membicarakan menyelesaikan masalah ini" jelas Sebastian menatap dominik yang sedari tadi hanya terdiam entah apa yang dipikirkan oleh sang pewaris tahta itu.
Decak dominik "merepotkan" ujarnya dingin
Kali ini Sebastian tahu bahwa sang pewaris sedang tidak berada dalam mood yang baik, tapi toh ia sudah terbiasa menghadapi sifat tuanya yang selalu tidak bisa ditebak.
"Pergilah" usir dominik Tampa mau menatap sang calon Beta yang sedari tadi menunggu jawabannya.
Sebastian berjalan keluar kamar, ia hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada alpha king
"Ayah dan anak sama saja" omel Sebastian, pria berambut coklat memilih berdiri didepan pintu untuk menunggu sang tuan keluar dari kamarnya. Seingatnya mereka akan sarapan bersama dengan para alpha dan anggota pack black moon pack.