BAB 3. TES MENJADI ADVERSARY I

Disebuah gedung yang sangat besar, di sebuah aula besar terlihat beberapa orang berdiri menghadap orang lain di depan mereka.

"Baiklah akan ku jelaskan test ke 2 dari 3 yang akan kalian jalani"

Kata kata tegas keluar dari pria yang berdiri menghadap mereka.

"Seperti yang kalian tahu, 1 dari 3 test adalah test tulis dan sisanya adalah ujian praktik"

"Test pertama adalah test pengetahuan dan krisis, beberapa orang sudah tahu apa manfaatnya tapi bila kalian tidak tahu salahkan kebodohan kalian sendiri"

"Dan untuk test kedua adalah test fisik, kalian akan di uji stamina, kekuatan, daya tahan dll"

"Kalian tidak perlu menunjukannya, kalian hanya perlu mengikutiku dibelakang, kita akan berlari dengan jarak 10 km dari sini, di sepanjang jalan ada beberapa test yang menunggu kalian"

"Dan jika kalian bisa melewati test itu dan masih mengikutiku kalian akan lulus untuk test ke 3"

Berkata seperti itu, dia mengalihkan perhatiannya dari para peserta ke sebuah gerbang besar.

Berjalan kesana dia membukanya dan memperlihatkan hutan dengan kabut asap yang tebal memberi siapapun yang melihat seperti melihat film horor.

Gerbang itu sendiri terletak di tengah tengah aula itu, jadi sudah pasti ini gerbang yang menghubungkanmu ke suatu tempat.

Setalah terbangun dari lamunan mereka, para peserta memasuki gerbang satu persatu mengikuti profesor itu.

POV Gain--

Memasuki gerbang besar itu, aku merasa pusing seolah untuk sesaat aku diputar 360° selama beberapa kali.

Memegangi kepalaku dan melihat sekeliling, hanya kabut dan pepohonan yang terlihat.

Sebelum pikiranku melangkah lebih jauh suara profesor kembali.

"Baiklah kalian bersiap karena aku kan mulai berlari dan tidak berhenti"

Bersiap beberapa saat, aku melakukan beberapa peregangan agar tidak keseleo karena itu akan sangat mengganggu di sini.

Melihat profesor lagi untuk menunggu dimulainya test.

Setelah beberapa saat profesor sudah melihat bahwa kami sudah siap dan menganggukkan kepala dan bersiap untuk berlari.

"Baiklah kita mulai"

Profesor mulai berlari dan kami mengikutinya di belakang, sejujurnya ini tidak masalah walau jaraknya 10 km. Bukan berarti aku kesulitan, dan profesornya berlari tidak terlalu cepat bahkan lambat seperti joging.

Seperti yang profesor itu katakan, dia tidak berhenti sama sekali dan terus melanjutkan.

Ketika beberapa menit mungkin jam berlari akhirnya kami menjumpai beberapa test dijalan.

Pertama bertemu sekawanan kerbau yang menghalangi, aku tidak yakin bagaimana mereka ada di sini.

Kedua di sekitarang jembatan runtuh, kau harus bisa melompat tinggi karena perairan bawah ada beberap buaya yang menunggumu, cara menyelesaikannya ada 2 cara, melompat dengan segalanya, atau bertarung dengan buaya.

Aura profesor membuat buaya itu menghindar dan membiarkannya lewat, tapi ketika kami ingin mengikutinya, buaya langsung melihkan pandangannya pada kami.

Beberapa orang meminta bantuan profesor tapi profesor tidak menoleh dan lanjut berlari.

Disini aku tau susahnya mengikuti seorang profesor.

Karena aku tidak bisa, aku memutuskan melompat, untungnya aku melatih tubuhku dan bisa mencapainya.

Mungkin 1/4 dari kelompok peserta gugur di sana, karena beberapa dari mereka terpeleset ketika melompat dll.

Menurut perhitungan ku ini sudah hampir 10 km. Dan profesor sudah mulai berlari lebih cepat.

Kamipun tanpa ragu langsung mengikutinya, karena kabut ini menghalangi penglihatan jarak jauh kami, bila profesor terlalu jauh itu akan membuat semua orang di sini gagal.

"Hah..hah...hah..huft.."

Dengan nafas berat aku tetap melanjutkan.

Aku meremehkannya, berlari saja bukan masalah, tapi tes tes yang kami temukan itu masalah.

Setelah menghadapi buaya kami menemuka tes yang lainnya, dan berusaha keras dan cepat untuk menyelesaikannya, agar profesor tidak menghilang dari pandangan kami.

Sekarang! Ini sudah tinggal beberap ratus meter lagi mencapai 10 km.

Ketika kami terus berlari dengan nafas berat tiba tiba profesor itu berhenti.

Jarak kami agak jauh, jadi ketika profesor berhenti aku masih tetap berlari menujunya.

Tapi yang kulihat itu sesuatu yang aneh.

Tangan profesor mengeluarkan semacam energi? Berwarna abu abu kebiruan membara seperti api sebelum berubah melindungi tangannya.

Profesor mengangkat tangannya bersiap untuk memukul sesuatu walau didepannya hanya udara kosong.

Bam!! *Krak!!*

Tinjunya mengenai sesuatu dan udara terbelah disana, ketika aku dan beberapa peserta kagum dan bingung, profesor masuk melewati retakan dan lanjut berlari seperti tidak terjadi apa apa.

Retakan di udarapun semakin menghilang setelah profesor melewatinya.

Beberapa detik kemudian aku sampai ketempat itu dan berhenti sejenak, bukan karena aku mau, hanya saja peserta lain juga berhenti.

Beberapa peserta tidak berhenti dan ingin melewati nya, hanya terlempar kebelakang oleh sesuatu semacam dinding.

Melihat itu kami yang melihat profesor menghancurkannya jadi tau bahwa ini mungkin tes terakhir di sini.

Profesor masih terlihat, tidak. Dia malah diam di tempat dan berbalik melihat kami.

'Sepertinya itu garis finish nya'

"Baiklah, kita hanya harus menghancurkannya saja kan!!"

Orang yang mukanya terlihat garang berbicara dengan nada kasar.

Bam!!

""...""

Tangannya memantul dari udara kosong yang di bilang dinding itu.

Melihat dia, aku tahu tidak mungkin aku bisa menghancurkannya, fisiknya hampir 3× lebih baik dariku tetapi dia tetap terlempar.

'Bagaimana membukanya?!?'

Aku memikirkan bagaimana membuka ini beberapa saat.

Mereka yang tubuhnya besar mencobanya, tapi tetap tidak ada hasil.

Melihat orang bodoh itu, aku mengingat profesor.

'dia mengeluarkan energi dari lengannya, itu mungkin semacam energi yang di pakai para adversary atau mungkin hanya skill-nya'

Jadi tidak mungkin untuk menembusnya.

'ayo pikirkan, apa ini bagian tes?, apakah dia sengaja menunjukan energi itu supaya kita menyerah dan tidak melakukan perjuangan dan kemudian di diskualifikasi?, atau dia menunjukannya karena dia memberi petunjuk kepada kami?'

Melihat sekeliling, aku menemukan sesuatu di pohon disamping kelompok ini.

Pohon itu terikat suatu tali emas.

Menuju pohon itu aku berpikir ini mungkin batas dari dinding itu, dan bila aku melewati di samping pohon aku tidak perlu melewati dinding, hanya..

Dug!

"Aduh sial"

Mereka melihat ke arah ku, mata mereka seperti melihat orang idiot.

'Oi aku sedang mencoba oke!'

"Apa yang kamu lakukan, sudah tahu di sini ada sebuah dinding, bagaimana kamu tetap berjalan ketika sudah tahu, apakah kamu idiot?" "Hahahahah"

Orang yang berpenampilan kasar itu berbicara sambil mengejekku dan beberapa orang di sampingnya ikut menertawakan ku.

"Aku hanya mencari tahu.."

Berkata pelan karena aku tidak ingin menarik perhatian lagi.

Hanya saja gain tidak tau kalau seorang wanita di sampingnya mendengarnya karena di mempunyai pendengaran yang baik.

Wanita itu menoleh ke arah gain dengan tatapan penasaran.

Gain tidak tahu apa yang terjadi jadi dia tetap melakukan penelitiannya tentang tali di pohon itu.

Tali ini tidak kuat, siapapun bisa melepaskannya, tapi tidak ada yang istimewa dari tali ini selain beberap bercak emas yang rumit, orang umum sudah tahu kalau kamu ke hutan siapkan tali atau sesuatu yang membuatmu tidak tersesat.

Aku tahu beberapa orang juga tidak memperdulikannya, karena itu penanda biasa.

Tapi ketika aku melihat sekeliling atau melihat keseberang, di samping sisi lain kelompok ini ada pohon dengan ikat tali yang sama.