WebNovelAMALTHEA83.33%

little mate or little girl

Hari ini dominik memerintahkan Beta Sebastian untuk menyiapkan segala keperluan untuk kembali, mereka berdua akan kembali lebih awal untuk menangani pemberontakan yang dilakukan oleh para Rouge di perbatasan pack.

Sebastian dan beberapa warrior sudah menunggu didepan pack house, lengkap dengan mobil yang akan mereka gunakan.

Dengan langkah pasti dominik berjalan diikuti oleh Alpha Derrick dan para alpha lainnya. Semuanya mengantar sang calon pewaris tahta untuk kembali ke redmoon pack.

Setelah dirasa semuanya sudah siap, Sebastian melangkah mendekati sang tuan yang masih berbicara dengan para alpha.

"Tuan semuanya sudah siap" lapor Sebastian. Dominik hanya mengangguk masih fokus menatap pada alpha Derrick yang sedang berbicara.

"Terimakasih pangeran dominik sudah membantu kami dalam penyerangan kemarin." Ujar alpha Derrick menatap tulus pada dominik sambil menjabat tangan sang pewaris.

"Hmm. Tidak usah berterimakasih alpha, itu sudah menjadi bagian dari tugasku" balas dominik datar.

"Hati-hati dijalan pangeran" ucap alpha Robi ada seringai pada wajahnya, lelaki berumur sekitar 29 tahun itu sedikit menatap dominik sebelum mengalihkan tatapannya.

Dominik tersenyum datar mendengar perkataan alpha Robi "saya akan berhati-hati alpha dan terimakasih atas perhatian anda" ujar dominik dingin menatap penuh intimidasi kepada alpha Robi yang langsung menundukkan kepalanya.

"Baiklah sepertinya saya harus segera berangkat" lanjutnya

"Baiklah pangeran" ujar semuanya sembari membungkuk hormat pada dominik.

Dominik melangkahkan kakinya menuju mobil yang sudah terparkir rapi tatapan mengitari sekitarnya dengan pandangan datar.

"Tuan" lamunan dominik terbuyarkan oleh suara panggilan dari Sebastian, dominik langsung memasuki mobilnya.

Tok

Tok

Tok

Ketukan pada jendela mobilnya membuat dominik menurunkan kaca untuk melihat seseorang yang mengetuk kaca mobilnya, tatapannya bertemu dengan manik mata hijau yang terlihat begitu indah, gadis itu tersenyum menatap pada wajah sang pewaris yang menatapnya penasaran.

Alisnya terangkat menunggu perkataan dari gadis didepannya.

"pangeran, saya ingin memberikan ini untuk anda" ujar Anabelle tersenyum malu, sambil memberikan sebuah sapu tangan berukiran serigala hitam bermata merah, terlihat begitu indah dan menakjubkan hal itu membuat dominik menatap lama pada sapu tangan itu sebelum ia mengambilnya.

"Terimakasih nona Belle" walau masih dengan nada datar namun melihat sapu tangan yang ia buat diterima oleh sang pewaris membuat hati Anabelle berbunga-bunga, wajahnya memerah menatap manik merah dominik yang begitu menenggelamkan dan begitu misterius.

"Sampai bertemu lagi pangeran" ujarnya lembut dengan khas seorang gadis bangsawan, memundurkan langkahnya saat melihat mobil yang ditumpangi oleh dominik sudah mulai bergerak maju meninggalkan area pack house.

Tatatapn dominik terlihat semakin dingin, membuat Sebastian yang melihatnya mengernyit bingung saat merasakan mood tuannya yang kurang baik, mungkin ia sedang kelelahan pikir sang calon Beta, kembali memfokuskan dirinya menyetir mobil.

Rombongan calon pewaris hampir memasuki perbatasan pack, yang dimana jalan yang mereka lewati kelilingi hutan yang begitu lebat. Beberapa warrior terus menatap sekitar memastikan keamanan jalan yang mereka lewati.

Didakam hutan itu seorang gadis berambut merah panjang dengan manik abu-abunya berlari dengan cepat untuk mengejar sang mate, di tangannya terdapat setangkai bunga tulip berwarna putih yang ia genggam dengan lembut agar tidak merusaknya.

Bajunya terlihat begitu berantakan akibat ia yang berlari mengikuti mobil yang bergerak cepat.

"Tuan sepertinya kita diikuti" ujar Sebastian menatap ke luar jendela dimana ada bayangan seseorang yang berlari mengikuti mereka. Manik mata yang sedari tertutup itupun terbuka saat samar-samar indra penciumannya mencium aroma bunga-bunga yang begitu harum yang dipadukan dengan aroma madu.

"Hentikan mobilnya" perintah dominik datar.

Ketiga mobil itu berhenti tepat sebelum keluar dari area pack, terlihat gadis berambut merah itu berlari mendekatinya, keringat memenuhi wajahnya serta rambutnya yang terlihat berantakan, dominik masih dengan santai duduk didalam mobil membiarkan gadis itu mendekatinya.

"Tuan" panggil suara lembut itu, suara nafasnya yang memburu itu membuat semua orang yang ada disana menatap sang gadis membuat dominik menggeram marah saat mendapati tatapan terpesona.

"Jaga tatapan kalian" perintah dominik tegas, membuat semua mengalihkan pandangan mereka dari sang gadis cantik itu.

Amalthea gadis itu tersenyum mendengar suara sang mate yang terlihat cemburu, ia mendekati sang mate yang masih menatap lurus Tampa mau menatapnya.

"Aku ingin memberikan ini padamu tuan" ujar Amalthea menunduk malu, tangannya sedikit gemetar saat memberikan setangkai tulip putih pada sang mate.

Terdiam cukup lama sebelum dominik mengambilnya setangkai tulip putih itu, gadis ini selalu saja memberikannya bunga membuat dominik mendengus.

"Apa kau gila, berlari mengejarku hanya untuk memberikan aku bunga ini, ini sangatlah konyol" ujar dominik menatap kesal pada Amalthea yang sedari tadi menundukkan kepalanya.

Amalthea mengerjap "itu... saya tidak tahu anda akan kembali hari ini, saya tadi masih berada di hutan sehingga memutuskan untuk mengikuti anda. Maaf jika saya menghalangi perjalan tuan" ujar Amalthea merasa bersalah, ia pikir mungkin dominik tidak menyukai bunga yang ia berikan ah seharusnya ia mempersiapkan sesuatu yang lebih baik.

"Sudahlah. Kembalilah ke pack house hari sudah semankin sore" ujar dominik sambil menutup kaca mobilnya memerintahkan kepada Sebastian untuk melanjutkan perjalanan mereka. Meninggalkan Amalthea yang menatap kepergian dominik dengan manik matanya yang sudah berkaca-kaca..

"Seharusnya kita berpisah dengan baik, tapi aku membuatnya marah lagi" rutuk Amalthea sedih.

Sedangkan dominik terus menatap setangkai bunga tulip putih yang ia pegang, ia mencium aroma bunga itu lalu mendesah panjang saat Aroma bunga itu memasuki indra penciumannya membuatnya langsung mengingat ekspresi wajah Amalthea yang selalu membuatnya ingin membawanya ke kamarnya.

Sedari tadi Sebastian terus menatap tuannya yang bertingkah aneh sejak bertemu dengan gadis berambut merah yang ia ketahui bernama Amalthea ponakan alpha Derrick, ada kerutan pada dahi pria yang sebentar lagi bergelar sebagai Beta pack terbesar itu.

"Hentikan tatapanmu yang menjijikan itu" perintah dominik datar, ia sangat kesal saat melihat tatapan Sebastian yang penuh dengan rasa penasaran yang besar.

"Heheh.. maaf tuan" ujarnya sembari memfokuskan dirinya menyetir. Tuannya ini sungguhlah sangat menakutkan jika sudah marah padahal Sebastian begitu sangat penasaran dengan apa yang terjadi tadi.

"Percepat" titahnya membuat Sebastian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Helaan nafas keluar dari bibir seksi dominik, memikirkan segala kemukinan dari rencana yang ia rencanakan, tatapan tajam itu terus menatap pada setangkai tulip putih yang berada disampingnya, tergeletak begitu saja sedangkan di tangannya ada sapu tangan bergambar serigala hitam bermata merah khas serigala kerajaan terlihat begitu kuat sekaligus indah disaat bersamaan, manik mata merah dominik menatap semakin datar sebelum seringai licik terbit dibibirnya

"Little mate or little girl" monolog dominik yang masih bisa didengar oleh Sebastian.

"Little mate" jawab polos sang calon Beta membuat dominik menggeram marah menatap sang Beta.

"Shut up" Desis sang pewaris tahta membuat wajah Sebastian memucat melihat tatapan tajam yang terasa menembus jantungnya.

"Demi Dewi bulan, sebenarnya apa salahku?" Tanya Sebastian dalam hatinya merasa tak adil melihat tuannya yang marah padanya.

"Diam saja bodoh" maki wolfnya merasa kesal melihat sisi manusianya yang terus mengoceh seperti orang bodoh.

"Jack seharunya kau mendukung ku" ujar Sebastian kesal mendengar perkataan dari wolfnya yang kurang ajar.

"Percuma mendukungmu, kau kan bodoh" ejek Jack serigala dalam diri Sebastian membuat wajah Sebastian semakin memberengut kesal sembari menyetir dengan cepat.