Bab 9. The Graduation (7)

Sebanyak apapun semuanya mendengarkan penjelasan dari Queenta, tidak ada yang bisa mempercayai apa yang sedang terjadi. Ini dunia lain dari SMK Rangka Raya? Tempat makhluk halus penunggu sekolah? Dan mereka disini untuk menghadiri wisuda Ressa??

"Jadi mohon kerja samanya ya, kakak-kakak sekalian."

Queenta tersenyum canggung saat melihat bahwa tidak ada satu pun terlihat percaya padanya. Namun ekspresi Pak Marno jauh lebih baik daripada yang lain, mungkin karena faktor dia tahu bahwa Queenta tidak akan bercanda seperti ini.

Apalagi fakta bahwa dia bisa dibawa kesini disaat dia baru saja akan berangkat ke sekolah sudah cukup untuk membuatnya sedikit percaya.

Tiara, Erna dan Thoriq nampak belum bisa menerima situasi ini, sedangkan Yunita hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi. Dia diam-diam mengamati Queenta lalu ke Pak Marno yang tampak mempercayai gadis itu.

"Anggap saja semua yang kamu katakan benar." Yunita menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. "Lalu dimana Ressa?"

"Ah, itu..."

Queenta tidak tahu darimana dia harus menjelaskan mengapa Ressa tidak ada disini untuk menemui semua kenalannya. Kembali ke beberapa jam yang lalu..

Joshua dan Sistem menyiapkan semua perlengkapan, mereka menjelajahi sekolah untuk mencari barang-barang. Untung saja hanya waktu yang membeku, internet masih berjalan lancar di dunia gaib. Hanya saja apapun yang dia cari sekarang tidak akan muncul di history pencariannya.

Dia memiliki foto perpisahan dari link drive sekolah bisa Joshua buka karena dia punya akses ke dokumen sekolah karena dia adalah anggota inti OSIS, Joshua berniat membuat ini semirip mungkin sebisa dia dengan bantuan Sistem.

"Aku tidak percaya Pak Marno masih menyimpan banner perpisahan tiga tahun yang lalu."

``Mungkin karena teringat Ressa.``

Dengan helaan nafas, Joshua membalas 'mungkin saja' sambil meletakkan banner yang sangat besar ke lantai. Butuh sekitar sepuluh menit baginya memasang banner sebesar itu sendirian di aula.

Joshua memilih aula dan tidak ruangan lain karena ruangan ini yang selalu bersih, tidak seperti ruangan kelas kosong atau ruang rapat yang berdebu karena jarang sekali dipakai.

Ruang aula ini sering dipakai untuk olahraga indoor seperti tenis, badminton, atau pertandingan catur, jadi ruangan ini selalu dibersihkan secara rutin. Untung saja ini habis liburan, jadi semua perlengkapan sport di dalam sini disimpan ke ruangan lainnya, menyebabkan aula ini kosong melompong.

"Apa menurutmu aku harus menambahkan banyak properti disini agar terlihat bagus?"

``Kepuasan Ressa mempengaruhi nyawa kalian.``

"Apa-apaan.."

Atas perkataan dari Sistem, Joshua mengambil properti yang bisa ditemukan di lorong, ruang guru, bahkan ruang kepala sekolah. Mikrofon, vas bunga anggrek dan lampu tumblr sudah dipasang sedemikian rupa. Untuk penerangan, dia mengambil lampu-lampu dari ruang teater yang hidup dengan baterai di kedua sisi dan mengarahkannya tepat di tengah panggung.

Setelah mengatur bagian panggung, dia mengatur meja dan kursi untuk dirinya sebagai pembawa acara, ruang khusus di belakang untuk sesi foto bersama, dan terakhir samir nama Ressa serta toga karena ini merupakan acara wisuda.

``Kamu melakukannya lebih baik dari perkiraanku.`` Sistem mengungkapkan rasa kagumnya saat melihat hasil kerja dari Joshua. Laki-laki itu mengatakan bahwa dia akan melakukan sebisanya namun dia mengeluarkan effort yang besar sehingga hasilnya sangat memuaskan. Bahkan dia rela berkeliling sekolah mencari karpet merah hanya untuk mewisudakan Ressa seorang.

Apakah ini hanya karena dia takut mati? Sistem merasa sedikit berlebihan saat dia sudah dua atau tiga kali menyinggung masalah nyawa di pekerjaan pertamanya. Dia tahu bahwa manusia sangat takut akan kematian karena waktu hidup mereka yang singkat, jadi mereka berusaha membuat kenangan sebanyak-banyaknya dan bertahan hidup sekuat-kuatnya karena mereka tidak tahu apakah mereka tetap hidup di hari esok.

Saat pertama, Queenta dan Joshua memperlihatkan ketidaksetujuan mereka karena misi yang tergolong Easy memiliki konsekuensi kehilangan nyawa begitu saja jika mereka gagal. Sempat Sistem Nomor 204 merasa bahwa dia berlebihan, tapi dia hanya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Kantor Pusat.

Tapi setelah diperhatikan, keduanya tampak tidak terlalu mempermasalahkan masalah kematian. Entah karena mereka percaya diri dengan kemampuan mereka atau mereka hanya tidak peduli kehilangan nyawa begitu saja.

``Boleh aku tahu kenapa kamu melakukannya? Apa karena merasa bersalah karena membebani Queenta sebelumnya? Atau ada alasan lainnya?``

Sistem mencoba lebih memahami Joshua dahulu sebelum Queenta. Selain karena Joshua terlihat lebih mudah diajak bicara, di antara keduanya Joshua adalah yang memiliki affection point positif, tidak seperti Queenta yang masih stuck di -30/100.

Joshua yang sedang memastikan microfon bisa digunakan, diam sejenak sebelum akhirnya memberikan jawaban yang membuat Sistem terkejut karena dia mengira Joshua berusaha keras karena ingat kekesalan Queenta saat Joshua tidak bisa diandalkan disaat mereka harus bekerja sama.

"Aku hanya mengingat seseorang yang dulu pernah kutemui."

``? Seseorang mirip Ressa?``

"Seperti itu lah, bukan mirip secara fisik. Hanya saja aku merasa deja vu."

Sistem bukanlah eksistensi yang omniscient atau serba tahu. Dia hanyalah program yang ada di masa depan dan dari dunia yang berbeda. Yang dia tahu ya hanya data yang dia punya mengenai Joshua dan Queenta memiliki kecocokan luar biasa dan berpotensi menjadi sahabat sehidup semati. Mungkin hal pribadinya adalah kesukaan dan ketidaksukaan mereka.

Lagi pula tugasnya hanyalah membantu dua manusia untuk menjadi sahabat sejati, jadi dia diperintahkan untuk tidak memiliki informasi atau boleh menggali masa lalu host mereka, Sistem juga tidak diperbolehkan membangun hubungan yang erat karena manusia adalah makhluk yang sangat rapuh dan memiliki rentang hidup singkat bagi Sistem yang tidak bisa meninggal karena waktu.

``Apakah kamu kenal orang itu?``

Bahkan walau itu tidak masuk dalam prosedur, bahkan dilarang, tidak ada yang akan tahu selama dia masih tidak mendekati radar Sistem yang lain, yang bisa saja melaporkan dirinya ke Kantor Pusat dunia Sistem.

Walau dia berambisi untuk menyelesaikan misi pertamanya dengan baik, Sistem juga ingin menikmati pekerjaannya.

"Kenal? Aku tahu dia siapa, dia tahu aku siapa."

``Kenapa kamu menjelaskannya seperti itu? Kamu bisa bilang kalau kamu kenal, udah kan?``

Dari caranya menjawab pertanyaan singkat itu dengan jawaban panjang, tampaknya ada sesuatu antara orang yang dimaksud dengan Joshua. Mendengar pertanyaan dari Sistem, Joshua hanya tertawa, ya, dia tertawa di situasi yang tidak tepat ini.

"Hahaha!"

Sistem tidak bisa merasakan perasaan apapun dari Joshua seakan tawanya hanyalah tawa kosong yang biasa orang gunakan sebagai formalitas. Seperti saat kamu menghadiri acara formal lalu seseorang memberikan jokes garing seperti kerupuk yang tidak kamu sukai tapi tidak benci juga dan kamu harus memakannya karena itu sudah ada di piringmu.

Joshua mengambil nafas panjang setelah selesai tertawa. "Itu bukan hal yang penting. Semuanya hanya ada di masa lalu."

Dia memegang mikrofon lebih erat namun Sistem melihat bagaimana dalam sepersekian detik Joshua menggigit bagian bawah bibirnya sebelum bertingkah biasa saja.

"Bahkan jika diceritakan, tidak ada yang bisa dilakukan untuk merubah masa lalu."

Joshua bangkut dari kursinya dan merapikan taplak meja. Dia juga sudah menyiapkan teks untuk wisuda nanti di selembar kertas dan dia tulis tangan. Karena merasa bahwa semua persiapan sudah selesai, Joshua keluar dari aula dan berjalan menuruni tangga ke lantai satu untuk menemui Queenta.

Sistem menyerah saat melihat Joshua tidak ingin dirinya menggali informasi lebih dalam, jadi dia mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

``Kapan kamu ingin aku mengambil semua orang yang kita butuhkan untuk wisuda ini? Aku khawatir jika terlalu lama dari sekarang, aku tidak akan punya kesempatan lagi.``

"Kamu punya batas waktu?"

``Bagaimana menjelaskannya, ini harus dilakukan dengan cepat karena aku tidak bisa melakukannya secara sembarangan. Berbeda denganmu dan Queenta, orang lain akan merasakan efek samping yang aku sendiri tidak tahu akan berbentuk seperti apa karena kesadaran mereka aku ambil secara paksa.``

``Waktu di jam mereka juga tetap berjalan karena mereka bukan bagian dari skenario. Aku tidak bisa menjamin keselamatan mereka jika mereka terlalu lama disini.``

Mendengarkan penjelasan dari Sistem, Joshua mengelus dagunya dan memikirkan waktu yang tepat. Agenda wisuda yang terpenting adalah pembukaan, sesi pemasangan samir dan toga, dan sesi foto bersama. "Mungkin setelah kita pastikan bahwa Ressa mau menemui mereka. Ya tidak mungkin dia tidak merindukan teman-temannya."

Joshua sudah menyiapkan lima kursi dengan bantuan Sistem yang mencetakkan nama di belakang kursi. Empat teman dekat Ressa dan satu orang yang sangat berkesan bagi Ressa, Pak Marno. Diam-diam Joshua khawatir bagaimana reaksi kelima orang yang dipanggil secara terpaksa, apalagi salah satunya adalah guru BK nya sendiri.

Selagi dia dan Sistem berbincang-bincang, tidak terasa mereka sudah kembali ke depan ruang BK dimana Queenta dan Ressa saat ini berada.

"..."

Joshua mengambil napas dan memutar knop pintu.

"Apa ini akan bertahan? Hmm, tidak ada setting spray disini."

Yang pertama dia lihat adalah punggung Queenta yang tertutupi rambut yang panjang tergerai. Sepertinya di depannya adalah Ressa karena Queenta tampak sedikit membungkuk dan sedang melakukan sesuatu. Joshua mengambil napas lagi dan memasuki ruangan, lalu memanggil Queenta untuk mengumumkan kehadirannya.

"Queenta."

"Huh? Joshua?"

Queenta menegakkan badannya dan Joshua menyadari ada yang aneh, kenapa dia bisa melihat kulit putih sampai setinggi bahu? Tidak mungkin Queenta saat ini sedang telanjang atasnya kan? Joshua mengira dia salah lihat karena terlalu takut dan gugup bertemu Ressa, namun pandangannya kemudian jatuh ke seragam penuh darah segar yang diselempangkan di atas sofa.

"..."

Saat itu juga Queenta membalikkan badan ke belakang dan Joshua menganga, shock berat. Perempuan itu hanya menggunakan tanktop saat ini! Walau dia tidak telanjang, Joshua tetap merasa malu, apalagi matanya terkunci ke bagian yang paling mencolok saat seorang perempuan memakai tanktop.

Joshua merasa malu namun wajahnya berhasil mempertahankan ekspresi datar saat matanya terang-terangan menatap ke arah sana. Dia bahkan menganalisa dan membandingkannya saat Queenta memakai seragamnya.

Kenapa itu terlihat lebih besar? Apakah memang ukuran aslinya sebesar itu tapi terhalang oleh seragam Queenta yang tidak ketat?

Queenta memasang ekspresi kesal saat Joshua bertingkah mesum terang-terangan seperti ini.

"Siapa yang mengira cowok paling diminati dan terkenal di SMK Rangka Raya ternyata sangat mesum?"

Perkataan Queenta membuat Joshua mengangkat pandangannya kembali ke wajah cantik itu dan dia dengan mudahnya tersenyum tanpa dosa.

"Aku masih laki-laki normal. Lagian, cowok mana yang tidak mesum."

"Ya, ya."

Joshua membuka mulutnya karena Queenta tampak biasa-biasa saja. Ya, wajahnya terlihat sedang kesal tapi Queenta tidak bereaksi sebrutal sebelumnya. Belum sempat suara keluar dari mulutnya, Joshua terkejut saat tiba-tiba Ressa yang sejak tadi mendengarkan sambil duduk diam karena habis didandani oleh Queenta, memutuskan untuk berdiri karena penasaran ingin melihat ekspresi Joshua.

Karena dia nongol dari balik Queenta tiba-tiba, Joshua mundur dua langkah dan membuang muka ke arah lain karena dia masih merasa takut.

"..."

Bahkan setelah dia didandani penuh effort oleh Queenta, dia masih terlihat menyeramkan huh... Ressa merasa sedih dan memegang pergelangan tangan Queenta, meminta kata-kata penenang karena sejak kematiannya hanya Queenta yang tidak takut menyentuh dan bahkan malah memuji bahwa Ressa cantik apa adanya.

Queenta tentu menyadari bahwa tingkah Joshua lagi-lagi membuat Ressa sedih, dia dengan mudah menepuk bahu Ressa yang menatapnya. "Ga usah dibawa hati tingkahnya, orang itu otaknya isinya hal-hal mesum, tidak bisa menghargai eksistensi menawan dengan estetika beauty horror sepertimu."

Joshua yang dikatai memiliki otak hanya berisi hal mesum, kembali melihat Ressa sekilas lalu segera pindah ke Queenta. "Aku tidak se mesum itu!"

Queenta hanya memberinya side eye.

"Beneran kok!"

"Tidak apa-apa mengakui bahwa kamu mesum jika kamu beneran mesum. Dasar mesum."

"Hei!"

Tampaknya seberapa keras Joshua mencoba membela diri Queenta terlihat tidak peduli karena dia sudah memberi cap Joshua sebagai orang yang mesum.

Sistem yang melihat perdebatan mereka menggelengkan kepalanya, merasa simpatik dengan posisi Joshua. Baru misi pertama padahal, tapi Joshua sudah dicap aneh oleh Queenta.

Cara membuat persahabatan yang panjang adalah dengan mengenal satu sama lain dengan baik. Sistem berpikiran untuk memberitahu Queenta bahwa Joshua takut hal horor, tapi siapa yang mengira bahwa sekarang Queenta juga tahu sisi negatif Joshua?

Selagi menonton dengan setia, tiba-tiba dia dikejutkan dengan notifikasi bahwa affection point Joshua meningkat. Benar, meningkat!

Sistem segera menoleh ke monitor sebelah dan menganga.

Joshua : 9/100

Queenta : -30/100

Affection meningkat 4%! Sistem segera melihat ke Joshua yang tampak terbully karena tidak bisa membela dirinya. Apakah Joshua lega Queenta terlihat memaklumi bahkan tidak peduli bahwa dia mesum? Atau Apakah Joshua senang saat Queenta tahu fakta bahwa dia sedikit mesum?

Sistem merasa bahwa jawabannya adalah pilihan pertama, tapi dia tidak bisa menghentikan pikirannya yang kemana-mana.

``Joshua, kamu senang saat Queenta tahu bahwa kamu mesum...? Itu, Um, Aku tidak akan men-judge bahkan jika kamu mengatakan iya. Hehe..``

"..."