Setelah mendengar bahwa mereka harus menyatukan tubuh seseorang yang sudah meninggal tiga tahun lalu dan harus mereka wisuda, Queenta memperlihatkan ekspresi keberatan.
Dia tidak takut dengan darah dan elemen horror, namun itu untuk film, komik, atau novel yang dia baca. Kenapa dia harus mengalami ini di dunia nyata?
Sistem yang melihat keduanya tidak segera mengeluh padanya, merasa senang.
``Kalian akan bekerja sama dan menjadi tim yang baik.``
Queenta mengingat fakta lain yang sekilas dia lupakan karena terlalu terfokus pada misi mereka. Dia dan Joshua harus bekerja sama, ya, bekerja sama. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Dia tidak bisa melakukan apapun selain menerima fakta bahwa saat ini dia terjebak dengan Joshua di dunia lain.
Keduanya pintar, jadi mereka segera memahami bahwa mereka saat ini ada di dunia gaib sekolah mereka. Masalahnya sekolah mereka sangat luas dan mereka harus mencari bagian tubuh manusia darimana?
"..."
Joshua mengelus pergelangan tangan kirinya dan melihat Queenta dengan pandangan tidak nyaman.
Sistem menyeringai saat melihat Joshua nampak tidak nyaman akan sesuatu dan Queenta yang terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Alasan dua orang bisa menjalin persahabatan adalah karena dua orang tersebut sudah mengenal satu sama lain dengan baik. Queenta dan Joshua tidak mengetahui hal lain selain apa yang mereka sama-sama sukai.
Prioritas utama Sistem adalah membuat keduanya mengetahui kelemahan masing-masing. Dimulai dengan Joshua yang tidak menyukai Horror.
Sebagai AI dikembangkan oleh manusia dari abad ke-30, Sistem memiliki sifat seperti manusia karena dia juga bertumbuh seperti manusia pada umumnya. Jadi dia tahu jelas bagaimana reaksi Queenta yang tidak menyukai Joshua saat menemukan kelemahan Joshua. Tapi itulah yang dia incar, Sistem akan menggunakan kesempatan ini dan mempermalukan Joshua. Selanjutnya dia akan mempermalukan Queenta di depan Joshua.
Setelah itu keduanya akan mengenal satu sama lain lebih dalam dengan melihat sisi lain satu sama lain. Sistem bisa mendapatkan hiburan dan membuat keduanya dekat, seakan melempar satu batu dan kena dua burung. Ini adalah jackpot baginya.
Queenta yang merasakan angin dingin berhembus ke leher belakangnya, merinding. Instingnya mengatakan bahwa itu bukan angin alami, yang artinya sesuatu baru saja menyentuh leher belakangnya. Saat dia menoleh, Queenta tidak menemukan apapun.
Yang dia temukan saat menoleh ke arah samping kanannya adalah Joshua yang melihat ke bawah.
Queenta ikut melihat ke bawah dan mengamati sepatu dan lantai lapangan indoor tersebut. "Apa yang kamu lihat?"
Terkejut, Joshua melangkah ke samping dan diam-diam menenangkan dirinya. Sebenarnya dia terlalu takut untuk melihat sekeliling, dan dia memutuskan untuk melihat ke bawah saja. Tentu saja dia tidak akan mengatakan itu kepada Queenta atau dia akan berakhir dicemooh habis-habisan karena ketakutan.
"Bukan urusanmu."
Jawabannya membuat Queenta segera melihat ke depan lagi dengan ekspresi kesal.
Karena ini adalah misi pertama mereka, Sistem yang baik hati memberikan mereka petunjuk tentang dimana lokasi bagian tubuh pertama yang harus mereka cari.
[Petunjuk : Laci ruang guru]
Joshua mengerutkan keningnya sambil memikirkan bagian tubuh apa saja yang muat masuk di laci guru. Apakah itu tangan? Kaki? Atau yang lainnya? Berbeda dengan dirinya yang berpikir, Queenta langsung berjalan duluan menuju ruang guru berada.
"Huh? Hei, tunggu aku!"
"Berisik! Jangan teriak!"
Sistem yang melihat : Kalian berdua teriak lho..
Saat mereka sampai ke lorong lantai satu, Joshua mencoba menekan saklar lampu yang ada di sebelah pintu ruang rapat. Namun seberapa banyak Joshua mencoba membuat lampu hidup, dia tidak berhasil. Lorong bersih yang gelap karena diapit oleh dinding-dinding terlihat sedikit mencekam. Bahkan bayangan dari beberapa vas bunga besar yang ada di lorong terlihat seperti membentuk sesuatu.
Queenta yang tidak memiliki kepekaan batin dengan hal supranatural hanya membatin bahwa ini terasa seperti uji nyali. Sementara Joshua yang memiliki keturunan indigo dari ibunya, walau tidak bisa melihat dengan sangat jelas, bisa merasakan ada sesuatu dari bayangan-bayangan dari vas bunga.
Ruang guru tepat berada di ujung lorong ini. Beruntung bagi Joshua, Queenta maju duluan karena dia tidak mau Joshua memimpin jalan.
Setelah menyalakan flashlight dari handphone miliknya, Queenta berjalan duluan diikuti Joshua di belakangnya. Agar tidak terlihat ketakutan, Joshua menghidupkan flashlight handphone dan mengarahkannya ke kanan kiri sementara perempuan di depannya fokus dengan jalanan di depan.
"..."
Sebenarnya Queenta ingin mengatakan sesuatu saat melihat jika mereka tidak sampai-sampai. Setiap langkah yang dia ambil, lorong juga memanjang satu langkah. Setidak masuk akalnya itu, itu benar-benar terjadi di depan matanya, sehingga Queenta kehabisan kata-kata.
Akhirnya dia berhenti dan Joshua yang terlalu fokus melihat kanan kiri menabrak punggung Queenta.
"Aduh, lihat ke depan dong!"
Joshua terkejut dan mengerutkan kening. Dia tidak bisa membiarkan Queenta tahu bahwa dia tidak memperhatikan ke arah depan sama sekali.
"Oh maaf, kamu terlalu pendek sampai aku tidak menyadarinya."
Queenta yang melihat Joshua berani menyinggung tingginya, mencoba menginjak kaki Joshua dengan tenaga penuh. Trik yang selalu sama, batin Joshua. Apakah Queenta pernah menyadari bahwa gerakan pertamanya pasti mengincar kaki kiri Joshua? tentu saja tidak.
Jika dia sadar pasti dia akan mengubah strateginya dalam menyerang Joshua.
Saat sepatu pantofelnya terhentak ke lantai dengan tenaga penuh, suara keras terdengar dari lantai dan menggema di lorong. Queenta terkejut saat menyadari bahwa suara hentakkan kakinya terdengar sekeras itu. Dia baru memikirkan jika sampai Joshua terkena hentakkan kakinya, sepatu PDA bahkan tidak akan bisa melindungi kakinya.
Pikiran itu segera hilang saat Joshua bersiul. "Hoo, masih meleset, seperti biasanya."
Queenta tersenyum dingin : Awas kalau kena nanti, aku ga mau tanggung jawab.
Dia menyesal dan mengutuki dirinya sudah khawatir jika dia sampai menghancurkan kaki Joshua. Dengan dengusan dingin, Queenta lanjut berjalan dan kali ini lorong tidak kembali memanjang. Makhluk yang bertanggung jawab memanipulasi lorong agar orang yang berjalan ke depan tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan, ketakutan dan segera menghilang ke lantai dua.
Joshua merasa bingung saat perasaan mencekam yang dia rasakan di lorong ini sudah menghilang tepat setelah Queenta membuat suara gema di lorong dengan sepatunya.
Dia berjalan mengikuti Queenta dari belakang dan melihat rambut panjang yang bergerak ke kanan kiri setiap langkah di ambil. Joshua memiliki tebakan : Apa sesuatu yang ada di lorong takut pada Queenta?
Jika ada orang lain disini, orang itu pasti akan mengatakan bahwa itu terdengar sangat aneh. Tapi bagi Joshua yang badannya sudah diincar oleh Queenta sejak bendera permusuhan atau per-rival an mereka berkibar, tidak menganggap itu mustahil. Perempuan itu memiliki tenaga seukuran dua atau lebih orang dewasa dengan tinggi yang kurang satu penggaris dari dirinya.
Apalagi saat perempuan itu tidak menyukai seseorang, dalam kurung Joshua, dia benar-benar tidak bercanda saat memukul atau menginjak. Beruntungnya orang yang tidak disukai oleh Queenta selincah dan sekuat dirinya, batin Joshua yang bangga pada dirinya sendiri.
Mau dipikir bagaimana pun, satu-satunya rival atau musuh yang cocok bagi Queenta hanyalah dia seorang. Joshua mendengus geli saat memikirkannya : Seharusnya dia memperlakukanku lebih baik sebagai musuh kesayangannya.
Sistem berkedip tidak percaya. Tingkat kasih sayang Joshua meningkat dua persen dari total tiga! Yang artinya sudah lima persen! Mereka belum menyelesaikan satu misi pun namun affection point milik Joshua sudah 5%. Sistem merasa senang saat melihat kemajuan singkat ini.
Tapi dia memiliki sedikit kekhawatiran : Kenapa milik Queenta..
Bar affection atau kasih sayang adalah suatu alat pengukur tentang seberapa besar perasaan positif seseorang kepada orang lain. Untuk Sistem Nomor 204, ini adalah target yang harus dia dapatkan jika dia ingin mendapatkan nilai bagus di pekerjaan lapangan pertamanya.
Sistem hanya menerima data yang menyatakan bahwa Queenta memiliki potensi besar menjadi sahabat sejati, bahkan sehidup semati. Dengan keterangan itu saja, Sistem Nomor 204 ini berpikir bahwa kerjaan pertamanya akan sangat mudah. Jadi dia terkejut saat melihat bar kasih sayang mereka untuk pertama kalinya.
Sistem Nomor 204 : Yah, mungkin sesuatu terjadi di masa lalu. Tidak apa, waktu mereka masih banyak.
Sistem Nomor 204 memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Seperti yang dikatakan oleh pembuatnya, tidak ada rahasia yang bisa dirahasiakan selamanya. Dengan perasaan ringan, dia kembali ke monitor untuk mengawasi pergerakan Queenta dan Joshua yang baru masuk ke ruang guru di ujung lorong.
Di sebelah layar yang dia pakai untuk melihat Queenta dan Joshua, bar kasih sayang terlihat jelas dengan warna merah muda.
Joshua : 5/100
Queenta : -30/100