Queenta yang melihat ekspresi aneh di wajah Joshua tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, namun saat dia menanyakan kenapa Joshua berekspresi seperti itu, Joshua malah langsung membuang mukanya sambil menunjuk ke seragam Queenta yang ada di sofa.
"Pake lagi, please."
Saat dia mengatakannya dengan volume rendah dan tangan menutupi mulutnya, Queenta merasa bahwa Joshua benar-benar merasa malu saat ini.
Kenapa baru malu? Tadi dia berani sekali lihat secara terang-terangan ke bagian itu, begitulah pikir Queenta yang hanya bisa mengabulkan permintaan Joshua yang terlihat menyedihkan.
Setelah Queenta memakai kembali seragamnya, Joshua berdehem dan memperbaiki ekspresi serta nada bicaranya walau dia harus menahan diri untuk tidak melihat ke arah Ressa.
"Semua persiapan sudah selesai." Joshua tersenyum tipis saat memikirkan bahwa Queenta akan memujinya jika melihat kerja kerasnya. "Sekarang Sistem hanya perlu membawa beberapa orang kemari sebagai audience acara wisuda ini."
"Ada penonton?" Siapa yang mengira bahwa orang yang tidak berkaitan bisa masuk ke dalam skenario juga? Queenta tiba-tiba mempertanyakan apakah itu hal yang normal. Mendengar pertanyaan dari perempuan itu, Sistem kembali menyambungkan pikiran keduanya agar dia bisa berbicara dengan kedua belah pihak secara bersamaan.
``Bisa tapi beresiko karena mereka tidak mendapatkan privilege dan special treatment seperti kalian. Waktu mereka akan terus berjalan, dan tubuh mereka tidak akan masuk ke dalam autopilot. Mungkin saat aku mengambil kesadaran mereka, mereka sedang tidur atau tampak seperti pingsan di dunia nyata.``
``Jadi mereka tidak bisa berlama-lama disini.``
Queenta mendengarkan dengan seksama dan melirik Ressa yang berdiri di sebelahnya sebelum pandangannya kembali ke Joshua yang berjarak lima langkah di depannya.
"Kamu jadi pembawa acaranya kan? Acaranya apa saja?"
"Ya sebenarnya aku ingin membuatnya formal, namun waktunya tidak banyak jadi aku mengambil kegiatan penting saja; pembukaan, sesi pemasangan samir dan toga, dan terakhir sesi pemotretan."
Ketiga sesi itu adalah yang paling penting, bahkan jika Joshua tidak memakai penutup, itu bisa digantikan dengan sesi perpisahan bagi para penonton. Untuk penonton sendiri, karena Joshua adalah orang yang memegang buku catatan milik Ressa, Queenta memiliki gambaran kasar siapa yang akan dipanggil oleh Sistem.
Keduanya bercakap-cakap mengenai rencana itu dan Ressa yang berada di sebelah mereka berdua menatap dengan kagum. Dua adik kelasnya benar-benar sangat niat mewisudakan dirinya seorang saat mendengarkan deskripsi aula yang sudah dimodifikasi oleh Joshua sebagai wisuda mini.
Queenta merasakan hal yang sama karena dia sangat tahu bahwa Joshua bukan orang yang suka berkata berlebihan, dia kadang sombong, tapi ada buktinya dan bukan hanya omong kosong semata. Dia jadi penasaran seperti apa hasil kerja sama Joshua dan Sistem.
Saat Joshua mengatakan beberapa nama yang akan dipanggil termasuk nama Pak Marno, tiba-tiba Ressa bereaksi dengan aneh. Dia mundur ke belakang dan melempar selendang di kebaya yang dia kenakan ke Queenta sebelum lari ke arah pintu dengan high heels nya. Joshua yang terkejut karena dia berada di arah pintu menutup mata rapat-rapat saat dia merasa tidak bisa menghindar.
Namun hanya bau anyir yang lewat, tidak ada yang menyentuh bagian tubuhnya. Yang dia dengar hanyalah teriakan Queenta yang memanggil nama hantu yang melarikan diri keluar ruangan.
"Kak Ressa! Kamu mau kemana?!"
Saat Queenta melewatinya, Joshua membuka mata dan berbalik, melihat bahwa Queenta mendecakkan lidahnya saat berdiri di ambang pintu dengan menghadap ke arah kanan.
"Sial. Dia menghilang."
Sistem yang melihat melihat ke arah Joshua dan Queenta sebelum mengatakan sesuatu.
``Kalian mungkin tidak menyadarinya karena kalian sedang melihat satu sama lain.``
"Menyadari apa?" Tanya Queenta dengan alis terangkat satu saat dia mendekati Joshua yang diam-diam merasa lega saat Ressa menghilang karena dia tidak punya sesuatu untuk ditakuti lagi. Sistem diam sejenak saat melihat Queenta menyilangkan tangannya di depan dada, tampak sedikit terganggu dengan fakta Ressa melarikan diri.
``Saat Joshua membicarakan beberapa nama yang akan aku panggil ke sini, Ressa bereaksi pada nama Erna dan Pak Marno.``
??
Keduanya tidak terkejut saat mengetahui Ressa bereaksi pada nama Pak Marno. namun Erna? Saat ini yang tahu soal siapa Erna hanya Joshua yang membaca buku catatan Ressa dan Sistem yang mencetak nama di belakang kursi penonton. Jadi tidak heran jika Queenta langsung bertanya siapa Erna ini.
"Siapa itu?"
"Salah satu teman baik Ressa. Aku berniat memanggilnya karena tampaknya keduanya punya hubungan yang baik." Jelas Joshua dengan ekspresi canggung. Apakah sesuatu terjadi antara Ressa dan Erna? Terakhir kali Ressa menulis Erna dan kawan-kawannya adalah di lembar terakhir dimana mereka berniat piknik ke hutan pinus di akhir pekan.
Queenta hanya menjawab 'ohh' lalu melihat ke arah pintu. "Oke, kamu yakinkan dia dan aku akan bersama Sistem menemui orang-orang yang dipanggil."
"Ha??" Joshua menunjuk ke dirinya sendiri. Siapa yang menyangka hal ini? Bahkan Sistem merasa bahwa itu seharusnya yang mencari dan meyakinkan Ressa adalah Queenta. Selain karena faktor Queenta tidak takut, di antara keduanya, Ressa jelas lebih menyukai Queenta dibandingkan Joshua.
"Tidak kebalik? Kamu tahu kan aku takut."
Joshua tidak malu mengakui bahwa dia takut kepada Queenta. Saat laki-laki itu jujur mengakui kelemahannya begitu saja, Queenta sedikit melunak saat dia menurunkan tangannya dari depan dada, sekarang berkacak pinggang.
Dia melihat langsung ke sepasang mata Joshua sebelum berbicara. "Dia menghilang dan aku tidak tahu dia ada dimana. Dan kulihat, kamu lebih disukai bangsa halus karena sejak tadi kamulah yang selalu menemukan bagian tubuh Ressa."
Saat Queenta menyinggung jika Joshua memiliki affinity dengan makhluk halus, laki-laki itu menegang. Sungguh itu mengagetkan Queenta yang segera mengira bahwa dia baru saja menyinggung hal yang disembunyikan selama ini. Sebelum Joshua sempat bereaksi dengan mengatakan bahwa itu hanya kebetulan, Queenta sudah lebih dulu menyela.
Dia mendekati Joshua dan menepuk bahu Joshua beberapa kali. "Mungkin dia butuh pengakuan soal penampilannya. Yah apapun alasannya biar aku ingatkan sesuatu yang penting, ini misi untuk kita berdua." Queenta meremas bahu kanan Joshua saat matanya mengeluarkan kilatan dingin.
"Ini misi bekerja sama, jadi lakukan bagianmu juga dengan Kak Ressa."
Queenta melepaskan pegangannya pada Joshua dan berjalan ke arah pintu. Dia berdiri di ambang pintu yang terbuka dan mengatakan sesuatu untuk terakhir kalinya sebelum menghilang ke koridor lantai 1.
"Oh benar, kerja bagus dengan persiapannya." Dia menoleh, menampakkan setengah wajahnya dan tersenyum pada Joshua. "Ternyata kamu bisa diandalkan juga."
Dengan itu dia pergi, meninggalkan Joshua yang mematung disana.
Sistem yang masih bersama Joshua mengamati apa yang baru saja terjadi dan berpikir : Dia memang tidak bisa dibaca ya.
Baru saja Sistem akan membela Joshua yang dianggap Queenta tidak mengerjakan sesuatu disaat Joshua menyiapkan semua perlengkapan untuk wisuda dengan waktu yang cukup singkat. Semua urusan angkat mengangkat, masang memasang adalah tugas Joshua, sementara Sistem hanya memberikan sedikit arahan dan mencetak nama saja.
Sudah jelas Joshua bekerja keras, karena itu sebagai saksi, Sistem ingin memberitahu Queenta seberapa serius Joshua mengerjakan bagiannya. Tidak dia sangka Queenta akan memuji Joshua, bahkan sebelum melihat hasil kerja keras laki-laki itu. Dia bahkan tersenyum!
Mengingat sesuatu, Sistem Nomor 204 segera menoleh ke sebelah dan memasang ekspresi cemberut. Affection point Queenta sama sekali tidak berubah! Itu tetap stuck di -30%!
Astaga, siapa yang bisa mempercayai ini? Setelah gadis itu memuji bahkan tersenyum, bukankah artinya Queenta merasakan perasaan positif setidaknya sedikit untuk Joshua? Kenapa affectionnya tidak pernah naik??
Masih memikirkan alasannya, dia dengan mata kepalanya sendiri melihat affection point milik Joshua meningkat sampai menjadi 20%.
``....``
Sistem berkedip beberapa kali, mengucek matanya, menarik kedua pipinya, mencubit hidungnya. Dia melakukan segala cara untuk memastikan apakah dia tidak salah lihat. Apakah barusan affection point Joshua meningkat sebanyak 11% hanya dengan sebuah pujian???
Apakah anak itu sangat kurang apresiasi sebelumnya? Tidak, tidak. Dia anak yang sangat berprestasi sampai Queenta ingin menandinginya. Mana mungkin ya kan?
Sistem terus memikirkan alasannya sampai dia mendapatkan suatu tebakan : Ah, benar! Mereka berdua adalah rival! Karena diberi pujian tulus oleh rivalnya, dia merasa tersentuh. Benar, benar. Ini alasan yang sangat masuk akal!
Sistem merasa senang saat dia merasa bahwa tebakannya benar karena itu adalah penjelasan paling masuk akal mengenai kenapa bisa affection point Joshua melompat dari 9% ke 20% hanya dengan satu pujian dan satu senyuman dari Queenta.
Sistem segera teringat bahwa seharusnya dia saat ini bersama dengan Queenta untuk mengurusi para tamu, jadi dia segera pergi, memutuskan sambungan dengan Joshua dan berpindah ke pikiran Queenta.
Dia tidak sempat melihat reaksi Joshua sebelum pergi. Joshua yang baru pulih dari keterkejutannya, menutupi bagian wajahnya dengan telapak tangan. Wajahnya memerah dan sudut bibirnya bergetar sebelum terangkat ke atas. Dia melihat ambang pintu dengan tatapan intens seakan apa yang baru saja dia lihat terus berputar dalam memorinya.
Jantungnya berdebar dengan kencang. Dan tidak ada yang mengetahui hal itu selain dirinya sendiri.
Joshua meneguk ludahnya kasar dan mengibaskan poni depannya ke belakang sebelum mengambil napas panjang.
"Dia akhirnya tersenyum padaku." gumamnya sambil mengeluarkan handphone dari sakunya. Joshua membuka layar beranda tersembunyi yang langsung memunculkan gambar Queenta yang sedang tersenyum ke kamera.
Tangannya memegang erat handphone dan menggunakan jari dari tangannya yang lain, dia menyentuh wajah cantik Queenta di wallpaper.
Matanya menggelap saat senyuman aneh tercipta di wajahnya. Dia tidak yakin jika dia tidak akan kecanduan jika melihatnya lagi.