Chapter 9

"I-ni.....Joyce, apa-apaan ini?" teriak Pak Toro.

"Tadi pagi aku mengikuti Joyce dan menemukan mereka sedang berhubungan badan di hotel, Pa. Ini sebagai bukti kalau diantara aku dengan Joe tidak ada apa-apa." ujar Fiona yang membuat Dave semakin tertarik pada calon istrinya itu.

'Dasar rubah kecil!' batin Dave sambil nyengir.

"Paman percaya, Nak! Besan, kapan kita akan melangsungkan pertunangan anak kita?" tanya Pak Agus.

"Hmm! Bagaimana kalau di ulang tahun Fiona saja? Sekitar 2 bulan lagi." jawab Pak Toro.

"Boleh juga. Dave, besok bantu papa menyiapkan segala sesuatunya." pinta Pak Agus.

"Siap, Pa." jawab Dave.

Setelah obrolan mereka selesai, Pak Agus dan Dave pun pamit pulang. Dalam perjalanan pulang, Pak Agus mengagumi kepintaran Fiona yang bisa membuktikan kalau kebersamaannya dengan Joe hanya sebatas rumor saja, walau harus memalukan keluarga.

Di rumah keluarga Wijaya, Joe diusir dan Joyce dibawa paksa ke dalam gudang yang gelap sebagai hukuman. Fiona yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Di kehidupan sebelumnya, yang menghuni gudang itu adalah dirinya.

'Joyce, apa yang kamu rasakan sekarang barulah awal dari penderitaanmu. Selanjutnya, kamu akan merasakan apa yang kurasakan!' batin Fiona sambil berlalu dan masuk ke kamarnya.

[Selamat malam, rubah kecilku! Mimpi indah😘] itulah isi sms yang dikirim Dave untuk Fiona yang hanya tersenyum.

'Dave! Aku janji hanya akan mencintaimu seorang. Di hatiku tidak akan ada nama pria lain selain dirimu.' batin Fiona sambil tersenyum melihat isi sms dari Dave.

Keesokan paginya saat Fiona hendak ke bawah untuk sarapan, sayup-sayup dia mendengar suara Joyce yang sepertinya sudah dikeluarkan dari gudang. Fiona pun tidak menganggap pusing hal yang menurutnya tidak adil tersebut.

"Pagi, Pa, Ma." sapa Fiona.

"Pagi, Nak! // pagi, Kak!" sapa kedua orang tuanya dan adiknya.

"Nak, hari ini Mama mau belanja baju untuk adikmu. Karena nanti malam kita sekeluarga diundang Pak Agus ke pelelangan. Kamu ikut, Nak?" tanya bu Sri yang membuat pikiran Fiona melayang ke masa lalu, dimana saat Fiona ikut, adiknya dengan sengaja memasukkan obat ke dalam minumannya dan mempermalukan dia di hadapan orang banyak.

"Ok, Ma. Jam makan siang aku nyusul Mama ya." jawab Fiona sambil mencium ibunya dan berlalu pergi ke kantor.

"Iya. Hati-hati, Sayang." ucap ibunya.

Saat Joyce sedang merebahkan diri di tempat tidurnya, dia pun ingat untuk menelepon Joe supaya datang ke pelelangan itu, karena kakaknya juga berada disana. Mereka juga tengah merencanakan bagaimana membuat Fiona tidak jadi bertunangan dengan keluarga Kusumaatmadja.

'Kak, lihat saja pada saat di pelelangan nanti. Aku pastikan kakak akan mendapat hadiah yang tidak akan pernah kakak lupakan seumur hidup kakak.' batin Joyce.

Sesuai janji, Fiona pun menyusul ibunya ke toko butik yang dibuka oleh keluarga Kusumaatmadja. Dia memilih gaun berwarna hitam sesuai dengan warna kesukaannya.

"Kamu sangat cocok dengan gaun itu, Sayang." ucap suara berat seorang lelaki dari arah belakang Fiona.

"Dave!" sapa Fiona.

"Apakah mau dengan tante?" tanya Dave lagi.

"Iya. Dia sedang memilihkan baju untuk adikku." jawab Fiona menunjuk kearah seberang.

"Oh. Ya udah, happy shopping. Kalau ada apa-apa panggil aku." ucap Dave sambil pergi meninggalkan Fiona yang hendak mengetest gaun hitam tersebut.

Acara pelelangan pun digelar. Joe datang bersama dengan ayahnya, lalu dia pergi mencari Joyce yang sudah menyiapkan 1 botol kecil obat yang sudah dihaluskan. Apabila dicampur ke minuman, maka orang tersebut akan berhalusinasi. Segera Joe mencampurkan obat itu ke dalam minuman Fiona dan memberikannya padanya.