WebNovelAMALTHEA75.00%

pria misterius

"nona" Amalthea langsung berhenti saat mendengar panggilan dari bibi Ale.

"Bibi Ale" balas Amalthea menatap heran pada bibi Ale yang menatapnya penasaran.

"Nona mau kemana?" Tanya bibi Ale saat melihat penampilan Amalthea yang seperti akan pergi, di tangan Amalthea ada sebuah keranjang bunga yang biasanya ia bawah jika Amalthea ingin pergi ke hutan kegelapan.

"Aku ingin ke hutan" jawab Amalthea sembari tersenyum lembut.

"Nona, sebaiknya tidak pergi kesana. Bibi takut disana masih ada Rouge yang tersisa" ucap bibi Ale menatap khawatir kepada Amalthea.

"Aku akan baik-baik saja bibi, jadi bibi tenang saja okey" balas Amalthea menenangkan bibi Ale.

"Tapi non"

Amalthea tersenyum sebelum memeluk tubuh bibi Ale, lalu berlari meninggalkannya

"Sampai jumpa, aku akan segera kembali"

Bibi Ale hanya bisa menatap Amalthea yang berlari menjauh kepalanya menggeleng pusing dengan tingkah laku sang nona.

Amalthea berjalan menyusuri hutan menuju Padang bunga tulip tempat kesukaannya, tidak jarang Amalthea akan berhenti saat melihat kelinci atau rusa yang berlari melewati dirinya.

20 menit waktu untuk Amalthea untuk sampai pada Padang bunga tulip, bisa Amalthea lihat sebuah lahan yang dipenuhi bunga tulip dengan berbagai warna yang begitu indah. Rencananya Amalthea ingin menghabiskan waktunya disini sembari memetik bunga tulip untuk ia bawah pulang.

Amalthea sering mengunjungi hutan untuk menghilangkan rasa bisanya jika di pack house tidak pekerjaan. Amalthea membongkar keranjang bunga yang ia bawah di dalam keranjang itu terdapat buah-buah dan roti serta minuman, ada juga sebuah buku tentang strategi perang.

Amalthea merapikan semuanya dibawah pohon yang langsung mengarah pada Padang bunga dengan santainya Amalthea menyandarkan tubuhnya pada batang pohon sembari membaca buku yang ia bawah.

"Ini sangat menyenangkan" ujarnya, menatap fokus pada tulisan-tulisan pada buku didepannya.

Angin berhembus lembut menemani gadis itu, membuat Amalthea larut dalam dunianya Tampa merasa terusik.

Krek

Bunyi suara dedaunan serta ranting yang terdengar tidak membuat fokus Amalthea teralihkan tatapannya terus menerus fokus pada bukunya.

"Wow siapa ini, seekor serigala betina" ujar suara itu membuat Amalthea langsung berdiri menatap waspada pada pria yang tersenyum manis namun Amalthea dapat merasakan bahaya dalam senyuman itu.

"Siapa kamu?" Tanya Amalthea menatap tajam pria yang berjalan mendekatinya.

Pria itu Terkekeh geli saat menatap wajah Amalthea yang begitu waspada "Tenang saja aku tidak akan menyakitimu" ujarnya.

Amalthea memutar bola matanya jengah, menatap tidak suka pada pria didepannya, walau harus Amalthea akui pria didepannya cukup tampan dengan mata ungunya dan rambut pirangnya.

"Aku tahu aku tampan" ujarnya lagi.

Amalthea langsung berjalan mundur saat tahu pria didepannya bisa membaca pikirannya, yang ia tahu salah satu kaum importal yang bisa membaca pikiran adalah vampir atau penyihir dan ia tidak bisa mengetahui dari bangsa apa pria didepannya.

"Menjauh dariku" bentak Amalthea menatap tajam pada pria didepannya.

"Kau terlihat begitu lucu dan menggemaskan" pria itu berjalan mendekati Amalthea, berdiri tepat didepannya.

Amalthea tidak menyukai jarak mereka yang begitu dekat membuatnya ingin mundur menjauhi pria itu sayangnya pria itu dengan cepat menahan tangan Amalthea agar tidak menjauh.

"Lepas" Amalthea membentak dengan tangannya yang senantiasa mencoba melepaskan pegangan tangan pria itu.

"Sayangnya hidupmu tidak seindah wajah mu" pria itu menyentuh pipinya membuat Amalthea menatap tajam kearah pria itu.

Karna kesal dengan cepat Amalthea menendang perut pria itu membuat pria pirang itu mundur beberapa langkah dengan tangannya memegang perutnya yang ditendang.

"Brengsek, menjauh dariku" bentak Amalthea marah.

Amalthea tahu sekarang bahwa pria didepannya adalah seorang penyihir, bagaimana tatapan pria itu yang terus menatapnya.

"Kau memiliki takdir yang buruk" ujarnya sebelum menghilang meninggalkan sapuan angin yang begitu sejuk.

Amalthea merasa penasaran dengan perkataan pria itu namun ia mencoba untuk melupakannya dan kembali membaca buku.

"Ckck penyihir aneh" ujarnya mengambil buku lalu membacanya kembali

Waktu terus berlalu tak terasa sudah satu jam terlewati, Amalthea yang sibuk dengan bukunya itu mulai menguap sebentar sebelum perlahan-lahan tatapan matanya mulai tertutup. Rambut panjangnya yang berwarna merah membuat penampilan Amalthea terlihat Seperti lukisan.

Dengan nyaman Amalthea tertidur bersandar dipohon, tampak merasa khawatir akan ada yang berniat jahat padanya.

Tampa menyadari tatapan seorang yang menatap Amalthea tajam, pria dengan aura dominan serta tatapan tajam berjalan mendekatinya Tampa menimbulkan suara. Berhenti tepat disamping gadis itu, pria itu menyusuri wajah Amalthea yang terlihat polos saat tertidur.

Manik merahnya menatap lama pada bibir cantik Amalthea, dan dengan cepat mendekatkan wajahnya, mencium bibir itu lembut mengecapnya perlahan Tampa menggangu Amalthea yang tertidur nyenyak.

"Manis" ucap suara yang terdengar serak sembari mengusap bibir Amalthea.

Ada seringai puas saat menatap bibir cantik itu sedikit membengkak membuat pria itu kembali mendekatkan dirinya untuk kembali mencium bibir itu sedikit kasar membuat Amalthea yang tertidur sedikit terganggu, tangannya Tampa sadar mendorong kepala sang pria dalam keadaan mata tertutup.

Melihat wanita didepannya yang masih terlelap dalam tidurnya membuat pria itu tersenyum puas ada senyum kecil pada wajahnya yang tampan.

Pria itu menatap sejenak wajah Amalthea sebelum ia melangkah meninggalkan Amalthea yang masih terlelap, karna jika ia lebih lama lagi maka sudah dipastikan ia akan melakukan hal yang lebih dari pada ciuman tadi.