"..."
Setelah memuntahkan apa yang dia makan pagi ini di kamar mandi lantai 1, Joshua duduk diam di depan ruang musik, sebelah ruang perkumpulan anak teater. Dia menutup matanya dan meluruskan kakinya, mencoba menenangkan diri dan melupakan adegan penuh darah yang dia lihat tadi di ruang BK.
Joshua menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menghela nafas panjang. Tangannya sedikit bergetar saat keringat dingin terbentuk di keningnya. Perasaan tidak nyaman dan rasa takut bercampur membuatnya merasa lemas dan sedikit lesu.
Selama apapun waktu berlalu, dia tidak bisa melupakan kejadian di masa lalu yang terus menghantui dirinya
Sistem yang melihat bahwa keduanya berpisah, memutuskan untuk mengikuti Joshua daripada melihat acara make over dan dress up Ressa yang dilakukan oleh Queenta.
Saat melihat kondisi Joshua, Sistem berbaik hati menyalakan penghalang di lantai 1, sehingga tidak ada hantu atau makhluk apapun bisa mengganggu Joshua.
Dia menggunakan kesempatan ini untuk menggali informasi yang tidak dia terima dari bank datanya.
``Joshua, kenapa dia sangat membencimu?``
Kenapa Queenta membenci Joshua, tapi juga diam-diam memperhatikan dan menjaga Joshua di saat yang bersamaan? Yang Sistem lihat dari Queenta bukan murni kebencian maupun rasa iri.
Ya, perempuan itu terlihat kasar, tenaganya kuat melebihi laki-laki seumurannya, tidak ramah dan suka berkelahi. Namun dia sangat perhatian kepada teman-temannya.
Hanya dengan Joshua saja Queenta bersikap negatif secara berlebihan, tapi Sistem bisa melihat bahwa Queenta khawatir akan Joshua juga di beberapa situasi, seperti saat ini, dimana Joshua sama sekali tidak bisa maju sendirian dan tidak bisa diandalkan.
"Apa?"
Joshua tentu tidak mengira Sistem tiba-tiba akan muncul dan memberinya pertanyaan yang selama ini dia pertanyakan. Dengan menyipitkan matanya, Joshua bertanya kepada Sistem. "Apa Queenta akan mendengar ini? Maksudku, apa dia saat ini tahu kamu sedang bertanya pertanyaan ini padaku?"
``Tidak. Aku mematikan sambungan pikiran kalian untuk sementara.``
Sistem menangkupkan pipinya di atas meja dengan satu tangan sambil melihat monitor dimana dia melihat sosok Joshua duduk di lantai dan bersandar ke dinding. Saat melihat Joshua hanya sendirian seperti ini, Sistem bisa merasakan perasaan aneh di dalam database nya.
Namun untuk saat ini dia tidak tahu apa itu.
``Apa kamu tahu kenapa dia membencimu? Atau, kenapa dia tetap menjagamu bahkan saat dia membencimu?``
Sistem bisa menangkap perasaan Queenta kepada Joshua namun dia tidak tahu alasannya. Joshua terkejut saat mendengar kalimat terakhir dari Sistem. "Apa maksudmu? Bukankah dia membantuku karena kasihan?"
Kenapa Queenta yang biasa mengajaknya bertengkar, berdebat, bahkan hampir berkelahi di setiap kompetisi mereka baik kecil atau besar, berefek atau tidak berefek pada orang lain, membantunya di saat dia tidak berguna seperti saat-saat ini? Bukankah jawabannya karena kasihan?
``Tidak salah juga, tapi tidak terlalu tepat.``
"Apa maksudmu?" Joshua menghela nafas sebelum melanjutkan. "Kamu baru mengenalnya, tapi aku sudah dua tahun mengenalnya sejak masuk SMK ini."
Joshua mengeluarkan handphone nya dan melihat waktu masih berhenti. Dia membuka layar kunci dan hanya melihat beranda nya saja, tanpa menyentuh layar dan tanpa ada niat ingin membuka apapun. Dia hanya melihat foto yang dia jadikan sebagai wallpaper beranda nya.
"Dia keras kepala, susah diajak bicara, tidak mau kalah dan juga kasar."
Di dalam sana ada foto satu kelas dengan Joshua sebagai ketua kelas ada di bagian tengah bersama wali kelas mereka, Bu Citra. Ada satu orang yang tidak ikut berfoto, dan itu adalah orang yang mengambil gambar cantik ini, anggota ekstrakulikuler fotografi, Queenta.
Queenta saat itu harus berkeliling menjadi fotografer sewaan kelas 12 karena hasil fotonya yang bagus.
Dia bahkan bersusah payah agar bisa mengambil job anak fotografi lain agar bisa mengambil gambar kelasnya saat Class Meeting.
"Kalau kamu yang ngambil, kamu ga bakal masuk dalam foto, Queenta." Bu Citra yang masih menata anak-anak kelas XI OTKP 2 waktu itu menyuruh Queenta untuk ikut berbaris dan membiarkan anak fotografi lain yang mengambil foto kelas.
Saat itu Queenta bersikukuh bahwa dia yang akan mengambil foto dengan alasan bahwa hasil jepretannya lebih baik di antara anak fotografi lainnya. Butuh lebih dari lima menit perdebatan agar Bu Citra menyerah dengan syarat di Class Meeting selanjutnya, Queenta harus mau ikut foto kelas dan tidak menjadi fotografer.
Joshua menggeser layar beranda sampai mentok dan menekan sebuah ikon yang langsung memunculkan jendela beranda tersembunyi dengan wallpapernya adalah foto Queenta yang tersenyum ke kamera. Ini merupakan momen langka yang diambil oleh Kirana. Joshua bahkan harus membayar untuk mendapatkan foto ini.
"Tapi dia anak yang baik. Bahkan jika dia membenciku dia masih bisa merasa kasihan. Dia terlalu baik karena mau membantuku sampai sejauh ini."
Dan dia tidak meninggalkanku bahkan saat aku tidak berguna. Joshua menyadari perbedaan besar dirinya dengan Queenta. Joshua selalu memikirkan mengapa dia dan Queenta tidak akrab, dan jawabannya adalah Queenta sendiri yang tidak ingin. Bahkan dengan semua kesamaan mereka, Joshua tidak masalah berteman.
Ada masa dimana Joshua merasa dia menemukan teman yang bisa memahaminya bahkan tanpa dirinya harus mengatakan apapun, ada masa dimana dia dan Queenta sangat dekat saat pertama kali kenal dulu. Entah sejak kapan permusuhan mereka bermula, Queenta tiba-tiba berubah dengan alasan dia tidak mau ada yang menyaingi dirinya.
``Sudah kubilang itu tidak terlalu tepat.``
"Apa yang kamu tahu?" Joshua menatap wajah Queenta yang sedang tersenyum di wallpaper. Apakah dia bisa mendapatkan senyuman ini lagi seperti disaat mereka baru pertama kali berkenalan? Senyuman yang bisa didapatkan oleh siapapun kecuali dirinya.
Joshua hanya bisa berharap sebelum mematikan handphone miliknya dan memasukkannya lagi ke dalam saku celana, setelah itu dia mengambil nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"Bahkan ada beberapa hal yang tidak bisa dilihat dari data tapi bisa dirasakan, kamu tahu? Mungkin itu perbedaan antara kecerdasan buatan dan manusia."
Sistem diam sejenak mendengarkan perkataan Joshua sebelum setuju dengan sentimen Joshua soal perbedaan di antara mereka.
``Kamu benar. Sesempurna apapun aku, aku tidak akan bisa 100% memahami sifat manusia.``
Mungkin karena itu dia meninggalkan aku.
Sistem melihat bayangan dirinya sendiri dengan cermin yang dia ciptakan lalu menutup matanya saat dia merasa tidak nyaman melihat wajahnya sendiri. Sudah lama sekali Sistem tidak melihat bayangan dirinya sendiri, dan baru saja dia melakukannya setelah sekian lama waktu berlalu.
Yang dia temukan juga tidak jauh dari prediksinya, wajah di sana tidak pernah berubah.
Joshua mengangkat satu alisnya saat merasakan perbedaan nada bicara Sistem. "Apa aku menyinggungmu?"
``Tidak, kamu hanya mengatakan fakta.``
Joshua merasa sedikit tidak enak sebelum bangkit dari posisinya.
Dia tidak bisa terus-terusan bersantai disini, bahkan jika dia tidak bisa menghandle masalah Ressa dan sesi dress up atau make over nya, Joshua bisa melakukan hal lainnya. Seperti menyiapkan segalanya agar terasa seperti wisuda mini untuk kakak kelasnya yang sudah meninggal.
Yang akan wisuda sudah jelas Ressa, yang akan mengambil gambar Queenta, Joshua bisa menjadi pembawa acara. Masalahnya, siapa yang akan jadi penonton? Mau sekecil apapun acara, harus ada saksi selain bagian pembawa acara dan fotografer. Joshua memikirkan bagaimana dia bisa membuat acara ini berkesan bagi Ressa.
Dia tiba-tiba terpikirkan sebuah ide gila.
"Sistem, kamu bisa mengirim kesadaran kami ke dunia ini dengan mudah, kan?"
Sistem diam, menunggu Joshua menyampaikan apa yang dia inginkan dari Sistem.
"Apakah mustahil memanggil orang lain yang tidak terlibat dengan misi?"
``... tidak mustahil tapi terlalu beresiko.``
Joshua mengeluarkan buku catatan milik Ressa yang selalu dia simpan setelah keluar dari ruang guru. Ada beberapa nama yang tampaknya lumayan berkesan bagi Ressa.
"Sesuatu yang beresiko ini akan selalu diingat oleh siapapun yang terlibat bukan? Tidakkah kamu penasaran akan efek sampingnya? Mari buat kekacauan dan cari tahu bersama."
Sistem membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Dia tidak pernah melakukan hal itu karena ini adalah misi pertamanya, karena itulah saat mendengar kata 'kekacauan' dan 'bersama', dia takut namun juga tergoda.
Dia bukan manusia, jadi jantungnya tidak akan berdetak. Tapi situasi ini membuatnya berpikir bahwa jantungnya sedang berdebar dengan kencang.
Jika dia tidak mencari tahu sekarang, dia tidak akan tahu, benar kan? Kesempatan tidak datang dua kali, begitulah bahasa yang biasa manusia ucapkan saat akan melakukan sesuatu yang tidak terduga.
``.. Aku tidak akan menanggung resikonya.``
Joshua tersenyum puas. "Mari kita siapkan segalanya untuk Queenta dan Kak Ressa."